Heboh Bunda Putri dan Marah Presiden
by Bambang Soesatyo, Anggota Komisi III DPR RI
PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono kembali terpojok akibat kelambanan para pembantunya merespons fakta persidangan kasus suap impor daging sapi. Tampak sangat jelas bahwa para pembantu presiden tidak sensitif ketika Presiden dan kabinetnya dilecehkan. Bunda Putri terkesan punya imunitas, karena para pembantu presiden tidak segera berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk segera mengungkap sosok dan sepak terjang wanita misterius ini?
Dibandingkan dengan kesaksian Ridwan Hakim di Pengadilan Tipikor Jakarta pada Kamis 29 Agustus 2013, tidak ada yang baru dari penuturan Luthfi Hasan Hasan Ishaaq (LHI) ketika dia juga bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (10/10). Dalam dua sidang dengan waktu yang berbeda itu, baik Ridwan maupun Luthfi menjadi saksi untuk terdakwa Ahmad Fathanah dalam kasus suap kuota impor daging sapi.
Menjawab pertanyaan majelis hakim Tipikor, Luthfi mengatakan, Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden. Luthfi menggambarkan Bunda Putri tahu informasi mengenai kebijakan reshuffle kabinet. "Bunda Putri orang yang setahu saya sangat dekat dengan SBY. Dia sangat tahu informasi kebijakan reshuffle," ujar Luthfi saat bersaksi. Sungguh, penuturan Luthfi ini predictable sehingga tidak mengejutkan. Sebab,Luthfi hanya mengulang. Bukankah Informasi serupa sudah dimunculkan pada kesaksian Ridwan, Agustus lalu?.
Bahkan, kesaksian atau penuturan Ridwan jauh lebih komprehensif dan detil, karena dilengkapi dengan memperdengarkan rekaman percakapan Luthfi, Ridwan dan Bunda Putri. Dalam rekaman itu misalnya, ada sosok yang oleh saksi Ridwan disebut dengan inisial Sengman. Menjawab pertanyaan majelis Hakim, saksi Ridwan menjelaskan bahwa Sengman adalah utusan presiden
Dalam rekaman itu, Bunda Putri sempat berucap begini, "Nanti, kalau Maret ada reshuffle, ya sudah saja, nanti saya ngomong sama Pak Lurah; bener apa yang kamu bilang tentang Haji Susu itu, sudah babat saja, aman. Bunda gituin aja, aman. Bunda disuruh ngurus beliau, emang di atas satu orang? Banyak orang; saya tantang." Pada bagian lai percakapan itu, Bunda Putri berujar, "Jadi, kalo si Fathan itu kita minta tempatkan atau reshuffle, kita barter-lah dengan Dirjen, itu masih beratlah. Ini cuma untuk pintu masuk…………"
Bunda juga Putri kecewa pada sosok lain berinisial Haji Susu. Semua permintaan atau saran Haji Susu sudah dipenuhi Bunda Putri, dan Bunda Putri ingin agar sosok lain berinisial Pak Lurah tahu perihal ketaatan Bunda Putri pada Haji Susu.
Rekaman pembicaraan itu memberi gambaran bahwa peran Bunda Putri sangat dominan dalam menggerakan kartel impor daging sapi. Dia sudah melobi Pak Lurah, dan Pak Lurah menyarankan Bunda Putri untuk berkomunikasi dengan Haji Susu. Kemudian Haji Susu minta Bunda Putri melobi sejumlah pejabat terkait.
Bunda Putri dan koleganya sangat marah, karena seorang pejabat (diduga menteri) yang sebelumnya sangat diandalkan, menolak menggunakan otoritasnya. Maka, kolega Bunda Putri pun berujar, "Dia (menteri) 'kan decission maker; itu otoritas dia untuk menentukan. Sementara yang diminta dia bukan otoritas-nya Bunda. Bunda hanya mengondisikan orang-orang pengambil keputusan agar keputusannya sesuai apa yang dia mau. Dan, lebih berat pekerjaan dia (Bunda Putri) dari pada pekerjaan Menteri. Yang menentukan ya kewenangan dia sendiri."
Rekaman dialog ini sudah membuat republik cukup heboh waktu itu. Rekaman dialog itu mestinya punya implikasi politik luas. Sebab, sekelompok orang yang bersekutu dalam kartel berupaya mendikte kabinet untuk memenuhi keinginan mereka. Dan tragisnya, saat itu, puluhan juta keluarga Indonesia tak mampu mengonsumsi daging sapi, karena harganya sangat-sangat mahal.
Sangat Memalukan
Sebuah keniscayaan jika saat itu juga DPR mempertanyakan masalahnya kepada Presiden. Wajar pula kalau para politisi ramai-ramai mendesak penegak hukum mengungkap sosok Bunda Putri. Apalagi, dari Bunda Putri, bisa diungkap siapa yang dimaksud dengan Pak Lurah, Haji Susu dan juga sosok Sengman. Oleh karena rekaman dialog itu melecehkan presiden selaku pemegang hak prerogatif untuk mengangkat dan memberhentikan seorang menteri (reshuffle kabinet), institusi penegak hukum dan kantor presiden pun mestinya segera berkoordinasi untuk merespons kesaksian yang sudah menjadi fakta persidangan itu.
Sekretariat negara dan juga sekretaris kabinet pun mestinya tidak tinggal diam, karena rekaman dialog itu tak hanya melecehkan kabinet, tetapi juga memunculkan asumsi kabinet bisa diintervensi kartel impor daging sapi. Per logika politik, esensi dialog di rekaman itu amatlah sensitif karena menyangkut wibawa presiden dan kabinet, serta berkait langsung dengan persepsi publik tentang bersih atau tidak bersihnya pemerintahan sekarang ini.
Sayang, kesaksian Ridwan dan pemutaran rekaman pembicaraan hampir dua bulan lalu itu tidak direspons sebagaimana seharusnya. Padahal, sangat jelas bahwa pasca kesaksian itu, presiden dan kabinetnya terancam karena berada di posisi tidak nyaman. Akhirnya, ketidaknyamanan presiden menjadi kenyataan ketika Luthfi memberi kesaksian. Penuturan Luthfi mestinya tidak menimbulkan kehebohan baru.
Namun, karena presiden langsung memberi tanggapan dalam nada tinggi, heboh susulan tentang sosok Bunda Putri pun tak terhindarkan. Sekembalinya dari Brunei Darussalam, presiden menggelar jumpa pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk menjelaskan posisinya terkait kesaksian Luthfi. Sayang, pernyataan Presiden tak otomatis meredakan spekulasi.
Bahkan, muncul lagi keanehan baru. Untuk mendapatkan deskripsi tentang Bunda Putri, Presiden harus bergerak sendiri mencari tahu. Selama 30 menit, presiden mengumpulkan informasi dari berbagai pihak; dari Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, sekretaris pribadi, hingga keluarganya. Tak ada yang mengaku kenal.
Informasi juga dimintakan dari Menteri Pertanian Suswono dan Wamentan Rusman Heriawan. Dari keduanya didapat info Bunda Putri adalah istri seorang pejabat Kementerian Pertanian. Informasi ini pun tidak baru, karena ceritanya sudah beredar kemana-mana. Bahkan, presiden sebenarnya kalah cepat dalam memperoleh informasi, karena cerita tentang wanita super berjuluk Bunda Putri itu sudah berkembang sangat jauh.
Pertanyaannya kemudian, kemana intelijen dan apa saja yang dilakukan para pembantu presiden sehingga Kepala Negara tidak memiliki informasi apa pun tentang Bunda Putri? Padahal, Bunda Putri sudah menjadi faktor yang berpotensi mengganggu kredibilitas presiden dan kabinet, karena gambaran tentang sepak terjangnya sudah dimunculkan hampir dua bulan lalu di Pengadilan Tipikor Jakarta, serta mendapat publikasi demikian luas.
Kalau pihak berwenang dan kantor presiden tidak juga bisa menghadirkan dan mengungkap sosok Bunda Putri untuk diketahui publik, benar-benar sangat memalukan. Demikian lemahkah negara ini sehingga semua alat kelengkapan negara tak mampu melindungi presiden dan kabinet dari kesan buruk yang ditimbulkan oleh Bunda Putri?
Menteri pertanian pernah bertemu, sementara Sekretaris Kabinet Dipo Alam diketahui pernah berfoto bersama Bunda Putri. Begitu juga dengan mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Malarangen. Bahkan Andi pernah menginap di rumahnya di Jawa Timur. Dia pun istri seorang Direktur Jenderal di Kementerian Pertanian. Mestinya tidaklah sulit mengungkap dan menghadirkan Bunda Putri. Tetapi, mengapa perempuan ini sengaja 'disembunyikan' terus sehingga tetap menjadi misteri yang membuat pemerintah tidak nyaman? Kalau dia tak pernah dimunculkan untuk membuat klarifikasi, sama artinya semua pihak berwenang di negara ini memberi imunitas kepada perempuan yang telah melecehkan presiden dan kabinetnya itu.
Kalau kita menyimak penjelasan istana. Bahwa tidak akan mengungkap jatidiri Bunda Putri, hal itu justru mengkonfirmasi bahwa sosok Bunda Putri ini bukan orang sembarangan. Sampai-sampai istana terpaksa mempertaruhkan kredibilitas presiden SBY dihadapan publik. Yakni stigma SBY Plin-Plan, sulit dihindari.
Kita masih ingat hari kamis pekan lalu Presiden SBY begitu marah dan geram serta menyebut LHI 2000 persen bohong karena dikaitkan soal "Bunda Putri". SBY pun berjanji kepada rakyat Indonesia akan mengungkap kepada publik siapa "bunda putri" ini dalam 1-2 hari. Tiba-tiba sekarang SBY melalui Jubir dan staff khusus Presiden mengatakan tidak akan mengungkap ke publik.
Aneh dan janggal memang. Karena mengungkap sosok dan peran Bunda Putri bukan hal yang sulit. Foto, alamat dan sosoknya sudah hadir diruang publik sejak pertama kali namanya muncul dipengadilan tipikor dua bulan lalu. Jaksa dan hakim tipikor serta KPK pun memiliki kewenangan utk mengungkap siapa dan apa peran Bunda Putri itu dlm kasus impor daging dll terkait LHI, Dipo, Pak Lurah, Sengman, Menteri Suswono dan lain-lain.
PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono kembali terpojok akibat kelambanan para pembantunya merespons fakta persidangan kasus suap impor daging sapi. Tampak sangat jelas bahwa para pembantu presiden tidak sensitif ketika Presiden dan kabinetnya dilecehkan. Bunda Putri terkesan punya imunitas, karena para pembantu presiden tidak segera berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk segera mengungkap sosok dan sepak terjang wanita misterius ini?
Dibandingkan dengan kesaksian Ridwan Hakim di Pengadilan Tipikor Jakarta pada Kamis 29 Agustus 2013, tidak ada yang baru dari penuturan Luthfi Hasan Hasan Ishaaq (LHI) ketika dia juga bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (10/10). Dalam dua sidang dengan waktu yang berbeda itu, baik Ridwan maupun Luthfi menjadi saksi untuk terdakwa Ahmad Fathanah dalam kasus suap kuota impor daging sapi.
Menjawab pertanyaan majelis hakim Tipikor, Luthfi mengatakan, Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden. Luthfi menggambarkan Bunda Putri tahu informasi mengenai kebijakan reshuffle kabinet. "Bunda Putri orang yang setahu saya sangat dekat dengan SBY. Dia sangat tahu informasi kebijakan reshuffle," ujar Luthfi saat bersaksi. Sungguh, penuturan Luthfi ini predictable sehingga tidak mengejutkan. Sebab,Luthfi hanya mengulang. Bukankah Informasi serupa sudah dimunculkan pada kesaksian Ridwan, Agustus lalu?.
Bahkan, kesaksian atau penuturan Ridwan jauh lebih komprehensif dan detil, karena dilengkapi dengan memperdengarkan rekaman percakapan Luthfi, Ridwan dan Bunda Putri. Dalam rekaman itu misalnya, ada sosok yang oleh saksi Ridwan disebut dengan inisial Sengman. Menjawab pertanyaan majelis Hakim, saksi Ridwan menjelaskan bahwa Sengman adalah utusan presiden
Dalam rekaman itu, Bunda Putri sempat berucap begini, "Nanti, kalau Maret ada reshuffle, ya sudah saja, nanti saya ngomong sama Pak Lurah; bener apa yang kamu bilang tentang Haji Susu itu, sudah babat saja, aman. Bunda gituin aja, aman. Bunda disuruh ngurus beliau, emang di atas satu orang? Banyak orang; saya tantang." Pada bagian lai percakapan itu, Bunda Putri berujar, "Jadi, kalo si Fathan itu kita minta tempatkan atau reshuffle, kita barter-lah dengan Dirjen, itu masih beratlah. Ini cuma untuk pintu masuk…………"
Bunda juga Putri kecewa pada sosok lain berinisial Haji Susu. Semua permintaan atau saran Haji Susu sudah dipenuhi Bunda Putri, dan Bunda Putri ingin agar sosok lain berinisial Pak Lurah tahu perihal ketaatan Bunda Putri pada Haji Susu.
Rekaman pembicaraan itu memberi gambaran bahwa peran Bunda Putri sangat dominan dalam menggerakan kartel impor daging sapi. Dia sudah melobi Pak Lurah, dan Pak Lurah menyarankan Bunda Putri untuk berkomunikasi dengan Haji Susu. Kemudian Haji Susu minta Bunda Putri melobi sejumlah pejabat terkait.
Bunda Putri dan koleganya sangat marah, karena seorang pejabat (diduga menteri) yang sebelumnya sangat diandalkan, menolak menggunakan otoritasnya. Maka, kolega Bunda Putri pun berujar, "Dia (menteri) 'kan decission maker; itu otoritas dia untuk menentukan. Sementara yang diminta dia bukan otoritas-nya Bunda. Bunda hanya mengondisikan orang-orang pengambil keputusan agar keputusannya sesuai apa yang dia mau. Dan, lebih berat pekerjaan dia (Bunda Putri) dari pada pekerjaan Menteri. Yang menentukan ya kewenangan dia sendiri."
Rekaman dialog ini sudah membuat republik cukup heboh waktu itu. Rekaman dialog itu mestinya punya implikasi politik luas. Sebab, sekelompok orang yang bersekutu dalam kartel berupaya mendikte kabinet untuk memenuhi keinginan mereka. Dan tragisnya, saat itu, puluhan juta keluarga Indonesia tak mampu mengonsumsi daging sapi, karena harganya sangat-sangat mahal.
Sangat Memalukan
Sebuah keniscayaan jika saat itu juga DPR mempertanyakan masalahnya kepada Presiden. Wajar pula kalau para politisi ramai-ramai mendesak penegak hukum mengungkap sosok Bunda Putri. Apalagi, dari Bunda Putri, bisa diungkap siapa yang dimaksud dengan Pak Lurah, Haji Susu dan juga sosok Sengman. Oleh karena rekaman dialog itu melecehkan presiden selaku pemegang hak prerogatif untuk mengangkat dan memberhentikan seorang menteri (reshuffle kabinet), institusi penegak hukum dan kantor presiden pun mestinya segera berkoordinasi untuk merespons kesaksian yang sudah menjadi fakta persidangan itu.
Sekretariat negara dan juga sekretaris kabinet pun mestinya tidak tinggal diam, karena rekaman dialog itu tak hanya melecehkan kabinet, tetapi juga memunculkan asumsi kabinet bisa diintervensi kartel impor daging sapi. Per logika politik, esensi dialog di rekaman itu amatlah sensitif karena menyangkut wibawa presiden dan kabinet, serta berkait langsung dengan persepsi publik tentang bersih atau tidak bersihnya pemerintahan sekarang ini.
Sayang, kesaksian Ridwan dan pemutaran rekaman pembicaraan hampir dua bulan lalu itu tidak direspons sebagaimana seharusnya. Padahal, sangat jelas bahwa pasca kesaksian itu, presiden dan kabinetnya terancam karena berada di posisi tidak nyaman. Akhirnya, ketidaknyamanan presiden menjadi kenyataan ketika Luthfi memberi kesaksian. Penuturan Luthfi mestinya tidak menimbulkan kehebohan baru.
Namun, karena presiden langsung memberi tanggapan dalam nada tinggi, heboh susulan tentang sosok Bunda Putri pun tak terhindarkan. Sekembalinya dari Brunei Darussalam, presiden menggelar jumpa pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk menjelaskan posisinya terkait kesaksian Luthfi. Sayang, pernyataan Presiden tak otomatis meredakan spekulasi.
Bahkan, muncul lagi keanehan baru. Untuk mendapatkan deskripsi tentang Bunda Putri, Presiden harus bergerak sendiri mencari tahu. Selama 30 menit, presiden mengumpulkan informasi dari berbagai pihak; dari Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, sekretaris pribadi, hingga keluarganya. Tak ada yang mengaku kenal.
Informasi juga dimintakan dari Menteri Pertanian Suswono dan Wamentan Rusman Heriawan. Dari keduanya didapat info Bunda Putri adalah istri seorang pejabat Kementerian Pertanian. Informasi ini pun tidak baru, karena ceritanya sudah beredar kemana-mana. Bahkan, presiden sebenarnya kalah cepat dalam memperoleh informasi, karena cerita tentang wanita super berjuluk Bunda Putri itu sudah berkembang sangat jauh.
Pertanyaannya kemudian, kemana intelijen dan apa saja yang dilakukan para pembantu presiden sehingga Kepala Negara tidak memiliki informasi apa pun tentang Bunda Putri? Padahal, Bunda Putri sudah menjadi faktor yang berpotensi mengganggu kredibilitas presiden dan kabinet, karena gambaran tentang sepak terjangnya sudah dimunculkan hampir dua bulan lalu di Pengadilan Tipikor Jakarta, serta mendapat publikasi demikian luas.
Kalau pihak berwenang dan kantor presiden tidak juga bisa menghadirkan dan mengungkap sosok Bunda Putri untuk diketahui publik, benar-benar sangat memalukan. Demikian lemahkah negara ini sehingga semua alat kelengkapan negara tak mampu melindungi presiden dan kabinet dari kesan buruk yang ditimbulkan oleh Bunda Putri?
Menteri pertanian pernah bertemu, sementara Sekretaris Kabinet Dipo Alam diketahui pernah berfoto bersama Bunda Putri. Begitu juga dengan mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Malarangen. Bahkan Andi pernah menginap di rumahnya di Jawa Timur. Dia pun istri seorang Direktur Jenderal di Kementerian Pertanian. Mestinya tidaklah sulit mengungkap dan menghadirkan Bunda Putri. Tetapi, mengapa perempuan ini sengaja 'disembunyikan' terus sehingga tetap menjadi misteri yang membuat pemerintah tidak nyaman? Kalau dia tak pernah dimunculkan untuk membuat klarifikasi, sama artinya semua pihak berwenang di negara ini memberi imunitas kepada perempuan yang telah melecehkan presiden dan kabinetnya itu.
Kalau kita menyimak penjelasan istana. Bahwa tidak akan mengungkap jatidiri Bunda Putri, hal itu justru mengkonfirmasi bahwa sosok Bunda Putri ini bukan orang sembarangan. Sampai-sampai istana terpaksa mempertaruhkan kredibilitas presiden SBY dihadapan publik. Yakni stigma SBY Plin-Plan, sulit dihindari.
Kita masih ingat hari kamis pekan lalu Presiden SBY begitu marah dan geram serta menyebut LHI 2000 persen bohong karena dikaitkan soal "Bunda Putri". SBY pun berjanji kepada rakyat Indonesia akan mengungkap kepada publik siapa "bunda putri" ini dalam 1-2 hari. Tiba-tiba sekarang SBY melalui Jubir dan staff khusus Presiden mengatakan tidak akan mengungkap ke publik.
Aneh dan janggal memang. Karena mengungkap sosok dan peran Bunda Putri bukan hal yang sulit. Foto, alamat dan sosoknya sudah hadir diruang publik sejak pertama kali namanya muncul dipengadilan tipikor dua bulan lalu. Jaksa dan hakim tipikor serta KPK pun memiliki kewenangan utk mengungkap siapa dan apa peran Bunda Putri itu dlm kasus impor daging dll terkait LHI, Dipo, Pak Lurah, Sengman, Menteri Suswono dan lain-lain.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar