#MelawanLupa : Kisah Dibalik 'Pertemuan' Nazar Tanggal 23 Mei, 2011 Di Puri Cikeas
by @Sahabat_Anas
Selamat pagi tuips, menu sarapan pagi ini menarik untuk membahas kembali 'pertemuan 23 Mei 2011' di Puri Cikeas. Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, menerima uang sebesar US$ 900.000 dari Group Permai, perusahaan milik Nazaruddin. Berdasarkan dokumen dari data keuangan milik Yulianis yg merupakan Direktur Keuangan Permai Group tercatat uang untk Ibas dikirim 4 kali. Pengiriman uang dilakukan melalui PT Anugerah Nusantara, anak perusahaan dari Group Permai. Uang pertama kali dkirim kpd Ibas pada tgl 29 April 2010 sebesar US$ 500.000. Di hari yg sama, Ibas menerima kiriman senilai US$ 100.000. Uang kemudian diberikan kepada Ibas pada tanggal 30 April 2010. Pada tanggal ini Ibas menerima sebesar US$ 200.000 dan US$ 100.000.
Sebenarnya kabar Ibas menerima uang haram dari Group Permai sudah beredar luas sejak 2011 lalu. Nazaruddin mengaku SBY marah besar dan menggebrak meja saat melaporkan bahwa Ibas menerima uang dari dirinya di Cikeas. Peristiwa itu terjadi saat Dewan Kehormatan PD mengklarifikasi tuduhan penerimaan Rp 4,6 miliar oleh Nazaruddin dari PT Duta Graha Indah. Sebagai suap memuluskan proyek pembangunan Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Anas Urbaningrum yang ikut dalam forum tersebut tak membantah kalau Nazaruddin menyebut aliran uang salah satunya masuk ke Ibas.
Kembali pda pertemuan 23 Mei 2011. Nazaruddin pernah membuka tabir pertemuannya dengan SBY sesaat sebelum melarikan diri ke luar negeri. Nazar mengaku dipanggil oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat SBY ke kediaman pribadi di Puri Cikeas sebelum kabur ke Singapura. Tanggal 23 Mei Nazar dipanggil ke Cikeas oleh SBY dan pengurus Demokrat. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie saat itu membenarkan bahwa Nazaruddin memang dipanggil ke Cikeas pada 23 Mei itu. Sebelumnya SBY tidak mau bertemu dengan Nazarudin dan sudah menyatakan dua opsi untuk Nazarudin yakni mundur atau dipeca. Namun Nazaruddin tampaknya ingin bernegosiasi dgn SBY apakah bisa mundur dari kepengurusan Partai Demokrat tp tetap menjadi anggota DPR.
Anas Ketua Umum Partai Demokrat saat itu kemudian menyampaikan keinginan Nazaruddin itu kepada elit di Dewan Kehormatan Partai Demokrat. Saat itu SBY menanyakan bertemu utk apa? Stlh dberi tahu mksd pertemuan itu bhwa Nazar mau mundur scra sukarela, SBY kemudian setuju. Kemudian pertemuan dijadwalkan pada 23 Mei 2011 pukul 09.00 di Puri Cikeas.
Pada 23 Mei 2011 pagi hari sekitar jam 07.00 Nazaruddin sudah ada di pendopo ruang tunggu rumah kediaman SBY di Cikeas. Kemudian menyusul anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat lainnya seperti Amir Syamsuddin pada pukul 07.30 WIB. Saat itu sempat terjadi pertemuan kecil dengan Nazaruddin dan diminta mundur sebagai langkah yang paling baik untuk kebaikan partai.
Tepat jam 09.00 pertemuan dengan SBY dimulai dihadiri Anas Urbaningrum, Jero Wacik, EE Mangindaan, Amir Syamsuddin dan Nazaruddin. Begitu pertemuan baru dimulai, Nazar bertanya kepada SBY siapa lelaki yang mendampinginya. SBY pun menjawab: "Saudara tidak perlu tahu, dia tugasnya mencatat pertemuan ini" papar SBY tnpa menyebut nama Yosep, sang pencatat itu. Kemudian SBY mempersilahkan kepada Nazaruddin untuk berbicara dan menyampaikan maksudnya. Namun pada kesempatan itu, apa yang diungkapkan Nazar ternyata di luar dari pembicaraan sebelumnya yakni menyatakan mundur kepada SBY. Nazar di hadapan SBY justru malah membongkar persoalan, sama sprti yg dia ungkapkan dikemudian hari kpda wartawan TV maupun lewat Skype. Bahkan Nazar juga mengungkapkan kepada SBY bahwa semua elit demokrat sudah 'kebagian'.
Mendengar ocehan tersebut, SBY yang semula mendapat laporan bahwa Nazaruddin akan menyatakan mundur menjadi marah. Puncaknya, SBY sempat menggebrak meja. "Maksudnya apa? Mau menakut-nakuti, saya tentara tidak takut diancam-ancam". SBY kaget melihat sikap Nazaruddin yang mengancam akan membuka kasus korupsi yang menyangkut elite Partai Demokrat termasuk Ibas.
Dalam forum tersebut, Nazaruddin secara langsung meminta agar dirinya tidak dijadikan korban dalam kasus wisma atlet SEA Games. Mendengar permintaan Nazaruddin itu SBY langsung murka dan menggebrak meja, lalu SBY membentak dan memarahi Nazaruddin. Saat itu SBY marah dan berkata: "Saudara jangan mendikte, saya tidak bisa didikte!". SBY sangat marah, sampai dua kali menggebrak meja. Gebrakan yang pertama, setelah Nazar mengatakan bahwa Edhie Baskoro pernah menerima uang darinya yang diambil dari kas partai. Gebrakan kedua, yg menyebabkan meja terpelanting, setelah Nazar menyebutkan Ani Yudhoyono pun menerima uang dari Nazar sebsr US$ 5 juta. Uang tersebutberasal dari kas Demokrat, dan merupakan pemberian Pertamina. Kemudian, SBY balik menantang Nazaruddin untuk membongkar semua kasus itu di KPK. SBY meminta kepada Nazaruddin untuk membawa bukti-bukti yang dimilikinya kepada KPK.
Suasana hingga akhir pertemuan itu kemudian menjadi kurang mengenakkan. Seusai pertemuan SBY sempat meminta kepada anggota DK PD untuk mengumumkan pemecatan terhadap Nazaruddin pada pukul 20.00 malam. SBY saat itu belum sempat menandatangani surat pengunduran diri Nazaruddin. Sejurus kemudian, SBY meninggalkan ruangan dan menyatakan rapat DK ditutup tanpa hasil apapun. Setelah pertemuan itu Nazaruddin mendatangi markas DPP Demokrat. Pada pukul 13.00 Nazar menghubungi Amir Syamsuddin untuk bertemu. Dengan harapan Nazaruddin akan berubah, Amir Syamsuddin kemudian setuju bertemu. Namun pertemuan itu kembali tidak menghasilkan apa-apa karena Nazar bukan menyatakan mau mengundurkan diri. Tetapi malah mengungkapkan pernyataan maafnya kepada Amir bahwa selama ini hanya dialah elit Demokrat yang belum diberi dana. Amir Syamsuddin tentu saja marah dan mengatakan bahwa selama ini apa yang dia peroleh sudah cukup. Saat itu Amir Syamsuddin berkata: "Anda memang tidak mau diajak baik-baik"
Demikian pertemuan 23 Mei 2011 antara Nazaruddin dengan Dewan Kehormatan Partai Demokrat di Puri Cikeas.
Selamat pagi tuips, menu sarapan pagi ini menarik untuk membahas kembali 'pertemuan 23 Mei 2011' di Puri Cikeas. Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, menerima uang sebesar US$ 900.000 dari Group Permai, perusahaan milik Nazaruddin. Berdasarkan dokumen dari data keuangan milik Yulianis yg merupakan Direktur Keuangan Permai Group tercatat uang untk Ibas dikirim 4 kali. Pengiriman uang dilakukan melalui PT Anugerah Nusantara, anak perusahaan dari Group Permai. Uang pertama kali dkirim kpd Ibas pada tgl 29 April 2010 sebesar US$ 500.000. Di hari yg sama, Ibas menerima kiriman senilai US$ 100.000. Uang kemudian diberikan kepada Ibas pada tanggal 30 April 2010. Pada tanggal ini Ibas menerima sebesar US$ 200.000 dan US$ 100.000.
Sebenarnya kabar Ibas menerima uang haram dari Group Permai sudah beredar luas sejak 2011 lalu. Nazaruddin mengaku SBY marah besar dan menggebrak meja saat melaporkan bahwa Ibas menerima uang dari dirinya di Cikeas. Peristiwa itu terjadi saat Dewan Kehormatan PD mengklarifikasi tuduhan penerimaan Rp 4,6 miliar oleh Nazaruddin dari PT Duta Graha Indah. Sebagai suap memuluskan proyek pembangunan Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan. Anas Urbaningrum yang ikut dalam forum tersebut tak membantah kalau Nazaruddin menyebut aliran uang salah satunya masuk ke Ibas.
Kembali pda pertemuan 23 Mei 2011. Nazaruddin pernah membuka tabir pertemuannya dengan SBY sesaat sebelum melarikan diri ke luar negeri. Nazar mengaku dipanggil oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat SBY ke kediaman pribadi di Puri Cikeas sebelum kabur ke Singapura. Tanggal 23 Mei Nazar dipanggil ke Cikeas oleh SBY dan pengurus Demokrat. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie saat itu membenarkan bahwa Nazaruddin memang dipanggil ke Cikeas pada 23 Mei itu. Sebelumnya SBY tidak mau bertemu dengan Nazarudin dan sudah menyatakan dua opsi untuk Nazarudin yakni mundur atau dipeca. Namun Nazaruddin tampaknya ingin bernegosiasi dgn SBY apakah bisa mundur dari kepengurusan Partai Demokrat tp tetap menjadi anggota DPR.
Anas Ketua Umum Partai Demokrat saat itu kemudian menyampaikan keinginan Nazaruddin itu kepada elit di Dewan Kehormatan Partai Demokrat. Saat itu SBY menanyakan bertemu utk apa? Stlh dberi tahu mksd pertemuan itu bhwa Nazar mau mundur scra sukarela, SBY kemudian setuju. Kemudian pertemuan dijadwalkan pada 23 Mei 2011 pukul 09.00 di Puri Cikeas.
Pada 23 Mei 2011 pagi hari sekitar jam 07.00 Nazaruddin sudah ada di pendopo ruang tunggu rumah kediaman SBY di Cikeas. Kemudian menyusul anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat lainnya seperti Amir Syamsuddin pada pukul 07.30 WIB. Saat itu sempat terjadi pertemuan kecil dengan Nazaruddin dan diminta mundur sebagai langkah yang paling baik untuk kebaikan partai.
Tepat jam 09.00 pertemuan dengan SBY dimulai dihadiri Anas Urbaningrum, Jero Wacik, EE Mangindaan, Amir Syamsuddin dan Nazaruddin. Begitu pertemuan baru dimulai, Nazar bertanya kepada SBY siapa lelaki yang mendampinginya. SBY pun menjawab: "Saudara tidak perlu tahu, dia tugasnya mencatat pertemuan ini" papar SBY tnpa menyebut nama Yosep, sang pencatat itu. Kemudian SBY mempersilahkan kepada Nazaruddin untuk berbicara dan menyampaikan maksudnya. Namun pada kesempatan itu, apa yang diungkapkan Nazar ternyata di luar dari pembicaraan sebelumnya yakni menyatakan mundur kepada SBY. Nazar di hadapan SBY justru malah membongkar persoalan, sama sprti yg dia ungkapkan dikemudian hari kpda wartawan TV maupun lewat Skype. Bahkan Nazar juga mengungkapkan kepada SBY bahwa semua elit demokrat sudah 'kebagian'.
Mendengar ocehan tersebut, SBY yang semula mendapat laporan bahwa Nazaruddin akan menyatakan mundur menjadi marah. Puncaknya, SBY sempat menggebrak meja. "Maksudnya apa? Mau menakut-nakuti, saya tentara tidak takut diancam-ancam". SBY kaget melihat sikap Nazaruddin yang mengancam akan membuka kasus korupsi yang menyangkut elite Partai Demokrat termasuk Ibas.
Dalam forum tersebut, Nazaruddin secara langsung meminta agar dirinya tidak dijadikan korban dalam kasus wisma atlet SEA Games. Mendengar permintaan Nazaruddin itu SBY langsung murka dan menggebrak meja, lalu SBY membentak dan memarahi Nazaruddin. Saat itu SBY marah dan berkata: "Saudara jangan mendikte, saya tidak bisa didikte!". SBY sangat marah, sampai dua kali menggebrak meja. Gebrakan yang pertama, setelah Nazar mengatakan bahwa Edhie Baskoro pernah menerima uang darinya yang diambil dari kas partai. Gebrakan kedua, yg menyebabkan meja terpelanting, setelah Nazar menyebutkan Ani Yudhoyono pun menerima uang dari Nazar sebsr US$ 5 juta. Uang tersebutberasal dari kas Demokrat, dan merupakan pemberian Pertamina. Kemudian, SBY balik menantang Nazaruddin untuk membongkar semua kasus itu di KPK. SBY meminta kepada Nazaruddin untuk membawa bukti-bukti yang dimilikinya kepada KPK.
Suasana hingga akhir pertemuan itu kemudian menjadi kurang mengenakkan. Seusai pertemuan SBY sempat meminta kepada anggota DK PD untuk mengumumkan pemecatan terhadap Nazaruddin pada pukul 20.00 malam. SBY saat itu belum sempat menandatangani surat pengunduran diri Nazaruddin. Sejurus kemudian, SBY meninggalkan ruangan dan menyatakan rapat DK ditutup tanpa hasil apapun. Setelah pertemuan itu Nazaruddin mendatangi markas DPP Demokrat. Pada pukul 13.00 Nazar menghubungi Amir Syamsuddin untuk bertemu. Dengan harapan Nazaruddin akan berubah, Amir Syamsuddin kemudian setuju bertemu. Namun pertemuan itu kembali tidak menghasilkan apa-apa karena Nazar bukan menyatakan mau mengundurkan diri. Tetapi malah mengungkapkan pernyataan maafnya kepada Amir bahwa selama ini hanya dialah elit Demokrat yang belum diberi dana. Amir Syamsuddin tentu saja marah dan mengatakan bahwa selama ini apa yang dia peroleh sudah cukup. Saat itu Amir Syamsuddin berkata: "Anda memang tidak mau diajak baik-baik"
Demikian pertemuan 23 Mei 2011 antara Nazaruddin dengan Dewan Kehormatan Partai Demokrat di Puri Cikeas.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar