KORUPSI BANK BUKOPIN
by @TrioMacan2000
PT. Bank Bukopin salah satu bank milik negara melalui penempatan saham Depkeu, Yayasan & Koperasi Bulog dan PT. Jamsostek.
Komposisi kepemilikan saham Bukopin sbb:
Kopelindo (kop Pegawai Bulog) 39.54%
Negara RI 16.89%
Yabinstra 11.89%
Kopkapindo 6.54%3
Intinya, pemilik saham mayoritas di Bukopin (> 60%) adalah uang negara. Uang Rakyat. Meski secara UU, Bukopin tdk termasuk BUMN. Namun, pengendali utama Bukopin tetap MenBUMN @iskan_dahlan yg membawahi Bulog sebagai Induk Perusahan Bukopin. Plus saham negara 16%.
Publik sudah mengetahui sejak lama bhw Bulog dari dulu merupakan sarang korupsi. Bnyk kasus2 korupsi yg menjerat Kepala/Dirut Bulog. Bahkan Gus Dur jatuh dan akbar tanjung sempat dipenjara, gara2 duit Bulog dijadikan "bancaan nasional". Uang Bulog banyak "setannya".
Status Bukopin yg "banci" secara UU karena bukan termasuk BUMN murni menyebabkan Bukopin bebas dikorupsi oleh direksinya. Modus korupsi di anak perusahaan BUMN ini adalah modus korupsi yg paling disenangi oleh Direksi2 BUMN dan direksi anak2 BUMN. Dengan alasan, uang yg ditempatkan di anak BUMN bukan temasuk uang negara. Kasus2 korupsi yg tejadi di anak2 BUMN sangat banyak dan aman.
Tindak pidana korupsi di anak2 BUMN disulap menjadi tindak pidana penggelapan dengan manfaatkan celah hukum yg ada. Suap jadi senjata. Dampaknya banyak kerugian negara akibat korupsi di anak2 BUMN tidak diusut tuntas. Damai melalui suap. Dipetieskan. Termasuk di Bukopin.
Contoh korupsi di Bukopin: Rekayasa Perhitungan Pembagian Tantiem Direksi / Komisaris Bukopin tahun buku 2010.
RUPS BUKOPIN tgl 18 Mei 2011 telah menetapkan: "Menyetujui pemberian TANTIEM kpd direksi/komisaris yg besar nominalnya sebanyak2nya". Sama dengan tahun lalu (2010). Hasil RUPS itu diumumkan di media massa pada tgl 20 Mei 2011. Namun, hasil RUPS tsb direkayasa. Hasil RUPS tgl 18 Mei 2011 itu direkayasa direksi BUKOPIN pada tanggal 10 juni 2011 dgn merobah redaksi hasil RUPS Bukopin. Dengan rekayasa direksi tsb, redaksi hasil RUPS BUKOPIN menjadi: "Menyetujui pemberian TANTIEM kpd direksi dan komisaris 'secara prosentase' sebanyak banyaknya sama dengan tahun lalu". Kata "nominal" dirobah menjadi "prosentase". Sangat berbeda artinya.
Redaksi hasil rekayasa direksi Bukopin itu kemudian diumumkan di media massa pada tanggal yg sama 10 Juni 2011. Notaris keberatan. Notaris keberatan dengan rekayasa dan pemalsuan hasil RUPS yg dilakukan oleh Direksi Bank Bukopin. Tapi direksi bukopin menekan notaris. Ketika Notaris meminta notulen rapat RUPS susulan setelah 18 Mei 2011, direksi Bank Bukopin tidak bisa menunjukan. Direksi ngotot. Akhirnya notaris mengalah. Akibatnya TANTIEM Direksi dan Komisaris Bukopin pun mengelembung sangat besar, beda dgn hasil RUPS sebenarnya.
Direksi Bukopin sendiri sangat tertutup kepada publik mengenai jumlah REMUNERASI direksi dan komisaris Bank Bukopin. Data REMUNERASI yg diberikan dan yg dipublikasikan jauh berbeda dgn fakta sebenarnya.
Contoh: utk tahun 2011 BUKOPIN umumkan REMUNERASI total utk komisaris dan direksi hanya Rp. 30.245.000.000. Padahal sebenarnya jauh lebih besar. 2 kali lipat angka itu.
Data resmi Bukopin yg diperoleh kejaksaan agung, untuk tahun 2005 saja, REMUNERASI direksi dan komisaris Bukopin = Rp. 53.945.519.949.26. Sangat jelas indikasinya bahwa Direksi BUKOPIN sengaja menutup2i jumlah REMUNERASI direksi/komisaris agar tdk disorot publik.
Untuk membuktikan berapa Remunerasi yg sebenarnya sangat gampang. Selidiki berapa pajak yg dibayar dirkom Bukopin (@PajakRI).
Modus korupsi lain di BUKOPIN adalah praktek "office in office". Banyak keuntungan oprasional Bank Bukopin masuk ke rekening pribadi.
Contoh: Ketika BUKOPIN mendapatkan tugas utk penyelesaian kredit macet sejumlah debitur eks BPPN senilai lebih Rp. 3 triliun. Sebagian perusahaan eks debitur BPPN itu di takeover dgn mekanisme pencucian uang hasil korupsi milik eks Ka Bulog Widjanarko Puspoyo. Direksi dan pejabat2 BUKOPIN lalu membuka rekening penampungan di bank2 swasta dengan NPWP pribadi yg masing2 diduga palsu.
Berikut sebagian NPWP Pejabat Bukopin yg diduga palsu yg digunakan utk buka rekening di bank:
09.236.102.9-407.000
09.254.177.0-407.000
09.312.388.3-411.000
09.312.663.9.-411.000
09.254.176.2-407.000
09.122.385.9-035.00034
09.582.470.6-015.000
Inilah 7 NPWP yg digunakan membuka rekening2 penampungan hasil transaksi takeover debitur2 eks BPPN. Jumlah uang yang masuk ke rekening2 tersebut bernilai ratusan milyar bahkan ada satu rekening yg mencapai 500 milyar.
Uang yg dipakai utk takeover perusahaan2 bermasalah eks debitur BPPN itu diduga uang hasil korupsi Ka Bulog Widjanarko puspoyo. Widjanarko Puspoyo sendiri sudah pernah dihukum penjara karena terlibat korupsi ratusan milyar di Bulog terkait impor beras. Modus transaksi yang diduga pencucian uang itu dilakukan sejak 2003 dan saat Sofyan Basir masih menjabat sebagai Dirut Bukopin.
Cukup? Tidak!!
Ada lagi transaksi yg diduga hasil korupsi. Setidak2nya sejak tahun 2002 ada "setoran gelap" yg masuk ke direksi Bukopin. Setiap bulan ada setoran gelap dalam bentuk cek kpd direksi BUKOPIN.
Contoh : Via cek CH AA 827056 dan CH AA 827057 masing2 Rp. 175 juta.
Cek2 tsb ditarik tunai oleh sekretaris/staf direksi Bukopin. Misalnya oleh Dessy (sekretaris Sofyan Basir), dan oleh Tanti (Agus Hermawan).
Dokumen2 yg saya miliki menunjukan setiap bulan ada "setoran gelap" ke direksi2 BUKOPIN dgn nilai variasi Rp. 85 juta sd 175 juta/bulan. Nama2 penarik cek tunai itu selain sekretaris direksi juga staf seperti: Rini, adnan saleh dst. Direksi BUKOPIN benar2 mandi uang.
Cukup? TIDAK!!
Ada yg lebih mengejutkan lagi. Kasus korupsi kredit fiktif TKI fasilitas BI senilai ratusan M yg sampai skrg ditutup2i. Juga kasus korupsi kredit Drying Center kepada PT. APL senilai Rp. 62.8 milyar pada tahun 2004 saat sofyan basir masih Dirut Bukopin.
Modus korupsi kredit Drying Center itu adalah dgn merobah/memalsukan Merk dari seharusnya merk "Global Sea" ditukar merk "Sincui". Akibatnya 10 orang pejabat BUKOPIN menjadi tersangka oleh Kejagung. Namun, diduga karena siraman2 yg tak henti, kasus ini "dipetieskan". DPR juga pernah menanyakan kasus ini kepada Kejaksaan Agung. Jaksa Agung Basrief Arief langsung minta Gelar Perkara diulang. Namun gelar perkara yg harusnya dilaksanakan tahun 2011 lalu itu tiba2 mandek. Seorg pimp Komisi XI inisial AQ diduga intervensi. Pimp Komisi XI DPR berinisial AQ tersebut disebut2 terima suap sebesar Rp. 3 milyar utk amankan kasus korupsi Bukopin.
AQ yg juga politisi pentolan Partai Demokrat sebelum menjabat anggota DPR adalah mantan pegawai Bukopin. AQ juga pernah disebut2 TEMPO pernah mencoba minta suap kepada direksi Peruri Junino yg ternyata mantan petinggi KPK. AQ hampir pingsan. Banyak kasus2 korupsi di Bukopin lainya. Seperti korupsi mark up sewa rental mobil dinas yg hrg sewanya jauh lebih mahal drpd hrg pasar. Atau korupsi Fee Based Income dari brokerage premi asuransi dari nasabah/debitur Bukopin yg dikelola anak perushaaannya PT. DBS55.
Korupsi yg menggila di BUKOPIN memang sulit diusut karena adanya celah hukum terkait batasan korupsi menurut UU. Apalagi pihak2 pelaku korupsi tsb masih menjabat sebagai direksi BUKOPIN. Terus menerus diperpanjang masa jabatannya oleh pemegang saham. Apakah pemegang saham mayoritas cq. Direksi BULOG ikut menikmati hasil korupsi berjamaah di BUKOPIN? Kejagung/@KPK_RI hrs usut. Apalagi salah satu direksi yg diduga ikut berkorupsi ria yaitu mantan dirut Bukopin skrg menjabat sbg DIRUT BRI. Pasti banyak manuver.
Skrg rakyat menunggu kinerja kejagung dan @KPK_RI. Apakah mereka lebih "bodoh" dibandingkan direksi Bukopin atau ikut terima suap?.
Untuk menyegarkan ingatan, kasus2 direksi Bukopin antara lain: korupsi kredit, pencucian uang, suap, penggelapan, pemalsuan dst. Juga ada kasus dana siluman yg masuk ke rekening direksi Bukopin (sofyan basir, glen glenardi, agus hermawan, Toni Soetirto dst). Uang siluman yg masuk ke rekening direksi Bukopin itu ( Sofyan Basir skrg Dirut BRI & Toni Soetirto Dir Konsumer BRI) baru pencairan cek. Uang yg masuk setiap bulan yg bukan berasal dari gaji direksi itu, dicairkan oleh para staf mereka (Rini, Adnan, Dessy, Ririn, Nurbaiti).
Cek2 yg bernilai 85 - 175 juta per bulan itu diduga keras berasal dari praktek korupsi oleh direksi dan pejabat2 Bukopin. Disamping itu, direksi Bank Bukopin juga diduga keras merugikan negara/Bukopin 50 milyar melalui pembelian saham Bank Global.
Bank Global kemudian dilikuidasi. Korupsi melalui pembelian saham Bank Global itu dilakukan dgn modus mark up harga saham Bank Global. Disinyalir, uang 50 milyar utk pembelian saham itu jadi bancakan direksi Bukopin dan direksi Bank Global. Kasus korupsi lalu ini menguap
Kasus korupsi lainnya adalah: mark up dan pekerjaan fiktif proyek renovasi gedung kantor Bulog 80 milyar. Pembiayaan dari Bukopin.
Proyek fiktif dan mark up renovasi gedung kantor Bulog senilai 80 M itu dikerjakan oleh BUMN PT. Pembangunan Perumahan (PP). Nilai riel pekerjaan renovasi gedung kantor Bulog itu hanya senilai Rp. 20 milyar. Negara/Bukopin dirugikan 60 milyar. Modus korupsinya adalah dengan hanya melakukan pekerjaan renovasi bagian luar gedung kantor Bulog. Bagian dalam tdk direnovasi. Dan uang hasil korupsi 60 milyar itu masuk kantong pribadi: Kabulog, deputy keuangan bulog dan direkur investasi.
Kasus korupsi Bank Bukopin & Bulog juga terjadi pd proyek impor sapi. Kerugian negara sebesar 30 milyar. Kasusnya mandeg. Aparat disuap.
Ada lagi Kasus korupsi yaitu pembelian asset2 BPPN oleh Perusahaan2 adik Kabulog (Wijoyokongko) dengan modus: Pimpinan Yanatera Bulog.
Pimp Yanatera Bulog mengajukan kredit 30 milyar ke Bukopin dgn jaminan dana bulog yg ada di Bukopin. Lalu uang yg 30 M tsb dicairkan. Oleh Yanatera Bulog uang 30 milyar tersebut disalurkan ke perusahaan2 fiktif seperti PT. Babenhil dll yg sebenarnya milik adik Kabulog.
Transaksi2 take over perusahaan2 eks BPPN ini mendapatkan suppor penuh dari Dirut Bukopin Sofyan Basyir (skrg dirut BRI) @KPK_RI. Perusahan2 milik adik Kabulog itu mendapatkan prioritas utama dari Sofyan Basyir (Dirut Bukopin) utk mendapatkan kredit2 investasi. Rata2 keuntungan dari transaksi2 takeover perusahaan Eks BPPN yg dilakukan oleh perusahaan2 adik kabulog sebesar 5-15 milyar/bulan.
Bank Bukopin tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam proses permainan take over perusahaan2 ini. Hanya pendapatan bunga selama 3-6 bulan. Perusahan2 adik kabulog (yg didalamnya juga terdapat pejabat2 bulog) sebenarnya hny broker modal dengkul. Kredit2 mereka dijamin Bulog.
Selanjutnya perusahan2 yg ditakeover tsb (ada 10 perusahaan/portofolio) sdh ada pihak2 yg men-takeover-nya lagi. Hny numpang lewat. Keuntungan broker2 modal dengkul ini dari transaksi take over 10 portofolio ini, Rp. 102 milyar. Dibagi2 utk pejabat2 bulog/bukopin.
Porsi uang haram terbesar hasil korupsi itu adalah:
Kabulog & adiknya
Ketua Yanatera Andi Chaerudin
Sofyan Basyir
Kadiv Investasi Bulog
Kadiv Investasi Bulog Bank Bukopin (Sulistiyo Hadi)
Kadiv Penyelesaian Kredit Bukopin (Riyanto)
Deputy Keuangan Bulog (Salam achmadi)
Disamping itu, direksi dan komisaris Bank Bukopin yang lain juga mendapatkan bagian utk uang "tutup mulut dan tutup mata".
Terkait dgn Bank Global, korupsi direksi Bukopin tdk hanya 50 milyar tadi. Bukopin dan bank Global juga membobol Bukopin dgn modus lain. Modusnya adalah dgn transaksi Obligasi antarbank. Obligasi bank global (yg saat itu sdg sakit) dibeli Bank Bukopin senilai 40 milyar. Sementara Bank Global membeli obligasi Bank Bukopim senilai 38 milyar. Yg terlibat disini: Kabulog Widjanarko, Saean, Andi Chairudin. Dari Bank Bukopin yg terlibat: Sofyan Basyir, Trijoko, Agus Hernawan dan Heru (kaur treasury).
Selain itu ada penempatan antarbank. Penempatan/placement antarbank itu senilai 25 milyar. Rencana semula 100 M tapi keburu diketahui Bank Indonesia. Bukopin diperiksa BI. BI periksa Bukopin krna penempatan antarbank itu langgar PBI karena Bank Global sedang dalam keadaan "sakit". Heru Kaur Treasury diancam.
Heru kadiv Treasury Bukopin diancam bunuh oleh pejabat2 terlibat (Bulog, Bukopin, Global) jika berikan kesaksian dan dokumen2 korupsi.
Tim Pemeriksa BI disuap habis2an agar mau "bekerjasama dan damai". Mirip kasus investasi bodong 300 M uang PT. Jamsostek di Bank Global. Publik tentu masih ingat bgmn uang investasi PT. jamsostek di Bank Global Rp. 300 milyar lenyap akibat Bank Global dilikuidasi.
Cukupkah ?? Tidak !!
Masih banyak korupsi2 di Bank Bukopin. Salah satunya adalah korupsi jasa giro dana Bulog di Bank Bukopin. Dana Bulog di Bank Bukopin rata2 2-3 triliun setiap tahunnya yg ditempatkan dalam rekening Giro bulog. Ada fee (suap) dari bukopin. Bukopin selalu memberikan fee dibawah tangan (suap) kepada pejabat2 Bulog sebesar 2-3% di samping bunga/jasa giro resmi. Fee gelap (suap) itu totalnya sekitar Rp. 45 milyar per tahun. Uang suap itu mengalir utk dana non budgeter pejabat2 bulog pusat & daerah.
Kasus2 korupsi dana bulog dulu (buloggate) seperti Gus Dur atau Akbar Tanjung yg menghebohkan itu adalah dari dana2 siluman itu. Praktek korupsi/suap Bukopin via jasa giro ini sdh berlangsung lama sejak jaman Kabulog Beddu Amang sampai SAAT INI !!
Dirut Bank Bukopin sebelumnya (Sofyan Basyir) dan direksi Bukopin saat ini juga turut serta korupsi dan menikmati bagian uang haram itu. Saat ini Dirut Bulog Soetarto Alimoeso dan jajaran direksi Bulog juga perlu diperiksa terkait aliran dana suap fee jasa giro. Apalagi Soetarto itu adalah teman karib SBY. Jangan sampai uang haram Bulog/Bukopin masuk ke Istana dan SBY. Ini berbahaya!!
Korupsi Direksi Bank Bukopin dan Bulog juga terjadi pada pengadaan kredit2 pangan dan non pangan. Termasuk juga pembelian Raskin. Kita masih ingat ketika Dirut Bulog yg lama Mustafa Abubakar (mantan menBUMN) tersangkut korupsi pengadaaan raskin senilai 800 milyar. Akibat kasus korupsi Raskin 800 M itu, MenBUMN mustafa abubakar sempat jadi "sandera dan diperas" habis oleh oknum2 tertentu. Bahkan penempatan direksi2 BUMN pada masa Mustafa Abubakar jadi MenBUMN ada yg merupakan hasil ancaman bongkar kembali kasus korupsinya.
Kembali ke Bukopin. Kredit2 bukopin byk yg dicairkan utk proyek2 kerabat/keluarga kabulog/direksi Bulog. Bukopin takut (atau njilat?). Sebagai pemegang saham terbesar (pemilik) Bank Bukopin, Direksi Bukopin sangat takut dan selalu memenuhi permintaan2 kredit keluarga Bulog. Protofolio kredit Bukopin utk kerabat2 Pejabat Bulog itu mencapai ratusan milyar seperti kredit restoran, SPBU dll.
Anggta DPR jg dapat. Salah satu anggota DPR yg mendapatkan kredit istimewa adalah Herman Herry politisi dari PDIP. Singkatnya Bukopin jd "bancakan nasional".
Yang paling keji adalah korupsi Raskin. Bukopin dan Bulog seluruh indonesia bekerjasama. Beras2 utk rakyat miskin itu tidak disalurkan. Korupsi beras2 utk rakyat miskin itu tidak disalurkan dgn modus membuat laporan penyerahan fiktif berkolusi dgn Bupati/camat/lurah/kades. Selanjutnya beras2 rakyat miskin yg harusnya dibagi secara cuma2 ke rakyat miskin ditumpuk di gudang2 Dolog. Kemudian dijual ke pasar. Sesuai dokumen yg diterima dari Bukopin, praktek korupsi beras miskin (RASKIN) ini mencapai 280 milyar per tahunnya !!! Bejaaaaaatt !
Cukup? tidak !!
Banyak korupsi lain di Bukopin yg akan saya kultwitkan dalam KORUPSI BUKOPIN PART III. Seperti:
Kasus kredit tani60
Korupsi kasus pembelian Bank Persyarikatan
Kasus rekening palsu Nurdin Halid
Kasus penggunaan rekening karyawan o/ direksi dll
Kasus2 korupsi yg totalnya mencapai triliunan rupiah di BUKOPIN ini yg menyebabkan Dirut BRI saat ini Sofyan Basyir tidak tenang. Sebagai Mantan Dirut Bank Bukopin, Sofyan Basyir ingin mengamankan kasus2 korupsinya di Bukopin dgn memaksa akuisisi Bank Bukopin o/ BRI.
Direksi Bank Bukopin saat ini juga gelisah. Mereka akan pertahankan terus jabatannya meski sdh 3 periode u/ tutupi kasus2 korupsi mrka. Sementara itu Kejaksaan Agung yg sudah menyidik kasus2 di Bank Bukopin ini "sengaja" gantung proses hukumnya" agar bisa jadikan "ATM". Sedangkan @KPK_RI ? Sudah kita ketahui bhw KPK kita mandul bin impoten. Samad cs tak lebih boneka istana, partai dan DPR. LEMAH !!
Eeng ing eeeng ... sebelum kasus2 korupsi bank bukopin, saya ceritakan, kita sedikit review ttg kasus2 korupsi bank Bukopin yg saya bahas sebelumnya2.
Kasus Pertama adalah korupsi Kredit Drying Center thn. 2004 yg rugikan negara Rp. 62.8 M. Kasus sdh diproses di kejaksaan agung.
Kasus Korupsi di Bank Bukopin yg kedua adalah pemalsuan hasil RUPS terkait pembagian tantiem direksi/komisaris Bukopi puluhan milyar.
Kasus korupsi Bukopin selanjutnya: penempatan uang antarbank, mark up harga saham, obligasi bodong dst.. total ratusan M di bank global.
Kasus lainnya di Bukopin: Pemalsuan informasi tentang Bank Bukopin kpd publik yg berbeda dgn yg sebenarnya. Utamanya terkait Gaji Dirkom.
Kasus2 Bukopin lainnya: korupsi renovasi gedung bulog, korupsi laba ratusan M hasil 10 portofolio eks BPPN yg masuk kantong pribadi.
Kasus impor sapi fiktif, kredit pihak III dgn jaminan deposito yanatera bulog, kasus korupsi 5 kredit fiktif TKI (fasilitas BI) 150 M.
Kasus suap fee 2-4% jasa giro dana Bulog utk pejabat2 bulog dan dana haram non budgeter Bulog dan kasus suap tim pemeriksa BI.
Kasus kolusi kredit2 non pangan utk pejabat, keluarga2, kerabat pejabat2 bulog termasuk anggota DPR & kredit fiktif 80 M pd adik Kabulog. Juga dana2 siluman yg ratusan juta per bulan yg masuk ke rek Direksi Bukopin. Plus rek2 gelap di bank2 swasta dgn data NPWP2 palsu.
Itulah sebagian dari kasus2 korupsi di Bank Bukopin yg totalnya lebih 1 Triliun. Kasus2 ini menimbulkan banyak korban, ancaman dan PHK.
Sekarang kita masuk ke korupsi Bukopin selanjutnya yaitu korupsi fee/suap dalam pengadaan komoditi2 hasil pertanian, produk tekstil, furniture dll sebagai alat kompensasi pembayaran pembelian pesawat SUKHOI dari Rusia.
Setiap pengadaan komoditi tsb yg pembayarannya via Bukopin dikenakan fee/suap 10-20 dari nilai pembayaran komoditi tsb. Ratusan M masuk kantong Direksi Bukopin/Bulog. Uang haram hasil suap dan korupsi Bank Bukopin/Bulog tsb sebagian dicuci lagi di Bukopin (money laundry), sebagian disimpan di Hongkong.
Ada juga kasus terkait transfer uang gelap US$ 100 juta dari Israel ke Bank Bukopin yg dilakukan oleh Direksi Bukopin dan Yohan. Direksi2 Bukopin & ex Dirut Sofyan Basyir yg skrg jadi Dirut BRI dpt menutup2i semua kasus korupsi mereka dgn menabur uang suap kemana2. Transfer US$ 100 juta dari Israel itu sempat dipertanyakan Pemeriksa BI dan BPK namun semuanya diselesaikan secara "damai" melalui suap.
Direksi Bukopin juga mengandalkan kedekatannya dgn Yayasan Cikeas utk mengamankan korupsi2 mereka. yayasan Cikeas jadi tameng mereka. Itu sebabnya kasus Drying Center jd macet di Kejagung. Padahal itu bisa jd "pintu masuk" utk bongkar semua korupsi triliunan di Bukopin.
Dari pengusutan kasus2 korupsi di Bukopin, sebenarnya Kejaksaan agung bisa langsung masuk utk usut juga korupsi di Bulog dan BI. Bahkan Kejaksaan agung bisa masuk ke BPK serta usut juga triliunan uang haram para pejabat dan mantan pejabat Bulog. Disita utk negara.
Melalui kasus Drying Center Kejaksaan agung atau KPK_RI juga bisa usut tuntas triliunan kredit macet/fiktif pada kredit2 Bukopin. Ada triliunan rupiah kredit macet/fiktif Bukopin terkait dengan: KLBI, KUT, KKPA (sawit), KLBI PJTKI, KKP Tebu Rakyat, dll.
Sudah lama Bukopin itu menjadi bank tempat pencucian uang pejabat2 korup Bulog dan direksi Bukopin sendiri. Selain di Hongkong/Macau.
Selama ini Direksi Bukopin sesumbar karena bisa menyuap pejabat2 BI, Kejaksaan agung, BPK dst..padahal total korupsinya triliunan. Saking hebatnya Bukopin, malah pejabat Bukopin yg sdh jadi tersangka kejaksaan pun bisa diangkat jadi direksi dan diizinkan BI.
Oh lupa, kasus korupsi lain yg perlu disidik kejaksaan adalah pembelian Gedung ABDA di Jl. Sudirman Jakarta oleh Bukopin dan Kabulog. Ada kasus suap puluhan M dan pemalsuan dokumen yg dilakukan oleh Bukopin dan Kabulog dalam pembelian gedung ABDA tersebut.
Lalu bagaimana dgn internal /karyawan Bukopin sendiri dalam melihat korupsi2 pimpinannya itu? Mayoritas diam. Sebagian melawan & di PHK. Bahkan Serikat Pekerja yg kritis terhadap praktek korupsi2 Direksi Bank Bukopin diteror, dimutasi ke daerah2 dan diturunkan pangkatnya.
Lalu direksi bank Bukopin buat Serikat Pekerja (SP) Bukopin tandingan yg pengurusnya adlh para karyawan penjilat yg mau disuap direksi. Para pejabat Bukopin yg sudah tidak tahan dan marah dengan praktek2 korupsi Direksi Bukopin dan Bulog banyak yg keluar mengundurkan diri. Bahkan saking tamak dan serakahnya Direksi Bank Bukopin, korupsi dan suap kecil2an pun mau mereka terima. Seperti biaya liburan ke LN.
Sebagai contoh kecil, Ada oktober 2010 direksi Bank Bukopin terima suap jalan2 gratis ke Eropa dari PT. Beyond Media via Aviatour. Tercatat banyak nama yg nikmati liburan gratis ke Eropa + uang saku ribuan dollar. Seperti: Ribawanto Suroso, Lamira S & Eko Basuki.
Selama Kejagung, Bank Indonesia, BPK & aparat hukum/pemeriksa lainnya bisa disuap oleh direksi Bukopin, maka korupsi2 akan makin marak.
Oh ya ada info menarik. Kemaren Direksi Bukopin panik ketika tahu kasus2 korupsinya yg triliunan ini di publikasikan via Socmed. Direksi Bukopin segera melakukan rapat darurat dengan para kadiv utk mengantisipasi follow up info Socmed dari aparat hukum & KPK_RI. Bgmn pun direksi Bukopin tdk bisa abaikan info Socmed. Wong mafia Petral aja bubar kocar kacir krn info twitter sampai ke SBY hehehe...
Satu2 nya "senjata" Direksi Bukopin lepas dari jeratan hukum akibat korupsi2 mereka adalah dgn ngotot bhw "tidak ada kerugian negara". Direksi Bukopin akan berlindung dibalik UU BUMN yg menyebutkan kriteria BUMN adalah saham kepemilikan negara lebih dari 51%.
Direksi Bukopin akan "meyakinkan" aparat hukum bhw Bukopin bukan BUMN meski 95% saham adalah modal Bulog, Koperasi, Jamsostek dan Depkeu. Direksi BUKOPIN masih yakin dengan keampuhan uang suap kepada pihak2 terkait (BI, BPK, kejaksaan agung dst). Apalagi ada yayasan Cikeas.
Padahal KPK_RI bisa masuk usut korupsi Bukopin dari kasus2 lainnya seperti kredit fiktif KLBI, PJTKI, KPPA, KUT dan pencucian uang. KPK_RI akan sangat mudah utk menemukan bukti2 korupsi dan pencucian uang di Bukopin. Para karyawan pasti akan senang memberikan data2.
Sebagian karyawan bukopin sdh sangat muak dengan perilaku korup Direksi Bukopin yg hidup mewah hasil penjarahan uang negara.
Demikian dulu cerita kasus2 korupsi di Bank Bukopin yg melibatkan Bulog dan mantan dirut yg skrg Dirut di BRI. Sekian dan terima kasih.
Saya barusan terima info lagi tentang Kebusukan Direksi dari beberapa pejabat Bank Bukopin di seluruh Indonesia. Mereka semua prihatin terhadap informasi ancaman pembunuhan diri saya yg diduga berasal dari salah seorg direktur berinisial AH.
Mereka para pejabat2 Bukopin di daerah menyatakan dukungan dan doa semoga saya tetap dalam lindungan Allah SWT serta maju terus. Mereka mengatakan bhw informasi korupsi di Bukopin yg saya kultwitkan sebagian besar benar dan sesuai dgn fakta2 yang terjadi di Bukopin. Sbg bentuk dukungan mereka berikan sejumlah informasi baru terkait korupsi di Bukopin yg belum saya kultwitkan ke publik.
Sebelumnya, mereka juga infokan bhw direksi Bukopin saat ini sedang melakukan "rapat khusus" di suatu tempat rahasia sbg antisipasi. Selain antisipasi thdp audit investigasi Tim Kemenkeu, Kejaksaan Agung dan Bank Indonesia, semoga rapat itu tdk bahas rencana pembunuhan.
Sebab jika diketahui rapat khusus rahasia tsb juga bahas rencana pembunuhan thdp diri saya itu adalah kejahatan besar. Hukumannya MATI !. Pembunuhan Berencana apalagi jika dilakukan secara bersama2 oleh direksi Bukopin, meski pun tdk terlaksana sdh merupakan delik pidana.
Bagi saya, ancaman pembunuhan itu sdh merupakan risiko yg harus dihadapi ketika mulai altif menjalankan akun antikorupsi.
Info korupsi yg saya terima tadi adalah korupsi direksi Bukopin dengan modus pemasangan iklan billboard Bukopin di seluruh Indonesia. Sejak tahun 2000 sd sekarang ini Bukopin memasang ratusan iklan billboard di ratusan titik di Indonesia. Satu cabang terdapat 3-5 titik. Cabang2 luar kota dgn 3-5 titik iklan bilboard dianggarkan biaya 250 - 300 juta. Padahal harga sebenarnya 100 - 150 juta per titik. Sementara itu jika untuk di DKI Jakarta, 1 titik di lokasi strategis dianggarkan 1-2 milyar per titik.
Pincab2 bukopin hny ajukan usul. Semua pengerjaan pemasangan Billboard Iklan Bukopin dilakukan oleh vendor yg sdh ditunjuk direksi. Diduga ada mark up 50-100% per titik.
Hitung saja berapa kerugian negara jika jumlah kantor cabang Bukopin se Indonesia sebanyak 280 kantor cabang. Dgn rata2 mark up 150 juta. Dengan mark up per titik Billboard 150 juta per titik lokasi, maka diduga kerugian Bukopin minimal = 280 x 150 juta = Rp. 42 milyar !
Info korupsi direksi Bank Bukopin lain yg saya terima adalah korupsi dalam proses take over kredit macet yg banyak dibeli Direksi. Pembelian Asset2 kredit macet oleh direksi Bank Bukopin dilakukan dgn "pinjam tangan" orang lain dgn harga yg sangat murah.
Contohnya: take over gedung eks service agent bpk yang terletak di jl. Hasanuddin Jaksel. Dibeli dgn harga murah dgn gain yg tinggi. Gedung itu skrg digunakan sbg perusahaan out sourcing yg supply tenaga2 kerja honorer seperti satpam ke seluruh kantor Bukopin. Gedung dan perusahaan itu skrg disebut2 milik salah satu direksi Bank Bukopin. Demikian juga dgn pembelian asset2 atau penyewaan kantor2.
Pembelian/penyewaan kantor2 cabang/capem Bukopin dilakukan dgn beli/sewa asset milik direksi atau kerabat2 direksi Bukopin. Ada mark up. Demikian jg dgn pemasangan iklan2 di stasiun TV atau Radio yg selalu pakai jasa pihak III atau broker. Harga lbh tinggi & dapat komisi.
Korupsi lain juga terjadi pada lelang eks mobil dinas direksi yg diprioritaskan hny utk direksi bukopin dgn harga yg sgt murah. Korupsi lain juga diduga terjadi pada asuransi kesehatan karyawan bank bukopin yg selalu berganti2 setiap tahun tergantung pd komisi.
Anak2 perusahan Bukopin adalah sarang korupsi dan sapi perah direksi. Tidak hasilkan keuntungan nyata bagi Bank Bukopin. Direksi anak perusahaan Bukopin selalu diduduki orang yg itu2 saja bahkan tidak diganti2 meski sdh belasan tahun menjabat. Anak2 perusahaan itu berfungsi seolah2 hanya utk mesin uang & menambah kekayaan pribadi direksi bank Bukopin saja. Bukopin sgt dirugikan.
Mengenai solusi membongkar megakorupsi di BUKOPIN adalah dgn cara pemerintah sbg pemegang saham minoritas ajukan protes ke BUKOPIN. Pemerintah sbg pemegang saham minoritas, juga minta RUPS LB dan melaporkan korupsi2 BUKOPIN ke KPK dan kejaksaan agung. Nota Protes pemerintah sbg pemegang saham minoritas adalah bukti serius bhw pemerintah dirugikan pada korupsi2 trilunan di Bank Bukopin. Jika Kejagung atau KPK_RI menindaklanjuti nota protes pemerintah thdp korupsi2 direksi BUKOPIN, akan terbongkar semua praktek korupsi2 itu.
Kita berdoa aja, semoga KPK & Pemerintah pro Rakyat, amin...
PT. Bank Bukopin salah satu bank milik negara melalui penempatan saham Depkeu, Yayasan & Koperasi Bulog dan PT. Jamsostek.
Komposisi kepemilikan saham Bukopin sbb:
Kopelindo (kop Pegawai Bulog) 39.54%
Negara RI 16.89%
Yabinstra 11.89%
Kopkapindo 6.54%3
Intinya, pemilik saham mayoritas di Bukopin (> 60%) adalah uang negara. Uang Rakyat. Meski secara UU, Bukopin tdk termasuk BUMN. Namun, pengendali utama Bukopin tetap MenBUMN @iskan_dahlan yg membawahi Bulog sebagai Induk Perusahan Bukopin. Plus saham negara 16%.
Publik sudah mengetahui sejak lama bhw Bulog dari dulu merupakan sarang korupsi. Bnyk kasus2 korupsi yg menjerat Kepala/Dirut Bulog. Bahkan Gus Dur jatuh dan akbar tanjung sempat dipenjara, gara2 duit Bulog dijadikan "bancaan nasional". Uang Bulog banyak "setannya".
Status Bukopin yg "banci" secara UU karena bukan termasuk BUMN murni menyebabkan Bukopin bebas dikorupsi oleh direksinya. Modus korupsi di anak perusahaan BUMN ini adalah modus korupsi yg paling disenangi oleh Direksi2 BUMN dan direksi anak2 BUMN. Dengan alasan, uang yg ditempatkan di anak BUMN bukan temasuk uang negara. Kasus2 korupsi yg tejadi di anak2 BUMN sangat banyak dan aman.
Tindak pidana korupsi di anak2 BUMN disulap menjadi tindak pidana penggelapan dengan manfaatkan celah hukum yg ada. Suap jadi senjata. Dampaknya banyak kerugian negara akibat korupsi di anak2 BUMN tidak diusut tuntas. Damai melalui suap. Dipetieskan. Termasuk di Bukopin.
Contoh korupsi di Bukopin: Rekayasa Perhitungan Pembagian Tantiem Direksi / Komisaris Bukopin tahun buku 2010.
RUPS BUKOPIN tgl 18 Mei 2011 telah menetapkan: "Menyetujui pemberian TANTIEM kpd direksi/komisaris yg besar nominalnya sebanyak2nya". Sama dengan tahun lalu (2010). Hasil RUPS itu diumumkan di media massa pada tgl 20 Mei 2011. Namun, hasil RUPS tsb direkayasa. Hasil RUPS tgl 18 Mei 2011 itu direkayasa direksi BUKOPIN pada tanggal 10 juni 2011 dgn merobah redaksi hasil RUPS Bukopin. Dengan rekayasa direksi tsb, redaksi hasil RUPS BUKOPIN menjadi: "Menyetujui pemberian TANTIEM kpd direksi dan komisaris 'secara prosentase' sebanyak banyaknya sama dengan tahun lalu". Kata "nominal" dirobah menjadi "prosentase". Sangat berbeda artinya.
Redaksi hasil rekayasa direksi Bukopin itu kemudian diumumkan di media massa pada tanggal yg sama 10 Juni 2011. Notaris keberatan. Notaris keberatan dengan rekayasa dan pemalsuan hasil RUPS yg dilakukan oleh Direksi Bank Bukopin. Tapi direksi bukopin menekan notaris. Ketika Notaris meminta notulen rapat RUPS susulan setelah 18 Mei 2011, direksi Bank Bukopin tidak bisa menunjukan. Direksi ngotot. Akhirnya notaris mengalah. Akibatnya TANTIEM Direksi dan Komisaris Bukopin pun mengelembung sangat besar, beda dgn hasil RUPS sebenarnya.
Direksi Bukopin sendiri sangat tertutup kepada publik mengenai jumlah REMUNERASI direksi dan komisaris Bank Bukopin. Data REMUNERASI yg diberikan dan yg dipublikasikan jauh berbeda dgn fakta sebenarnya.
Contoh: utk tahun 2011 BUKOPIN umumkan REMUNERASI total utk komisaris dan direksi hanya Rp. 30.245.000.000. Padahal sebenarnya jauh lebih besar. 2 kali lipat angka itu.
Data resmi Bukopin yg diperoleh kejaksaan agung, untuk tahun 2005 saja, REMUNERASI direksi dan komisaris Bukopin = Rp. 53.945.519.949.26. Sangat jelas indikasinya bahwa Direksi BUKOPIN sengaja menutup2i jumlah REMUNERASI direksi/komisaris agar tdk disorot publik.
Untuk membuktikan berapa Remunerasi yg sebenarnya sangat gampang. Selidiki berapa pajak yg dibayar dirkom Bukopin (@PajakRI).
Modus korupsi lain di BUKOPIN adalah praktek "office in office". Banyak keuntungan oprasional Bank Bukopin masuk ke rekening pribadi.
Contoh: Ketika BUKOPIN mendapatkan tugas utk penyelesaian kredit macet sejumlah debitur eks BPPN senilai lebih Rp. 3 triliun. Sebagian perusahaan eks debitur BPPN itu di takeover dgn mekanisme pencucian uang hasil korupsi milik eks Ka Bulog Widjanarko Puspoyo. Direksi dan pejabat2 BUKOPIN lalu membuka rekening penampungan di bank2 swasta dengan NPWP pribadi yg masing2 diduga palsu.
Berikut sebagian NPWP Pejabat Bukopin yg diduga palsu yg digunakan utk buka rekening di bank:
09.236.102.9-407.000
09.254.177.0-407.000
09.312.388.3-411.000
09.312.663.9.-411.000
09.254.176.2-407.000
09.122.385.9-035.00034
09.582.470.6-015.000
Inilah 7 NPWP yg digunakan membuka rekening2 penampungan hasil transaksi takeover debitur2 eks BPPN. Jumlah uang yang masuk ke rekening2 tersebut bernilai ratusan milyar bahkan ada satu rekening yg mencapai 500 milyar.
Uang yg dipakai utk takeover perusahaan2 bermasalah eks debitur BPPN itu diduga uang hasil korupsi Ka Bulog Widjanarko puspoyo. Widjanarko Puspoyo sendiri sudah pernah dihukum penjara karena terlibat korupsi ratusan milyar di Bulog terkait impor beras. Modus transaksi yang diduga pencucian uang itu dilakukan sejak 2003 dan saat Sofyan Basir masih menjabat sebagai Dirut Bukopin.
Cukup? Tidak!!
Ada lagi transaksi yg diduga hasil korupsi. Setidak2nya sejak tahun 2002 ada "setoran gelap" yg masuk ke direksi Bukopin. Setiap bulan ada setoran gelap dalam bentuk cek kpd direksi BUKOPIN.
Contoh : Via cek CH AA 827056 dan CH AA 827057 masing2 Rp. 175 juta.
Cek2 tsb ditarik tunai oleh sekretaris/staf direksi Bukopin. Misalnya oleh Dessy (sekretaris Sofyan Basir), dan oleh Tanti (Agus Hermawan).
Dokumen2 yg saya miliki menunjukan setiap bulan ada "setoran gelap" ke direksi2 BUKOPIN dgn nilai variasi Rp. 85 juta sd 175 juta/bulan. Nama2 penarik cek tunai itu selain sekretaris direksi juga staf seperti: Rini, adnan saleh dst. Direksi BUKOPIN benar2 mandi uang.
Cukup? TIDAK!!
Ada yg lebih mengejutkan lagi. Kasus korupsi kredit fiktif TKI fasilitas BI senilai ratusan M yg sampai skrg ditutup2i. Juga kasus korupsi kredit Drying Center kepada PT. APL senilai Rp. 62.8 milyar pada tahun 2004 saat sofyan basir masih Dirut Bukopin.
Modus korupsi kredit Drying Center itu adalah dgn merobah/memalsukan Merk dari seharusnya merk "Global Sea" ditukar merk "Sincui". Akibatnya 10 orang pejabat BUKOPIN menjadi tersangka oleh Kejagung. Namun, diduga karena siraman2 yg tak henti, kasus ini "dipetieskan". DPR juga pernah menanyakan kasus ini kepada Kejaksaan Agung. Jaksa Agung Basrief Arief langsung minta Gelar Perkara diulang. Namun gelar perkara yg harusnya dilaksanakan tahun 2011 lalu itu tiba2 mandek. Seorg pimp Komisi XI inisial AQ diduga intervensi. Pimp Komisi XI DPR berinisial AQ tersebut disebut2 terima suap sebesar Rp. 3 milyar utk amankan kasus korupsi Bukopin.
AQ yg juga politisi pentolan Partai Demokrat sebelum menjabat anggota DPR adalah mantan pegawai Bukopin. AQ juga pernah disebut2 TEMPO pernah mencoba minta suap kepada direksi Peruri Junino yg ternyata mantan petinggi KPK. AQ hampir pingsan. Banyak kasus2 korupsi di Bukopin lainya. Seperti korupsi mark up sewa rental mobil dinas yg hrg sewanya jauh lebih mahal drpd hrg pasar. Atau korupsi Fee Based Income dari brokerage premi asuransi dari nasabah/debitur Bukopin yg dikelola anak perushaaannya PT. DBS55.
Korupsi yg menggila di BUKOPIN memang sulit diusut karena adanya celah hukum terkait batasan korupsi menurut UU. Apalagi pihak2 pelaku korupsi tsb masih menjabat sebagai direksi BUKOPIN. Terus menerus diperpanjang masa jabatannya oleh pemegang saham. Apakah pemegang saham mayoritas cq. Direksi BULOG ikut menikmati hasil korupsi berjamaah di BUKOPIN? Kejagung/@KPK_RI hrs usut. Apalagi salah satu direksi yg diduga ikut berkorupsi ria yaitu mantan dirut Bukopin skrg menjabat sbg DIRUT BRI. Pasti banyak manuver.
Skrg rakyat menunggu kinerja kejagung dan @KPK_RI. Apakah mereka lebih "bodoh" dibandingkan direksi Bukopin atau ikut terima suap?.
Untuk menyegarkan ingatan, kasus2 direksi Bukopin antara lain: korupsi kredit, pencucian uang, suap, penggelapan, pemalsuan dst. Juga ada kasus dana siluman yg masuk ke rekening direksi Bukopin (sofyan basir, glen glenardi, agus hermawan, Toni Soetirto dst). Uang siluman yg masuk ke rekening direksi Bukopin itu ( Sofyan Basir skrg Dirut BRI & Toni Soetirto Dir Konsumer BRI) baru pencairan cek. Uang yg masuk setiap bulan yg bukan berasal dari gaji direksi itu, dicairkan oleh para staf mereka (Rini, Adnan, Dessy, Ririn, Nurbaiti).
Cek2 yg bernilai 85 - 175 juta per bulan itu diduga keras berasal dari praktek korupsi oleh direksi dan pejabat2 Bukopin. Disamping itu, direksi Bank Bukopin juga diduga keras merugikan negara/Bukopin 50 milyar melalui pembelian saham Bank Global.
Bank Global kemudian dilikuidasi. Korupsi melalui pembelian saham Bank Global itu dilakukan dgn modus mark up harga saham Bank Global. Disinyalir, uang 50 milyar utk pembelian saham itu jadi bancakan direksi Bukopin dan direksi Bank Global. Kasus korupsi lalu ini menguap
Kasus korupsi lainnya adalah: mark up dan pekerjaan fiktif proyek renovasi gedung kantor Bulog 80 milyar. Pembiayaan dari Bukopin.
Proyek fiktif dan mark up renovasi gedung kantor Bulog senilai 80 M itu dikerjakan oleh BUMN PT. Pembangunan Perumahan (PP). Nilai riel pekerjaan renovasi gedung kantor Bulog itu hanya senilai Rp. 20 milyar. Negara/Bukopin dirugikan 60 milyar. Modus korupsinya adalah dengan hanya melakukan pekerjaan renovasi bagian luar gedung kantor Bulog. Bagian dalam tdk direnovasi. Dan uang hasil korupsi 60 milyar itu masuk kantong pribadi: Kabulog, deputy keuangan bulog dan direkur investasi.
Kasus korupsi Bank Bukopin & Bulog juga terjadi pd proyek impor sapi. Kerugian negara sebesar 30 milyar. Kasusnya mandeg. Aparat disuap.
Ada lagi Kasus korupsi yaitu pembelian asset2 BPPN oleh Perusahaan2 adik Kabulog (Wijoyokongko) dengan modus: Pimpinan Yanatera Bulog.
Pimp Yanatera Bulog mengajukan kredit 30 milyar ke Bukopin dgn jaminan dana bulog yg ada di Bukopin. Lalu uang yg 30 M tsb dicairkan. Oleh Yanatera Bulog uang 30 milyar tersebut disalurkan ke perusahaan2 fiktif seperti PT. Babenhil dll yg sebenarnya milik adik Kabulog.
Transaksi2 take over perusahaan2 eks BPPN ini mendapatkan suppor penuh dari Dirut Bukopin Sofyan Basyir (skrg dirut BRI) @KPK_RI. Perusahan2 milik adik Kabulog itu mendapatkan prioritas utama dari Sofyan Basyir (Dirut Bukopin) utk mendapatkan kredit2 investasi. Rata2 keuntungan dari transaksi2 takeover perusahaan Eks BPPN yg dilakukan oleh perusahaan2 adik kabulog sebesar 5-15 milyar/bulan.
Bank Bukopin tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam proses permainan take over perusahaan2 ini. Hanya pendapatan bunga selama 3-6 bulan. Perusahan2 adik kabulog (yg didalamnya juga terdapat pejabat2 bulog) sebenarnya hny broker modal dengkul. Kredit2 mereka dijamin Bulog.
Selanjutnya perusahan2 yg ditakeover tsb (ada 10 perusahaan/portofolio) sdh ada pihak2 yg men-takeover-nya lagi. Hny numpang lewat. Keuntungan broker2 modal dengkul ini dari transaksi take over 10 portofolio ini, Rp. 102 milyar. Dibagi2 utk pejabat2 bulog/bukopin.
Porsi uang haram terbesar hasil korupsi itu adalah:
Kabulog & adiknya
Ketua Yanatera Andi Chaerudin
Sofyan Basyir
Kadiv Investasi Bulog
Kadiv Investasi Bulog Bank Bukopin (Sulistiyo Hadi)
Kadiv Penyelesaian Kredit Bukopin (Riyanto)
Deputy Keuangan Bulog (Salam achmadi)
Disamping itu, direksi dan komisaris Bank Bukopin yang lain juga mendapatkan bagian utk uang "tutup mulut dan tutup mata".
Terkait dgn Bank Global, korupsi direksi Bukopin tdk hanya 50 milyar tadi. Bukopin dan bank Global juga membobol Bukopin dgn modus lain. Modusnya adalah dgn transaksi Obligasi antarbank. Obligasi bank global (yg saat itu sdg sakit) dibeli Bank Bukopin senilai 40 milyar. Sementara Bank Global membeli obligasi Bank Bukopim senilai 38 milyar. Yg terlibat disini: Kabulog Widjanarko, Saean, Andi Chairudin. Dari Bank Bukopin yg terlibat: Sofyan Basyir, Trijoko, Agus Hernawan dan Heru (kaur treasury).
Selain itu ada penempatan antarbank. Penempatan/placement antarbank itu senilai 25 milyar. Rencana semula 100 M tapi keburu diketahui Bank Indonesia. Bukopin diperiksa BI. BI periksa Bukopin krna penempatan antarbank itu langgar PBI karena Bank Global sedang dalam keadaan "sakit". Heru Kaur Treasury diancam.
Heru kadiv Treasury Bukopin diancam bunuh oleh pejabat2 terlibat (Bulog, Bukopin, Global) jika berikan kesaksian dan dokumen2 korupsi.
Tim Pemeriksa BI disuap habis2an agar mau "bekerjasama dan damai". Mirip kasus investasi bodong 300 M uang PT. Jamsostek di Bank Global. Publik tentu masih ingat bgmn uang investasi PT. jamsostek di Bank Global Rp. 300 milyar lenyap akibat Bank Global dilikuidasi.
Cukupkah ?? Tidak !!
Masih banyak korupsi2 di Bank Bukopin. Salah satunya adalah korupsi jasa giro dana Bulog di Bank Bukopin. Dana Bulog di Bank Bukopin rata2 2-3 triliun setiap tahunnya yg ditempatkan dalam rekening Giro bulog. Ada fee (suap) dari bukopin. Bukopin selalu memberikan fee dibawah tangan (suap) kepada pejabat2 Bulog sebesar 2-3% di samping bunga/jasa giro resmi. Fee gelap (suap) itu totalnya sekitar Rp. 45 milyar per tahun. Uang suap itu mengalir utk dana non budgeter pejabat2 bulog pusat & daerah.
Kasus2 korupsi dana bulog dulu (buloggate) seperti Gus Dur atau Akbar Tanjung yg menghebohkan itu adalah dari dana2 siluman itu. Praktek korupsi/suap Bukopin via jasa giro ini sdh berlangsung lama sejak jaman Kabulog Beddu Amang sampai SAAT INI !!
Dirut Bank Bukopin sebelumnya (Sofyan Basyir) dan direksi Bukopin saat ini juga turut serta korupsi dan menikmati bagian uang haram itu. Saat ini Dirut Bulog Soetarto Alimoeso dan jajaran direksi Bulog juga perlu diperiksa terkait aliran dana suap fee jasa giro. Apalagi Soetarto itu adalah teman karib SBY. Jangan sampai uang haram Bulog/Bukopin masuk ke Istana dan SBY. Ini berbahaya!!
Korupsi Direksi Bank Bukopin dan Bulog juga terjadi pada pengadaan kredit2 pangan dan non pangan. Termasuk juga pembelian Raskin. Kita masih ingat ketika Dirut Bulog yg lama Mustafa Abubakar (mantan menBUMN) tersangkut korupsi pengadaaan raskin senilai 800 milyar. Akibat kasus korupsi Raskin 800 M itu, MenBUMN mustafa abubakar sempat jadi "sandera dan diperas" habis oleh oknum2 tertentu. Bahkan penempatan direksi2 BUMN pada masa Mustafa Abubakar jadi MenBUMN ada yg merupakan hasil ancaman bongkar kembali kasus korupsinya.
Kembali ke Bukopin. Kredit2 bukopin byk yg dicairkan utk proyek2 kerabat/keluarga kabulog/direksi Bulog. Bukopin takut (atau njilat?). Sebagai pemegang saham terbesar (pemilik) Bank Bukopin, Direksi Bukopin sangat takut dan selalu memenuhi permintaan2 kredit keluarga Bulog. Protofolio kredit Bukopin utk kerabat2 Pejabat Bulog itu mencapai ratusan milyar seperti kredit restoran, SPBU dll.
Anggta DPR jg dapat. Salah satu anggota DPR yg mendapatkan kredit istimewa adalah Herman Herry politisi dari PDIP. Singkatnya Bukopin jd "bancakan nasional".
Yang paling keji adalah korupsi Raskin. Bukopin dan Bulog seluruh indonesia bekerjasama. Beras2 utk rakyat miskin itu tidak disalurkan. Korupsi beras2 utk rakyat miskin itu tidak disalurkan dgn modus membuat laporan penyerahan fiktif berkolusi dgn Bupati/camat/lurah/kades. Selanjutnya beras2 rakyat miskin yg harusnya dibagi secara cuma2 ke rakyat miskin ditumpuk di gudang2 Dolog. Kemudian dijual ke pasar. Sesuai dokumen yg diterima dari Bukopin, praktek korupsi beras miskin (RASKIN) ini mencapai 280 milyar per tahunnya !!! Bejaaaaaatt !
Cukup? tidak !!
Banyak korupsi lain di Bukopin yg akan saya kultwitkan dalam KORUPSI BUKOPIN PART III. Seperti:
Kasus kredit tani60
Korupsi kasus pembelian Bank Persyarikatan
Kasus rekening palsu Nurdin Halid
Kasus penggunaan rekening karyawan o/ direksi dll
Kasus2 korupsi yg totalnya mencapai triliunan rupiah di BUKOPIN ini yg menyebabkan Dirut BRI saat ini Sofyan Basyir tidak tenang. Sebagai Mantan Dirut Bank Bukopin, Sofyan Basyir ingin mengamankan kasus2 korupsinya di Bukopin dgn memaksa akuisisi Bank Bukopin o/ BRI.
Direksi Bank Bukopin saat ini juga gelisah. Mereka akan pertahankan terus jabatannya meski sdh 3 periode u/ tutupi kasus2 korupsi mrka. Sementara itu Kejaksaan Agung yg sudah menyidik kasus2 di Bank Bukopin ini "sengaja" gantung proses hukumnya" agar bisa jadikan "ATM". Sedangkan @KPK_RI ? Sudah kita ketahui bhw KPK kita mandul bin impoten. Samad cs tak lebih boneka istana, partai dan DPR. LEMAH !!
Eeng ing eeeng ... sebelum kasus2 korupsi bank bukopin, saya ceritakan, kita sedikit review ttg kasus2 korupsi bank Bukopin yg saya bahas sebelumnya2.
Kasus Pertama adalah korupsi Kredit Drying Center thn. 2004 yg rugikan negara Rp. 62.8 M. Kasus sdh diproses di kejaksaan agung.
Kasus Korupsi di Bank Bukopin yg kedua adalah pemalsuan hasil RUPS terkait pembagian tantiem direksi/komisaris Bukopi puluhan milyar.
Kasus korupsi Bukopin selanjutnya: penempatan uang antarbank, mark up harga saham, obligasi bodong dst.. total ratusan M di bank global.
Kasus lainnya di Bukopin: Pemalsuan informasi tentang Bank Bukopin kpd publik yg berbeda dgn yg sebenarnya. Utamanya terkait Gaji Dirkom.
Kasus2 Bukopin lainnya: korupsi renovasi gedung bulog, korupsi laba ratusan M hasil 10 portofolio eks BPPN yg masuk kantong pribadi.
Kasus impor sapi fiktif, kredit pihak III dgn jaminan deposito yanatera bulog, kasus korupsi 5 kredit fiktif TKI (fasilitas BI) 150 M.
Kasus suap fee 2-4% jasa giro dana Bulog utk pejabat2 bulog dan dana haram non budgeter Bulog dan kasus suap tim pemeriksa BI.
Kasus kolusi kredit2 non pangan utk pejabat, keluarga2, kerabat pejabat2 bulog termasuk anggota DPR & kredit fiktif 80 M pd adik Kabulog. Juga dana2 siluman yg ratusan juta per bulan yg masuk ke rek Direksi Bukopin. Plus rek2 gelap di bank2 swasta dgn data NPWP2 palsu.
Itulah sebagian dari kasus2 korupsi di Bank Bukopin yg totalnya lebih 1 Triliun. Kasus2 ini menimbulkan banyak korban, ancaman dan PHK.
Sekarang kita masuk ke korupsi Bukopin selanjutnya yaitu korupsi fee/suap dalam pengadaan komoditi2 hasil pertanian, produk tekstil, furniture dll sebagai alat kompensasi pembayaran pembelian pesawat SUKHOI dari Rusia.
Setiap pengadaan komoditi tsb yg pembayarannya via Bukopin dikenakan fee/suap 10-20 dari nilai pembayaran komoditi tsb. Ratusan M masuk kantong Direksi Bukopin/Bulog. Uang haram hasil suap dan korupsi Bank Bukopin/Bulog tsb sebagian dicuci lagi di Bukopin (money laundry), sebagian disimpan di Hongkong.
Ada juga kasus terkait transfer uang gelap US$ 100 juta dari Israel ke Bank Bukopin yg dilakukan oleh Direksi Bukopin dan Yohan. Direksi2 Bukopin & ex Dirut Sofyan Basyir yg skrg jadi Dirut BRI dpt menutup2i semua kasus korupsi mereka dgn menabur uang suap kemana2. Transfer US$ 100 juta dari Israel itu sempat dipertanyakan Pemeriksa BI dan BPK namun semuanya diselesaikan secara "damai" melalui suap.
Direksi Bukopin juga mengandalkan kedekatannya dgn Yayasan Cikeas utk mengamankan korupsi2 mereka. yayasan Cikeas jadi tameng mereka. Itu sebabnya kasus Drying Center jd macet di Kejagung. Padahal itu bisa jd "pintu masuk" utk bongkar semua korupsi triliunan di Bukopin.
Dari pengusutan kasus2 korupsi di Bukopin, sebenarnya Kejaksaan agung bisa langsung masuk utk usut juga korupsi di Bulog dan BI. Bahkan Kejaksaan agung bisa masuk ke BPK serta usut juga triliunan uang haram para pejabat dan mantan pejabat Bulog. Disita utk negara.
Melalui kasus Drying Center Kejaksaan agung atau KPK_RI juga bisa usut tuntas triliunan kredit macet/fiktif pada kredit2 Bukopin. Ada triliunan rupiah kredit macet/fiktif Bukopin terkait dengan: KLBI, KUT, KKPA (sawit), KLBI PJTKI, KKP Tebu Rakyat, dll.
Sudah lama Bukopin itu menjadi bank tempat pencucian uang pejabat2 korup Bulog dan direksi Bukopin sendiri. Selain di Hongkong/Macau.
Selama ini Direksi Bukopin sesumbar karena bisa menyuap pejabat2 BI, Kejaksaan agung, BPK dst..padahal total korupsinya triliunan. Saking hebatnya Bukopin, malah pejabat Bukopin yg sdh jadi tersangka kejaksaan pun bisa diangkat jadi direksi dan diizinkan BI.
Oh lupa, kasus korupsi lain yg perlu disidik kejaksaan adalah pembelian Gedung ABDA di Jl. Sudirman Jakarta oleh Bukopin dan Kabulog. Ada kasus suap puluhan M dan pemalsuan dokumen yg dilakukan oleh Bukopin dan Kabulog dalam pembelian gedung ABDA tersebut.
Lalu bagaimana dgn internal /karyawan Bukopin sendiri dalam melihat korupsi2 pimpinannya itu? Mayoritas diam. Sebagian melawan & di PHK. Bahkan Serikat Pekerja yg kritis terhadap praktek korupsi2 Direksi Bank Bukopin diteror, dimutasi ke daerah2 dan diturunkan pangkatnya.
Lalu direksi bank Bukopin buat Serikat Pekerja (SP) Bukopin tandingan yg pengurusnya adlh para karyawan penjilat yg mau disuap direksi. Para pejabat Bukopin yg sudah tidak tahan dan marah dengan praktek2 korupsi Direksi Bukopin dan Bulog banyak yg keluar mengundurkan diri. Bahkan saking tamak dan serakahnya Direksi Bank Bukopin, korupsi dan suap kecil2an pun mau mereka terima. Seperti biaya liburan ke LN.
Sebagai contoh kecil, Ada oktober 2010 direksi Bank Bukopin terima suap jalan2 gratis ke Eropa dari PT. Beyond Media via Aviatour. Tercatat banyak nama yg nikmati liburan gratis ke Eropa + uang saku ribuan dollar. Seperti: Ribawanto Suroso, Lamira S & Eko Basuki.
Selama Kejagung, Bank Indonesia, BPK & aparat hukum/pemeriksa lainnya bisa disuap oleh direksi Bukopin, maka korupsi2 akan makin marak.
Oh ya ada info menarik. Kemaren Direksi Bukopin panik ketika tahu kasus2 korupsinya yg triliunan ini di publikasikan via Socmed. Direksi Bukopin segera melakukan rapat darurat dengan para kadiv utk mengantisipasi follow up info Socmed dari aparat hukum & KPK_RI. Bgmn pun direksi Bukopin tdk bisa abaikan info Socmed. Wong mafia Petral aja bubar kocar kacir krn info twitter sampai ke SBY hehehe...
Satu2 nya "senjata" Direksi Bukopin lepas dari jeratan hukum akibat korupsi2 mereka adalah dgn ngotot bhw "tidak ada kerugian negara". Direksi Bukopin akan berlindung dibalik UU BUMN yg menyebutkan kriteria BUMN adalah saham kepemilikan negara lebih dari 51%.
Direksi Bukopin akan "meyakinkan" aparat hukum bhw Bukopin bukan BUMN meski 95% saham adalah modal Bulog, Koperasi, Jamsostek dan Depkeu. Direksi BUKOPIN masih yakin dengan keampuhan uang suap kepada pihak2 terkait (BI, BPK, kejaksaan agung dst). Apalagi ada yayasan Cikeas.
Padahal KPK_RI bisa masuk usut korupsi Bukopin dari kasus2 lainnya seperti kredit fiktif KLBI, PJTKI, KPPA, KUT dan pencucian uang. KPK_RI akan sangat mudah utk menemukan bukti2 korupsi dan pencucian uang di Bukopin. Para karyawan pasti akan senang memberikan data2.
Sebagian karyawan bukopin sdh sangat muak dengan perilaku korup Direksi Bukopin yg hidup mewah hasil penjarahan uang negara.
Demikian dulu cerita kasus2 korupsi di Bank Bukopin yg melibatkan Bulog dan mantan dirut yg skrg Dirut di BRI. Sekian dan terima kasih.
Saya barusan terima info lagi tentang Kebusukan Direksi dari beberapa pejabat Bank Bukopin di seluruh Indonesia. Mereka semua prihatin terhadap informasi ancaman pembunuhan diri saya yg diduga berasal dari salah seorg direktur berinisial AH.
Mereka para pejabat2 Bukopin di daerah menyatakan dukungan dan doa semoga saya tetap dalam lindungan Allah SWT serta maju terus. Mereka mengatakan bhw informasi korupsi di Bukopin yg saya kultwitkan sebagian besar benar dan sesuai dgn fakta2 yang terjadi di Bukopin. Sbg bentuk dukungan mereka berikan sejumlah informasi baru terkait korupsi di Bukopin yg belum saya kultwitkan ke publik.
Sebelumnya, mereka juga infokan bhw direksi Bukopin saat ini sedang melakukan "rapat khusus" di suatu tempat rahasia sbg antisipasi. Selain antisipasi thdp audit investigasi Tim Kemenkeu, Kejaksaan Agung dan Bank Indonesia, semoga rapat itu tdk bahas rencana pembunuhan.
Sebab jika diketahui rapat khusus rahasia tsb juga bahas rencana pembunuhan thdp diri saya itu adalah kejahatan besar. Hukumannya MATI !. Pembunuhan Berencana apalagi jika dilakukan secara bersama2 oleh direksi Bukopin, meski pun tdk terlaksana sdh merupakan delik pidana.
Bagi saya, ancaman pembunuhan itu sdh merupakan risiko yg harus dihadapi ketika mulai altif menjalankan akun antikorupsi.
Info korupsi yg saya terima tadi adalah korupsi direksi Bukopin dengan modus pemasangan iklan billboard Bukopin di seluruh Indonesia. Sejak tahun 2000 sd sekarang ini Bukopin memasang ratusan iklan billboard di ratusan titik di Indonesia. Satu cabang terdapat 3-5 titik. Cabang2 luar kota dgn 3-5 titik iklan bilboard dianggarkan biaya 250 - 300 juta. Padahal harga sebenarnya 100 - 150 juta per titik. Sementara itu jika untuk di DKI Jakarta, 1 titik di lokasi strategis dianggarkan 1-2 milyar per titik.
Pincab2 bukopin hny ajukan usul. Semua pengerjaan pemasangan Billboard Iklan Bukopin dilakukan oleh vendor yg sdh ditunjuk direksi. Diduga ada mark up 50-100% per titik.
Hitung saja berapa kerugian negara jika jumlah kantor cabang Bukopin se Indonesia sebanyak 280 kantor cabang. Dgn rata2 mark up 150 juta. Dengan mark up per titik Billboard 150 juta per titik lokasi, maka diduga kerugian Bukopin minimal = 280 x 150 juta = Rp. 42 milyar !
Info korupsi direksi Bank Bukopin lain yg saya terima adalah korupsi dalam proses take over kredit macet yg banyak dibeli Direksi. Pembelian Asset2 kredit macet oleh direksi Bank Bukopin dilakukan dgn "pinjam tangan" orang lain dgn harga yg sangat murah.
Contohnya: take over gedung eks service agent bpk yang terletak di jl. Hasanuddin Jaksel. Dibeli dgn harga murah dgn gain yg tinggi. Gedung itu skrg digunakan sbg perusahaan out sourcing yg supply tenaga2 kerja honorer seperti satpam ke seluruh kantor Bukopin. Gedung dan perusahaan itu skrg disebut2 milik salah satu direksi Bank Bukopin. Demikian juga dgn pembelian asset2 atau penyewaan kantor2.
Pembelian/penyewaan kantor2 cabang/capem Bukopin dilakukan dgn beli/sewa asset milik direksi atau kerabat2 direksi Bukopin. Ada mark up. Demikian jg dgn pemasangan iklan2 di stasiun TV atau Radio yg selalu pakai jasa pihak III atau broker. Harga lbh tinggi & dapat komisi.
Korupsi lain juga terjadi pada lelang eks mobil dinas direksi yg diprioritaskan hny utk direksi bukopin dgn harga yg sgt murah. Korupsi lain juga diduga terjadi pada asuransi kesehatan karyawan bank bukopin yg selalu berganti2 setiap tahun tergantung pd komisi.
Anak2 perusahan Bukopin adalah sarang korupsi dan sapi perah direksi. Tidak hasilkan keuntungan nyata bagi Bank Bukopin. Direksi anak perusahaan Bukopin selalu diduduki orang yg itu2 saja bahkan tidak diganti2 meski sdh belasan tahun menjabat. Anak2 perusahaan itu berfungsi seolah2 hanya utk mesin uang & menambah kekayaan pribadi direksi bank Bukopin saja. Bukopin sgt dirugikan.
Mengenai solusi membongkar megakorupsi di BUKOPIN adalah dgn cara pemerintah sbg pemegang saham minoritas ajukan protes ke BUKOPIN. Pemerintah sbg pemegang saham minoritas, juga minta RUPS LB dan melaporkan korupsi2 BUKOPIN ke KPK dan kejaksaan agung. Nota Protes pemerintah sbg pemegang saham minoritas adalah bukti serius bhw pemerintah dirugikan pada korupsi2 trilunan di Bank Bukopin. Jika Kejagung atau KPK_RI menindaklanjuti nota protes pemerintah thdp korupsi2 direksi BUKOPIN, akan terbongkar semua praktek korupsi2 itu.
Kita berdoa aja, semoga KPK & Pemerintah pro Rakyat, amin...
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar