Rabu, 25 September 2013

[Media_Nusantara] Saurip Kadi, Kebodohan Atau Petualangan?

 

Saurip Kadi, Kebodohan Atau Petualangan?

The general never late, but the corporals came to fast! Kalimat itu menggambarkan betapa martabat seorang jenderal dijunjung tinggi di kalangan kemiliteran. Jenderal tak pernah terlambat, tetapi anggotanya-lah yang datang terlalu cepat!. Tentu karena seorang jenderal dianggap memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang taktik dan strategi perang. Di luar dunia kemiliteran, sesudah pensiun misalnya, seorang jenderal tetap dipercaya memiliki tanggungjawab besar terhadap bangsa dan negaranya.

Tetapi Jenderal Saurip Kadi telah melakukan serangkaian tindakan bodoh. Di kesatuannya (TNI) ia dicap pengkhianat karena ikut memborbardir markasnya sendiri di awal reformasi dahulu, dan sekarang, ia terlibat peredaran video rekayasa yang sangat menguras enerji. Kalau tujuan awalnya hanya untuk mengalihkan perhatian publik dari kasus hukum Nunun Nurbaeti, maka sasaran itu telah terlampaui berpuluh kali lipat. Saurip Kadi malahan telah berhasil menghembuskan propaganda hitam yang berpotensi mengguncang stabilitas kehidupan berbangsa, sampai jauh ke pedalaman negeri ini.

Masa depan perkebunan sawit menjadi terganggu. Upaya-upaya untuk menarik investasi asing dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menciptakan lapangan kerja, menemui batu sandungan. Saurip Kadi dengan jelas mengisyaratkan keinginannya agar perkebunan sawit itu ditutup. Hanya menyengsarakan rakyat kecil. Seruan semacam itu, dalam sejarahnya, sangat mudah menghimpun solidaritas rakyat keciil untuk bersama-sama membenci apa yang disuarakan itu.

Akibat panasnya situasi sekarang ini, beberapa pabrik pengolahan sawit di Sumsel dan Lampung telah berhenti beroperasi, entah untuk sementara atau untuk selamanya. Apabila ketegangan ini berlanjut, maka ratusan ton buah sawit milik masyarakat akan ikut terimbas, membusuk atau dibuang ke laut. Begitu pula dengan ratusan ribu tenaga kerja dan nafkah hidup keluarganya. Belum lagi kalau ketegangan ini ,menjalar sampai ke Medan dan Kalimantan. Apa kira-kira Saurip Kadi telah memiliki jalan keluarnya?

Situasi ini membuat eksistensi Saurip Kadi jadi misterius. Ia berpetualang atau memang bodoh.? Jenderal betulan atau jenderal abal-abal?

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/12/18/saurip-kadi-kebodohan-atau-petualangan-422444.html


Saurip Kadi, Sipil atau Tentara?


Di dunia ini tiada yang abadi. Tampaknya Saurip Kadi mengabaikan kata-kata bijak ini. Dia masih menganggap dirinya sebagai tentara berpangkat Mayor Jenderal. Padahal nyata-nyata dia sudah pensiun. Sudah menjadi rakyat jelata, sama dengan tukang becak, tukang somai.

SEKITAR dua tahun lalu, setelah lama pensiun dari tentara, Saurip Kadi menyodorkan kartu nama kepada saya. Betapa kaget saya. Betapa tidak, kartu namanya masih bertuliskan Mayor Jenderal TNI Saurip Kadi. Foto di kartu namanya pun masih berpakaian seragam tentara, lengkap dengan tanda pangkat. Alamatnya: Kompleks Perwira AD Bulakrantai, Jl Rantai Timah G-25 Kramat Jati, JAKARTA TIMUR 13540. INDONESIA. Hp +62 815 186 57 58.

Indikasi lainnya, Saurip Kadi menggunakan e-mail yang merasa dirinya masih tentara:tentarabelarakyat@yahoo.com dan www.tentarabelarakyat.org

Ironisnya, meski sudah pensiun, dia masih tetap ngotot mempertahankan rumah dinas yang kini bukan haknya lagi di Kompleks Perwira AD Bulakrantai. Padahal rumah tersebut milik negara. Sedihnya lagi, saat ini ribuan tentara aktif tidak memilik rumah tinggal. Kalau tidak mengontrak, ya paling-paling hanya sanggup membeli rumah sepetak di pinggiran kota Jakarta.

Di sisi lain, Saurip Kadi mengaku telah memiliki rumah di Unit A2.6.9 Tower A1 Graha Cempaka Mas. Seharusnya, kalau sudah punya rumah, Saurip Kadi legowo menyerahkan rumah dinas yang dia tempati kepada tentara aktif. Lagipula rumah itu kan milik negara, bukan punya nenek moyang atau warisan dari karuhun Saurip Kadi?

Kesimpulannya: SAURIP KADI tidak rela menjadi warga sipil. Ia terkena post power syndrome

Sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/09/13/saurip-kadi-sipil-atau-tentara-589463.html


Saurip Kadi, Jenderal Betulan atau Jenderal Abal-abal?

http://sosok.kompasiana.com/2013/09/13/saurip-kadi-jenderal-betulan-atau-jenderal-abal-abal-589471.html
Saurip Kadi Makelar Kasus Tanah

http://hukum.kompasiana.com/2013/09/13/saurip-kadi-makelar-kasus-tanah-589470.html
Mesuji Hilang, Saurip Kadi Rusuh di Cempaka Mas

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/09/13/mesuji-hilang-saurip-kadi-rusuh-di-cempaka-mas-589467.html


Pensiunan Jenderal Abal-abal Kumpul Kebo?

Saurip Kadi berdalih kehadirannya di Unit A2.6.9 Tower A1 GCM karena sudah berstatus suami Justiani (Liem Siok Lan). Sejumlah aktivis tentu saja tertawa mendengar pengakuan Saurip Kadi. Soalnya, kata sejumlah aktivis, Saurip masih tercatat sebagai suami Niniek Koestiningsih. Dari hasil perkawinannya dengan Niniek, mereka memiliki dua putra yakni Danang Suryo Wibowo dan Adhityo Suryo Widodo. Pria kelahiran Brebes, 18 Januari 1951 ini bahkan masih tercatat sebagai warga Kompleks Perwira AD Bulakrantai, Jl Rantai Timah G-25 Kramat Jati, Jakarta Timur. Aneh bin ajaib kan?

DIDORONG rasa penasaran, saya lalu mencek ke Kelurahan Sumur Batu. Dari sana diperoleh informasi bahwa rumah tersebut dihuni Justiani. Tidak ada nama Saurip Kadi, apalagi surat keterangan menikah dengan Justiani. Sesuai Kartu Keluarga : 26/8/2013 Justiani adalah Kepala Keluarga dengan tiga orang anak sebagai anggota keluarga. Mereka adalah Annisa Dharma, Shakina Dharma, Avicena Farkhan. Tiga anak ini merupakan buah perkawinan Justiani dengan Dharma Setiawan. Saya kenal baik dengan Dharma Setiawan, teman sesama aktivis di Bandung yang juga mantan Sekjen Partai Merdeka yang didirikan mantan Menteri Koperasi/UKM Adi Sasono.

Karena makin penasaran, saya cek lagi ke kantor Kecamatan Kemayoran, juga tidak ada keterangan bahwa Saurip Kadi menjadi warga Graha Cempaka Mas. Begitu pun surat nikah dengan Justiani, sama sekali tidak ada. Lantas muncul pertanyaan, apakah mereka pacaran atau sekadar kumpul kebo?

Menurut rekan-rekan aktivis di ITB, termasuk orang-orang dekat Justiani, hubungan layaknya suami-istri antara keduanya terjalin sejak tahun 2011. Saat itu, tengah ramai diberitakan berita pembantaian warga Mesuji. Saurip Kadi dan Justiani makin sering bertemu dan mengadakan pertemuan dengan orang-orang Lampung membahas kasus Mesuji yang belakangan diketahui hoax. Kebersamaan inilah yang membuat cinta keduanya makin bersemi. Cinlok, gitu loh.

Beberapa teman-teman aktivis menuturkan, biduk rumah tangga Justiani- Dharma Setiawan pecah tahun 2010. Perceraian dipicu sikap keras kepala Justiani yang tidak pernah menurut kepada Dharma Setiawan sebagai imam dan kepala keluarga. Justiani lebih menurut kepada Saurip Kadi yang terus menentengnya kemana pun ia pergi. Dharma Setiawan berulangkali menasehati Justiani, namun tetap diabaikan. Akhirnya keduanya sepakat cerai. Tentu saja Saurip Kadi muncul sebagai pemenang karena sukses merebut istri orang.

Sumber : http://sosok.kompasiana.com/2013/09/14/pensiunan-jenderal-abal-abal-kumpul-kebo-589465.html


Konflik Mesuji Komoditi Ketenaran

http://hukum.kompasiana.com/2012/02/21/konflik-mesuji-komoditi-ketenaran-440791.html
Penyelesaian Kasus Mesuji Lampung; Cuap-cuap Tanpa Aksi!

http://regional.kompasiana.com/2012/02/21/penyelesaian-kasus-mesuji-lampung-cuap-cuap-tanpa-aksi-441125.html
Waspada, Dua Isu Berbahaya Hari Ini!

http://hukum.kompasiana.com/2011/12/15/waspada-dua-isu-berbahaya-hari-ini-421554.html


Warga Lampung Tuntut Saurip Kadi Minta Maaf

TEMPO.CO, Bandar Lampung - Sejumlah tokoh masyarakat yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Lampung (Fokmal) menuntut Mayor Jenderal Purnawirawan Saurip Kadi meminta maaf kepada warga Lampung. Saurip dinilai telah menyebarkan berita bohong terkait isu pembantaian 30 petani di Mesuji, Lampung.

"Permintaan maaf itu harus disiarkan melalui media massa, dan jika tidak dilaksanakan, kami akan menggugat di pengadilan," kata Ketua Forum Masyarakat Lampung Sutan Syahrir Oelangan, Senin malam, 26 Desember 2011.

Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar seratus tokoh yang mewakili perhimpunan, paguyuban, dan persatuan suku dan etnis yang ada di Lampung itu menyepakati 15 kesepakatan. Kesepakatan itu lebih banyak menyoroti sepak terjang Saurip Kadi di sengketa lahan di Mesuji, Lampung. "Secara agama, kami sudah memaafkan, tapi secara hukum belum. Langkah Saurip dan kelompoknya telah meresahkan warga Lampung," katanya.

Para tokoh adat yang datang di antaranya berasal dari Lampung, Batak, Minang, Panginyongan, Bali, Madura, Bugis, Ambon, dan Manado. Menurut mereka, laporan Saurip dan sebagian warga yang mengatasnamakan warga Mesuji dengan membawa video yang masih diragukan kebenarannya berdampak pada iklim investasi dan wisata di Lampung. "Investor saat ini resah. Sejumlah investor perkebunan yang hendak masuk ke Lampung jadi batal karena daerah kami dianggap tidak ramah," ujarnya.

Selain menuntut Saurip minta maaf, Fokmal juga meminta Majelis Penyimbang Adat Lampung dilibatkan dalam Tim Gabungan Pencari Fakta yang dibentuk oleh Presiden. Majelis Penyimbang Adat Lampung yang dibentuk berdasarkan peraturan daerah dinilai lebih memahami sengketa lahan yang ada di Mesuji. "Itu sengketa tanah ulayat. Tanah ulayat itu haknya orang pribumi. Sementara yang menempati lahan yang disengketakan itu adalah bukan penduduk pribumi, tetapi mereka yang sengaja datang untuk merambah," ujarnya.

Sementara itu, sejak sekelompok orang yang mengaku dari Mesuji melapor ke Komisi III DPR di Jakarta pada 14 Desember 2011 lalu, ribuan warga mulai berdatangan dari berbagai daerah untuk menduduki lahan Register 45. Mereka datang secara bergelombang dengan menggunakan kendaraan pribadi roda empat dan roda dua. Dari nomor kendaraan yang mereka tumpangi, mereka berasal dari Kota Metro, Lampung Timur, dan Lampung Tengah.

Para pendatang itu mempunyai ciri serupa, yaitu membawa tenda berwarna biru, perabotan, dan bekal seadanya. Mereka kemudian mendirikan tenda-tenda darurat di Talang Air Mati, Talang Gunung, Talang Batu, dan Blok 7 dan 8, yang masuk kawasan PT Silva Inhutani. Mereka juga memasang generator dan parabola untuk menyaksikan siaran televisi yang gencar mewartakan konflik Mesuji.

"Mereka seperti ada yang mengorganisasi untuk datang dan mengkapling-kapling tanah di kawasan itu. Kelompok massa yang datang didominasi suku Bali dan Jawa," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mesuji Umar.

Umar mengatakan pihaknya juga sudah mendapat data adanya jual-beli tanah di kawasan itu oleh sekelompok orang tertentu. Dia memprediksi jumlah warga yang datang akan semakin bertambah karena ada indikasi mobilisasi dari daerah lain. "Jika terus begini akan menimbulkan persoalan baru di Mesuji. Harus ada langkah tepat dan cepat," kata Pejabat Bupati Mesuji Albar Hasan Tanjung.

NURROHMAN ARRAZIE

http://www.tempo.co/read/news/2011/12/27/078373831/Warga-Lampung-Tuntut-Saurip-Kadi-Minta-Maaf


Saurip Kadi Datang, Lagi Warga Mesuji Bentrok
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/30/058413953/Saurip-Kadi-Datang-Lagi-Warga-Mesuji--Bentrok

Saurip Kadi Dianggap Provokator Penjarah Hutan
http://regional.kompas.com/read/2012/01/12/1201003/Saurip.Kadi.Dianggap.Provokator.Penjarah.Hutan

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com — Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi dan sejumlah pihak yang mengadu ke DPR terkait kasus Mesuji dianggap sebagai provokator penjarah hutan dan pengacau Lampung.

http://assets.kompas.com/data/2013/news3/images/artikel/quote_1.gif

Jangan jadikan kami korban kepentingan para pihak yang menjadikan kasus Mesuji untuk merongrong kepemimpinan nasional.

http://assets.kompas.com/data/2013/news3/images/artikel/quote_1.gif

Tudingan ini disampaikan sejumlah warga Mesuji asli yang berunjuk rasa mendatangi Kantor Pemprov Lampung, Kamis (12/1/2012) pagi ini.

Dalam pernyataan sikapnya, massa menganggap bahwa tuduhan adanya pelanggaran HAM berat berupa pembantaian petani yang disampaikan pengadu ke DPR beberapa waktu lalu adalah pembohongan publik.

"Jangan jadikan kami korban kepentingan para pihak yang menjadikan kasus Mesuji untuk merongrong kepemimpinan nasional," ujar Mulkipli, tokoh adat Mesuji, dalam pernyataan sikapnya.

Dalam unjuk rasa ini, massa membawa foto-foto Saurip Kadi dan pengurus Megou Pak Wan Mauli. Mereka menuntut kedua orang ini mempertanggungjawabkan pernyataannya dulu.

http://www.politikindonesia.com/index.php?k=nusantara&i=30472

Polri Bidik Saurip Kadi Soal Video Mesuji

http://news.okezone.com/read/2012/01/16/339/558213/polri-bidik-saurip-kadi-soal-video-mesuji

Bupati Mesuji: sambutan Saurip Kadi provokatif
http://www.sorotnews.com/berita/view/bupati-mesuji-sambutan.743.html#.UiwcK383egg

Asal Jeplak, Mayjen Saurip Kadi Diancam Somasi
Senin, 19 Desember 2011 , 19:32:00 WIB

http://www.rmol.co/read/2011/12/19/49495/Asal-Jeplak,-Mayjen-Saurip-Kadi-Diancam-Somasi-

Pernyataan Saurip Kadi Soal Mesuji Dinilai Lecehkan Presiden
http://www.jurnas.com/news/48212/Pernyataan_Saurip_Kadi_Soal_Mesuji_Dinilai_Lecehkan_Presiden/6/Nasional/Hukum

DOKUMEN PALSU DONGKEL PANGKOSTRAD


JAKARTA, (TNI Watch! 9/6/2000). Pangkostrad, Letjen TNI Agus Wirahadikusuma dan Asisten Teritorial KASAD, Mayjen TNI Saurip Kadi akan digeser. Dua jendral reformis itu menjadi sasaran tembak lawan-lawan politik mereka di tubuh TNI Angkatan Darat dengan penyebaran dokumen yang dikenal sebagai "Dokumen Bulak Rantai". Bulak Rantai adalah kawasan perumahan tentara di mana Saurip tinggal.

Dokumen Bulak Rantai disebutkan berisi pertemuan beberapa perwira TNI Angkatan Darat, seperti Letjen Agus WK, Mayjen Saurip Kadi dan beberapa perwira TNI reformis lainnya dengan beberapa elit politik. Dalam dokumen disebutkan pertemuan seolah-olah, pertemuan di rumah Saurip itu dihadiri beberapa tokoh politik, antara lain; Bondan Gunawan (saat itu pejabat sementara Sekretaris Negara), Marsilam Simanjuntak (Sekretaris Kabinet), Rahman Tolleng (tokoh Forum Demokrasi), Franz Magnis Suseno (anggota Forum Demokrasi), Th Sumartana dengan kalangan perwira TNI yang selama ini dikenal reformis seperti; Pangkostrad, Letjen TNI Agus Wirahadi kusuma, Aster KASAD, Mayjen Saurip Kadi, Kasdam Jaya, Brigjen TNI Romulo Robert Simbolon dan beberapa lainnya.

Konon dokumen yang sengaja disebar itu bertujuan mengadu domba kelompok Agus WK yang berkoalisi dengan orang-orang dekat Gus Dur dari lingkungan Forum Demokrasi (Fordem), seperti Marsilam, Bondan Rahman Tolleng dengan orang-orang dekat Gus Dur lainnya dari kalangan NU dan

PKB seperti Gus Im, Rozy Munir, Alwi Shihab, Syaefulloh Yusuf dan lain-lain.

Orang-orang dekat Gus Dur dari lingkungan NU dan PKB, cukup gusar dengan manuver kelompok TNI reformis dan Fordem. Mundurnya Bondan sebagai Sekretaris Negara, antara lain juga karena desakan orang-orang NU. Dan, kelompok Gus Im melihat mundurnya Bondan harus diikuti

mundurnya kelompok perwira TNI yang dianggap dekat dengan mereka. Kelompok Gus Im yang didukung Partai Golkar, juga tengah mendesak Gus Dur agar memecat Marsilam Simanjuntak.

Namun, soal dokumen tadi, Saurip Kadi membantah kebenaran isi dokumen itu. Pertemuan di tempat tinggalnya hanyalah pertemuan selamatan kenaikan pangkatnya dari brigjen menjadi mayjen. "Jadi sama sekali bukan pertemuan politik," ujarnya kepada TNI Watch!. Dalam acara selamatan itu, Saurip mengundang 80 perwira TNI berpangkat kolonel ke atas.

Meski begitu, berbagai sumber menyebutkan, akibat dokumen tersebut Agus WK, Saurip Kadi, Kasdam Jaya Brigjen TNI Romulo Simbolon akan digeser pekan depan dari pos nya masing masing. Agus WK akan digeser ke posisi memimpin Kodiklat (Komandan Pendidikan dan Latihan) TNI AD di Bandung menggantikan Letjen TNI Djaja Suparman.

http://www.mail-archive.com/indonews@indo-news.com/msg06970.html


Pertikaian Politik dalam Angkatan Bersenjata (Jejak Politik Mayjend (Purn) Saurip Kadi)


Walaupun pendidikan di akademi militer (akmil) pada korps perhubungan tapi karier militer Saurip Kadi dengan pangkat terakhir mayor jenderal ternyata lebih banyak urusan politik dalam karier tentaranya.

Tercatat selesai menempuh Seskoad, pria kelahiran Brebes 18 Januari 1951 itu langsung menjabat Perwira Pembantu Madya Ekonomi Staf Sospol ABRI. Di lingkungan Sospol ABRI sempat pula memegang posisi Sekretaris Pribadi Kepala Staf Sospol ABRI.

Sehabis menempuh Sesko ABRI, Saurip Kadi mendapat tugas sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Selama menjabat anggota dewan periode 1995 – 1997 duduk di komisi II yang waktu sebagai mitra kerja pemerintah untuk urusan politik dalam negeri. Pada masa Soeharto tumbang dan di awal reformasi, Saurip Kadi pernah duduk sebagai Pamen Ahli Kasad bidang Hukum dan Pemerintahan dan juga Staf Ahli bidang Khusus Menhankam. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah Asisten Teritorial Kepala Staf TNI-AD dengan menyandang pangkat mayor jenderal.

Ironisnya walaupun karir militer banyak bernuansa politik, Saurip Kadi ternyata harus terpental dalam karir ketentaraannya gara-gara intrik politik juga. Biar sempat menyandang pangkat bintang dua tapi terpaksa jobless di mabes TNI AD sampai masa pensiun datang.

Melihat jejak rekam kemiliteran Saurip Kadi terutama menjelang Soeharto tumbang sampai era Presiden Abdurrahman Wahid seperti napak tilas pertikaian para almuni akmil angkatan 1973 dengan para senior angkatan diatasnya yang masih terasa sampai sekarang.

Patut dicatat bahwa beberapa almuni akmil angkatan 1973 ternyata bintangnya lebih bersinar dari alumni angkatan sebelumnya. Sebut saja nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Wirahadikusumah atau Prabowo Subianto. Selain itu SBY menjadi mantu Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Agus Wirahadikusumah merupakan anak angkat Jenderal Umar Wirahadikusumah dan Prabowo Subianto menjadi mantu Jenderal Besar Soeharto. Di kalangan alumni ini juga terpecah kedalam tiga kelompok orang tersebut.

Pertikaian paling sengit terjadi pada Era Presiden Abdurrahman Wahid Jenderal Wiranto yang waktu itu menjabat Menkopolkam dengan Letjend Agus Wirahadikusumah selaku Pangkostrad. Dalam sebuah kesempatan, Wiranto sempat menunjukkan kegeramnnya kepada Agus Wirahadikusumah dengan berucap saya bintang empat, dia cuma bintang dua.

Dokumen Bulak Rantai ditenggarai merupakan puncak dari pertikaian tersebut dan disttting untuk menyingkirkan Agus Wirahadikusumah. Sayangnya posisi Agus Wirahadikusumah cukup kuat dan yang harus ditumbalkan adalah Saurip Kadi. Gara-gara dokumen Bulak Rantai itulah karir Saurip Kadi langsung habis.

Sebelumnya pertikaian antara alumni akmil angkatan 1973 dengan para seniornya terjadi tahun 1999 dimana SBY mengambil inisiatif memajukan diri menjadi calon presiden pada Sidang Istimewa tahun itu. Langkah SBY ini dianggap lancang oleh para seniornya. Selain itu sepak terjang Prabowo Subianto juga membuat gusar para seniornya terutama Wiranto.

Namun menghadapi kekuataan Agus Wirahadikusumah yang dibantu Saurip Kadi dikabarkan Wiranto terpaksa menggalang kekuatan dengan Prabowo Subianto. Untuk mematahkan kekuataan Agus Wirahadikusumah maka harus disikat dulu Saurip Kadi. Setelah sukses menyingkirkan Saurip Kadi maka tidak terlalu sulit untuk menyingkirkan Agus Wirahadikusumah.

Tapi Saurip Kadi masih lebih beruntung karena tidak seperti Agus Wirahadikusumah yang meninggalnya terkesan mendadak. Sampai saat ini masih banyak yang menjadi tanda tanya besar terkaitnya meninggalnya mantan pangkostrad alumni akmil angkatan 1973 itu.

http://petapolitik.com/news/pertikaian-politik-dalam-angkatan-bersenjata-jejak-politik-mayjend-purn-saurip-kadi-2/

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar