Kamis, 13 Februari 2014

[Media_Nusantara] Pemuda Pancasila ikut FPI, Ancam Bubarkan Diskusi Tan Malaka

 

Pemuda Pancasila Ikuti FPI, Ancam Bubarkan Diskusi Tan Malaka

Pemuda Pancasila Ancam Bubarkan Diskusi Tan Malaka

Pemuda Pancasila Kota Semarang mengancam membubarkan acara bedah buku tentang Tan Malaka yang diselenggarakan komunitas Hysteria dan Komunitas Pegiat Sejarah Semarang. Kegiatan yang mendapat dukungan dari sejumlah aktivis kritis Kota Semarang itu dinilai merongrong kemurnian Pancasila.

"Kami akan lakukan tindakan bila aparat kepolisian tetap mengizinkan acara itu," kata Ketua Pemuda Pancasila Kota Semarang, Joko Santoso, saat dihubungi Tempo, Kamis, 13 Februari 2014.
Komunitas Hysteria dan Komunitas Pegiat Sejarah Semarang rencananya menggelar acara bedah buku karya Harry A. Poeze yang berjudul Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Jilid IV di Sekretariat Hysteria, Senin malam, 17 Februari 2014.

Menurut Joko, organisasinya telah melayangkan surat permintaan agar kepolisian tak mengizinkan acara diskusi yang menghadirkan penulisnya langsung itu. Surat itu juga ditembuskan ke panitia penyelenggara dan institusi militer serta Wali Kota Semarang.

Yunantyo Adi, panitia penyelenggara diskusi dan bedah buku ini, menyesalkan adanya ancaman itu ketika dimintai konfirmasi. »Itu ngawur. Kekhawatiran dia (Pemuda Pancila) tak masuk akal," kata Yunanto.

Diancam Bubar paksa, Bedah Buku Tan Malaka Gagal Digelar

TRIBUNNEWS.COM SURABAYA, - Acara bedah buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia" jilid IV oleh elemen kelompok pemuda, yang sedianya digelar Jumat (7/2/2014) malam ini di Surabaya batal dilaksanakan. Polisi tidak memberikan izin karena alasan keamanan.

Menurut Koordinator Divisi Monitoring dan Dokumentasi Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, Fatkhul Khoir, acara bedah buku tersebut malam ini harusnya digelar di Perpustakaan C2O di Jalan Dr Cipto, Surabaya, dengan mendatangkan penulis buku asal Belanda, Harry A Poeze.

"Izin ditolak oleh polisi karena alasan keamanan, polisi khawatir ada pembubaran paksa oleh kelompok tertentu," katanya.

Dia menyesalkan kebijakan polisi yang tidak menurunkan izin penyelenggaraan, karena menurut dia, polisi hanya bertugas mengamankan, dan tidak perlu takut dengan ancaman kelompok fundamental.

"Ini preseden buruk bagi negara yang mengaku mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi," tambahnya.

Tidak hanya itu, sejumlah panita kata Fatkhul juga memperoleh ancaman untuk tidak menggelar kegiatan tersebut, sehingga rencana untuk menggelar konfrensi pers atas pembatalan itu juga gagal dilaksanakan.

Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi acara, puluhan panitia penyelenggara bergerombol di depan pintu rumah lokasi acara. Di bagian lain, puluhan kelompok beratribut baju dan kopiah putih juga terlihat berkerumun di dekat lokasi acara. Sejumlah polisi disiagakan di lokasi tersebut.

Diskusi Buku Tan Malaka Ditolak di Surabaya Tapi Meriah di Kediri

TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Diskusi bedah buku "Tan Malaka" di Surabaya, dibubarkan massa Front Pembela Islam (FPI). Tapi, acara serupa justru berlangsung meriah di Kediri.
Seratus lebih mahasiswa mengikuti diskusi bedah buku "Tan Malaka" di Kampus Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (8/2/2014).

Harry A Poeze, si penulis buku, sebelumnya dijadwalkan menjadi pembicara diskusi bedah buku di Perpustakaan C Surabaya. Tapi, polisi dan TNI mendatangi lokasi sebelum diskusi berlangsung, untuk mengabarkan massa FPI bakal membubarkan acara tersebut.

Karena menimbulkan kerawanan, Harry A Poeze kemudian membatalkan diskusinya. Malam harinya, sekitar 30 anggota FPI mendatangi gedung perpustakaan. Namun diskusi bedah buku urung digelar.

Sementara acara diskusi bedah buku Tan Malaka yang menghadirkan Harry A Poeze di Kediri, berlangsung meriah. Mahasiswa banyak yang antusias mengikuti jalannya diskusi hingga usai.
Malahan, buku-buku Tan Malaka karangan Harry A Poeze laris manis diborong para mahasiswa. Seusai diskusi, mahasiswa juga meminta tanda tangan penulisnya Harry A Poeze.
 
Harry Sendiri mengaku terkejut, acaranya sempat dibubarkan FPI. Namun, dia menduga FPI salah paham karena diskusi yang digelar merupakan forum ilmiah bukan kursus pelatihan paham komunis.

"Ada tentara dan polisi yang memberitahu supaya diskusi dibatalkan karena akan didemo massa FPI. Mereka tak senang, karena diskusi kami dituding sebagai kursus komunisme," ungkap Harry A Poeze.

Padahal diskusi bedah buku Tan Malaka Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia merupakan pertemuan ilmiah. "Orang FPI berpendapat, Tan Malaka sebagai orang komunis," ujarnya

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar