Minggu, 06 Januari 2013

[Media_Nusantara] "Upaya Densus Menanggulangi Kasus Teroris & Penembakan Di Poso"

 

"Upaya Densus Menanggulangi Kasus Teroris & Penembakan Di Poso"

by @RidlwanJogja

Tweps sahabat, lama nggak share soal teror… 2 hari ini tujuh orang dibunuh oleh densus, Kita asumsikan twet ini seolah memang ada kelompok "teroris" di RI ya, soal bahwa kelompok itu mungkin fake/palsu pernah kt bahas

apakah pembunuhan Densus terhadap tujuh terduga teroris akan menghentikan "teror" di Poso / Indonesia ? Aksi Densus dengan melakukan ekstrajudicial killing adalah bukti frustasi dan hilang arahnya penanganan terorisme di RI, BNPT dan densus panik karena pendekatan apapun tak berhasil atasi terorisme. Sebaliknya terus ada. Lihat kelompok Poso ini : 2 polisi disergap, digorok, ditimbun. Di hutan-hutan disiapkan bom-bom ranjau. Bahkan Linud Kostrad sampai harus turun menyapu. Brimob disergap, ditembak jitu tepat di bawah dagu. Terlatih. Mati 4. Densus panik.

Pengakuan polisi Jakarta yg terlibat di Poso, kepanikan muncul ketika ops di jalanan. Seolah-olah ketika kontrak tugas di Poso, taruhannya nyawa. Banyak perwira menolak. Riil. Mereka/ kelompok Poso bajak situs pengintai Kostrad. Mengapa situs pengintai Kostrad ? ada pesan simbolis ?

Setelah WTC 9/11 komunitas intelijen dunia terbagi dlm dua pendekatan menangani terorisme. Pertama disebut kaum ruas kiri , yang lebih percaya pada pencegahan maksimal sebelum serangan, yang kedua disebut kaum ruas kanan, yg percaya bahwa nilai2 demokrasi di tubuh aparat keamanan mencegah teror berulang. Dapat disederhanakan dalam alur Ruas kiri—SERANGAN--- Ruas Kanan

Ruas kiri dianut oleh CIA-FBI- dan Inggris. Ruas kanan oleh negara Eropa non Inggris. Model ruas kiri misalnya perbaikan koordinasi antar lembaga intel, perbaikan sumber intelijen, dan siklus operasi, Ruas kiri tak berhasil dipakai densus, koordinasi aparat anti teror RI lemah sekali, bahkan saling sikut. Fakta, ops di Poso, informasi dari Bais TNI tak dipercaya satgas densus, dan sebaliknya info coklat tak dibagi ke TNI. "Kami khawatir bocor kalau hijau sampai tahu " ujar polisi Jakarta itu pada saya. Riil.

Perbaikan sumber informasi intelijen jg lemah, hanya andalkan info eks kombatan yg bertobat. Siklus operasi mulai pengumpulan data, analisa, pengambilan kebijakan, kontra intelijen, diseminasi, tak berjalan baik. Contoh siklus gagal ya adanya pendadakan strategis , 4 Brimob tewas ditembak. Tak ada kesiapan.

Bagaimana dengan Pendekatan Ruas kanan ? Sama sekali tak dilakukan densus dan BNPT, Tidak ada transparansi dan akuntabilitas, baik dana operasi, pertanggungjawaban komando, dll. Paling mereka hearing dg Komisi 3, sudah, tak ada mekanisme punishment jika ada yg melanggar. Komnas HAM bisa apa ?

Di AS ada sub komisi intelijen Konggres yg berwenang penuh menghentikan budget operasi dan membuka retensi 6 bulan stelah ops. Itu membuat intel AS hati-hati karena mereka tahu 6 bulan lagi semuanya bisa dibuka public. Disini ? kita hanya tahu dari 1 sumber : polisi, terduga yang mati tak bisa memberi klarifikasi.

Dari sisi penegakan ham ? Sama sekali. yg ditangkap juga disiksa. Akibatnya densus justru menciptakan bibit dendam baru. Jadi dua pendekatan utama tak dilakukan densus . Maka harapan terorisme di Indonesia selesai kecil sekali. Tipis sekali.

Dokumen twit lama Darah Densus >>> http://t.co/lW4iIVuH

Trims. Selamat Istirahat. Maaf.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar