Minggu, 30 September 2012

[Media_Nusantara] Ironi Tambang Apung & BBM Solar di Provinsi Kep. Bangka Belitung

 

Ironi Tambang Apung & BBM Solar di Provinsi Kep. Bangka Belitung By @Vindyartopurba

Ini Belum Termasuk Tambang Ilegal yang ada di Daratan, Dimana Jumlahnya Jauh Lebih Banyak. Tambang Inkonvensional Apung, Cara Penambangan Timah yg Unik di Provinsi Kep. Bangka Belitung

Berdasarkan data PT.Timah ada sekitar 6.320 TI Apung di Perairan Bangka, Menurut saya mungkin lebih


Mereka Beroperasi di Sungai dan Di Laut, penambangan seperti ini adalah penambangan ilegal


Sungai2 Besar (Kolong) Begitu TI Apung Ini Masuk akan menjadi Kering dan tinggal sedikit saja kolongnya


dalam satu ponton ini paling sedikit ada 3 orang penambang atau paling banyak delapan orang


Jelas, penambangan seperti ini merusak lingkungan, dipastikan air menjadi tdk layak di gunakan,.


dari 21 DAS yg ada di Babel hanya tersisa 4 yg rusak sedang, 3 di Pulau belitung & 1 di Pulau Bangka


yang lain tak perlu ditanyakan lagi RUSAK PARAH,


Yg Ini Videonya yg agak lumayan untuk di lihat, disalah satu sungai di pulau bangka http://t.co/dB7LfrxD


dikarenakan jenis penambangan seperti ini masuk dalam kategori penambangan ilegal, perusahaan BUMN tdk berani menampung hasil produksi TI2 Apung tersebut walaupun penambangan itu dilakukan di IUP PT.Timah



bahkan juga di IUP Pemda, yg lebih parah lagi bahkan terjadi di kawasan wisata :


Salah satu pnyebabnya knapa di beberapa tempat air laut di babel umumnya keruh dan mengandung minyak solar


Tambang Jenis ini pulalah yg membuat antrian BBM di seluruh SPBU babel panjang sekali, Sehingga menciptakan jenis pekerjaan baru yaitu Pengerit solar, solarnya di beli oleh para penambang dg harga sedikit mahal, Maka Mobil2 yg sdh tak layak jalan, Pajak Mati, Surat tak pun penuh parkir di SPBU ikut mengantri



Jika satu TI Apung memerlukan minimal 20 Liter solar utk beroperasi maka kalikan jadi dg jumlah 6.320 TI Apung = 126.400 Liter, dimana harga perliter solar di penambang adalah 11.500, 11.500x126.400, hitung saja uang solar beredar di babel per hari, itu baru di jenis penambangan TI apung, bagaimana dg jenis penambangan ilegal lainnya di darat yg juga ribuan
   
bisnis bbm jenis solar di babel sungguh menggairahkan, jgn heran jika sering terdengar ada kapal kencing di perairan laut babel, nah sekrang kita hitung lagi jumlah produksi rata2 TI apung tersebut, rata2 TI apung tersebut rata2 produksi paling kecil, yaitu 8 kg per TI apung, bersih sdh dicuci, sudah potong fee keamanan dsbnya :-), kalikan saja 8 kg x 6320 TI apung = 50.560kg,  pertanyaannya kemana bijih timah ilegal sejumlah 50.560 Kg itu lari per hari, ingat belum termasuk penambangan ilegal di darat,  Milyaran lagi urang menguap yg seharusnya memberi sumbangsih pada daerah atau negara, itu baru dari solar dan bijih timah

bodohnya jika dari solar dan timah ilegal itu menguap 2 M per hari kalikan 30 hari kalikan 1 tahun dan kalikan sejak 2009,  pasti rusak kalkulator standard pas menghitung jumlah uangnya, bagaimana dg tmbang ilegal yg didarat serta bagaimana pula dg mineral ikutan yg terkandung dalam timah tersebut, siapa yg ambil dan menjualnya, kok lolos audit,  tentu sebagai putra kelahiran babel, saya tdk rela jika kekayaan daerah saya yg seharusnya bermanfaat utk masyarakat babel secara keseluruhan malah hanya membuat kaya para cukong, sedang penambangnya bertaruh nyawa

saya sedih dg kondisi para tokoh, pejabat dan lainnya di babel yg diam membisu akan hal ini, rakyat babel berhak mdpat lebih, Perderaan uang dari hasil tambang ilegal ini lebih dari cukup utk membangun fasilitas publik yg nyaman, murah bahkan gratis,  dg kekayaan ini masyarakat babel tdklah layak lagi hidup dalam ekonomi dimana semua serba mahal, yg sdh tak masuk logika,  betul kata sahabat saja, kenapa kita yg punya harta kok malah kita yg terima royalti, sepetil pula royaltinya
 
demikian twit singkat, kembali membahas masalah pertambangan timah di provinsi kepulauan bangka belitung, smga bermanfaat



__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar