Boyolali : Guru Dipaksa Beli Laptop Ternyata Notebook
Boyolali, suarakpk.com Banyak keluhan dan kiegelisahan para guru sertifikasi di Kabupaten Boyolali pasalnya, disinyalir para guru tersebut telah dipaksa membeli laptop yang difasilitasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat. Mereka diminta membeli seharga Rp.5,6 juta.
Belum lama ini, Ketua Presidium Masyarakat Transparansi Boyolali (PMTB) Bramastia mengatakan, dugaan itu muncul setelah pihaknya banyak mendapatkan keluhan dari guru sertifikasi. Penawaran laptop itu ditengarai diperkuat dengan surat edaran (SE) di tingkat Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) ke sekolah. Pembelian laptop itu dilakukan dengan sistem kredit. Pihaknya sangat menyayangkan mengingat Disdikpora tidak mempertimbangkan kebutuhan setiap guru.
"Apakah butuh atau tidak? Sudah punya atau belum?. Jangan asal diminta membeli,"tuding Bramastia, kemarin. Jika alasannya laptop yang ditawarkan dilengkapi dengan software yang menunjang, seharusnya bukan merujuk pada pengadaan laptop, melainkan software. Pihaknya juga menyoroti spesifikasi ukuran laptop yang layarnya hanya berukuran 11 inchi. Seharusnya layarnya laptop berukuran 13 inchi ke atas.
Dengan ukuran sebesar itu, dia menilai tidak tepat jika yang "diwajibkan" dibeli oleh para guru itu disebut laptop.
"Seharusnya netbook karena ukurannya hanya 11 inchi. Kalau netbook harganya rata-rata hanya Rp.2,5-3 juta," tandasnya.
Sehingga harga Rp.5,6 juta yang ditawarkan patut dicurigai. Dengan jumlah guru sertifikasi yang mencapai 5.000, maka bisa diukur berapa keuntungan yang diraup.
Untuk itu, dirinya mengimbau para guru sertifikasi tegas menolak membeli laptop jika keberatan atau sudah memiliki.
Salah seorang guru SD di Boyolali saat ditemui suarakpk.com mengaku diwajibkan membeli laptop saat dapat dana sertifikasi. "Alasannya untuk peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia). Kemarin,waktu sertifikasi cair, saya langsung dipotong Rp.1,7 juta," terangnya sambil meminta namanya tak dicantumkan karena khawatir dimutasi.
Dia melanjutkan, ternyata yang dibeli secara kredit itu bukan laptop melainkan netbook ukuran 11 inchi dengan merek Acer.
"Yang saya tahu, totalnya nanti saya harus membayar Rp.6,8 juta,"ungkapnya.
Terpisah, belum lama ini, Wakil Ketua DPRD Boyolali Fuadi juga mengaku menerima banyak keluhan dari guru sertifikasi tentang persoalan ini. Ketika uji kompetensi guru sertifikasi, khususnya sekolah dasar (SD), diminta beli laptop seharga Rp.5,6 juta.
Apabila menggunakan sistem kredit, dananya dari Bank Pasar Boyolali. "Padahal kalau beli di luar, harganya sekitar Rp.2,8 juta. Banyak guru yang resah, tapi takut menolak," beber Fuadi.
Kabid SD/SMP Disdikpora Boyolali Darmanto menepis tudingan bahwa pihaknya memang sengaja memaksa guru sertifikasi membeli laptop. Kebijakan hanya sekedar imbauan dan bukan paksaan.
Disdikpora memfasilitasi pengadaan laptop sebagai salah satu perangkat penunjang kinerja para guru sertifikasi. "Ini tidak terlepas dari tuntutan masyarakat bahwa guru sertifikasi harus mampu menunjukkan peningkatan kinerja," dalihnya.
"Saat itu memang ada beberapa guru yang menanyakan apakah itu (membeli laptop) memang suatu keharusan? Waktu itu kami sampaikan secara terbuka, bahwa kami hanya mengimbau, tidak pernah memaksa para guru sertifikasi itu untuk membeli laptop yang difasilitasi Disdikpora," elak Darmanto saat ditemui wartawan.
Sebenarnya dugaan pemaksaan ini sudah santer dibicarakan sejak bulan september 2012 di lingkungan guru-guru sertifikasi boyolali. Hingga berita ini diturunkan, suarakpk.con belum berhasil meminta klarifikasi dari Bupati Boyolali, Seno Samudro. (Team)
sumber : http://suarakpk.com/boyolali-guru-dipaksa-beli-laptop-ternyata-notebook/
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar