Selasa, 27 November 2012

[Media_Nusantara] Surat Terbuka Untuk Pak De Karwo dan Gus Ipul

 



Selasa kemarin (27/11), merupakan hari `'perpisahan'' secara terbuka dari Pasangan KarSa, Karwo- Saifullah Yusuf. Dengan demikian, dalam Pilkada Agustus 2013 nanti, Pak De Karwo, maju lagi dengan pasangan baru. Gus Ipul, ingin maju sendiri sebagai Gubernur. Mengapa keduanya bekerja hanya sekali ditengah cemerlangnya prestasi Provinsi Jatim di tingkat nasional. Apakah ada partai politik yang tidak ingin Pak De mengukir prestasi untuk masyarakat Jatim yang kedua kalinya. Atau apakah Gus Ipul, merasa mampu menyaingi Pak De dalam prestasi pembangunan ataukah Gus Ipul, terprovokasi sejumlah elite partai berkedok untuk kepentingan NU. Masih relevankah dalam masyarakat yang telah mengglobal, mengusung primordialisme keormasan. Berikut surat terbuka saya tidak hanya untuk Pak De Karwo dan Gus Ipul, tetapi juga untuk elite-elite yang duduk di partai politik.

Akhirnya, baik Pak De Karwo maupun Gus Ipul, berterus-terang soal gonjang-ganjing dua bulan terakhir ini bahwa KarSa jilid II, bakal tidak terwujud. Gonjang-ganjing itu terjawab pada Selasa kemarin (27/11), saat Pak De Karwo, panggilan akrab Gubernur Jatim, membuka diri soal pernyataan Gus Ipul selama ini. "Nggak apa-apa, itu. haknya dia," ujar Gubernur Jatim Dr. Soekarwo, kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.


Pakde Karwo, yang pada tahun 2008 menang bersama Gus Ipul memang beberapa kali menyatakan, dirinya masih ingin jalan bareng lagi pada pemilihan Gubernur Jatim, tahun 2013. "Kalau saya ditanya, saya ingin bersama Gus Ipul lagi. Tapi kalau (Gus Ipul) maju, itu haknya dia," tambah Soekarwo, yang tak bisa melarang Gus Ipul, berkeinginan maju sendiri sebagai calon gubernur.


Sebagai atasan wagub Saifullah Yusuf, Gubernur Soekarwo, mengklarifikasi pernyataan Gus Ipul, bahwa hingga hari ini (Selasa kemarin) Gus Ipul, belum pernah meminta izin untuk pencalonannya sebagai gubernur Jatim. "Menyampaikan izin maju sendiri kepada saya belum. Tapi kalau memang ingin maju, saya kan nggak boleh melarang hak seseorang. Yang benar, dia bukan minta izin, hanya menyampaikan melihat perkembangan NU seperti apa. Ya monggo. Mosok wong ndelok ae nggak oleh," tegas Pakde Karwo.


Tidak Maju sebagai Calon Wakil Gubernur


Tiga hari sebelumnya, Gus Ipul mengatakan dirinya sudah meminta izin ke Pakde Karwo mengenai banyaknya dukungan yang menginginkan dirinya tidak maju untuk calon wakil gubernur, tapi sebagai Gubernur.

"Ya saya terima kasih diberi kehormatan, untuk disebut -sebut nama saya dalam lingkaran PKB. Saya sudah menyampaikan kepada pak gubernur juga. Saya mohon izin untuk melihat perkembangan politik di lingkungan NU yang seperti ini," kata Gus Ipul kepada detiksurabaya.com usai menutup Futsal Competition 2012 Piala Gus Ipul di Mangga Dua, Surabaya, Sabtu (24/11). Ia mengakui, dirinya disebut oleh pengurus PKB untuk direkomendasikan sebagai Calon gubernur bersama Khofifah Indar Parawansa. Siapa yang sebenarnya bakal ditunjuk mewakili PKB diantara keduanya, Gus Ipul, mengaku belum tahu. Sebagai kader NU, ia menilai apa yang telah dilakukan PKB harus diapresiasi sebagai bentuk kemajuan demokrasi. "Saya mengapresiasi. Banyaknya dukungan ini satu perkembangan politik. Menurut saya, ini wajar dan sehat dalam berdemokrasi menjelang pilgub. Saya akan ikuti dan saya akan cermati," ungkap Gus Ipul.


Ketika ditanya lebih lanjut, apakah dirinya sudah siap berpisah untuk melawan Pakde Karwo, Gus Ipul akan mempertimbangkannya. "Ya nanti kita lihat lah. Kita lihat situasinya, perkembangannya. Saya belum berani bernadai-andai, tapi kalau diberi kehormatan, ya tentu itu akan mempengaruhi sikap saya," tambahnya.


Politikus dan Birokrat


Pernyataan-pernyataan yang disampaikan Pak De Karwo maupun Gus Ipul seperti itu, dapat ditarik kesimpulan siapa sebenarnya yang memang politikus tulen dan siapa yang birokrat karir.


Sebagai wartawan yang mengenal keduanya, saya menilai bahwa Gus Ipul, dalam tiga bulan ini, telah bermain politik praktis. Maklum, Gus Ipul, sudah melanglang buana ke bergai pertai politik yaitu PDIP dan PKB. Semuanya partai tingkat pusat. Sementara Pak De Karwo, baru kali ini menjadi Ketua Partai yaitu PD Jawa Timur.


Penilaian saya terhadap Gus Ipul, tidak hanya didasarkan pernyataan diatas, tapi ada suatu rangkaian. Ketika saya bertemu di Riau, Gus Ipul, curhat kepada Ketua Kadinda Jatim Ir. La Nyala Matalitti dan Plt Ketua KONI Jatim, Ir. Satriagung Erlangga. "Sampai sekarang Pak De, masih belum mengajak saya untuk maju bersama," ungkap Gus Ipul, yang duduk disamping saya, tengah malam di mess KONI Jatim, Pekanbaru, menjelang penutupan PON XVIII September 2012 lalu. Baik La Nyala maupun Erlangga, tidak berkomentar. Beberapa hari kemudian, anggota parlemen PKB Jatim Effendi Choiry menyarankan, bila tidak digandeng Pak De lagi, Gus Ipul, maju sebagai Gubernur Jatim.


Saat Pak De menunaikan Haji bersama keluarga, Gus Ipul sudah berbicara dengan pers bahwa maju tidaknya dalam pilkada di Jatim bersama Pakde, dia masih menunggu survei dari langit dan bumi. Awal November, ketika Pak De, ke Macau, bersama pengurus KONI Jatim, Gus Ipul menyampaikan pernyataan lagi kepada wartawan bahwa dirinya belum memutuskan maju mendampingi Pak De. Diantaranya ia berencana pindah ke Jakarta, karena istrinya lebih kerasan tinggal di Jakarta. Kemudian, pada pertengahan November, ketika Pak De menyatakan akan mengumumkan deklarasi pertengahan Desember, Gus Ipul menangkis. "Jangan terburu-buru deklarasi. Pilkada masih lama dan calon lain juga belum mendeklarasikan," kata Gus Ipul. Pernyataan Gus Ipul ini dimuat berbagai media lokal.


Statement-statement Gus Ipul seperti itu menunjukkan kepiawaiannya melakukan komunikasi politik dengan publik. Dari rentetan pernyataannya diatas, terkesan rijid, terstruktur dan penuh nuansa politik. Artinya, keinginan menampik ajakan Pak De Karwo, untuk melanjutkan KarSa jilid II, telah ia kemukakan secara efuisme. Hanya Gubernur Jatim yang karena panggilan `'Pak De", ia belum meyakini bahwa wakilnya bakal meninggalkannya. Maklum, Pak De Karwo adalah birokrat karir. Ciri khas birokrat karir adalah apa yang dinyatakan adalah apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Pribadi semacam ini merupakan pengejawantahan penyelenggara negara jujur, sederhana dan tidak terbiasa memainkan kata dalam dimensi komunikasi politik.


Melepaskan diri Bekerjasama


Mengapa Pak De Karwo, tidak membaca isyarat-isyarat yang disampaikan Gus Ipul, sejak saat penyelenggaraan PON di Riau, awal September. Bisa jadi, karena latarbelakang Pak De Karwo, yang meniti karir sebagai Pegawai Negeri Sipil dari bawah hingga Sekdaprov. Diantara tugas-tugasnya, karir terlamanya sebagai Kadispenda (Kepala Dinas Pendapatan Daerah) Jatim. Oleh karena itu, dalam urusan penghitungan APBD, strategi peningkatkan PAD dan pertumbuhan ekonomi, Pak De Karwo, lebih piawai ketimbang bersilat lidah dalam komunikasi politik. Prestasinya sebagai PNS karir ini, dibaca oleh beberapa kepala dinas. Sejumlah kepala dinas di Provinsi Jatim memuji kecerdasan Pak De Karwo, dalam mengelola manajemen pemerintahan provinsi sebesar Jawa Timur. "Wis semua Kepala Dinas melok ae arahane Pak De, wong Gubernurku ini pinter dan cerdas. Awake dewe bondo loyal, dedikasi dan patuh pada Pak De, sebab yang mikir dan cari solusi pertumbuhan ekonomi yo Pak De," ungkap Supaad, Kepala Dinas Pengairan Provinsi Jatim.

Apa yang dilakukan Gus Ipul, melepaskan diri untuk meneruskan kerjasama dengan Pak De Karwo, menurut saya, tak jauh-jauh dari esensi dan tujuan politik, selain realitas dan kekuasaan dalam politik praktis. Esensi politik, terkait dengan cara Gus Ipul, mengambil keputusan dalam menjalin kerjasama dengan Pak De Karwo, mengelola masyarakat di Provinsi Jatim. Tujuan politik, terkait dengan bagaimana Gus Ipul, sebagai satu pihak yang selama ini bekerjasama dengan Pak De Karwo, bisa memperoleh kekuasaan di Provinsi Jatim. Sedangkan realitas politik, bisa menyangkut kerjasama yang terkait dengan kepemimpinan. Artinya, Gus Ipul tidak mau dipimpin lagi oleh Pak De Karwo. Sementara kekuasaan dalam politik adalah instrument untuk mencapai tujuannya


baca juga :

Melawan Lupa: cara Soekarwo - Saifulah memenangkan PILGUB Jatim pada tahun 2008 ==> http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2012/07/medianusantara-melawan-lupa-cara_21.html

MELAWAN LUPA : KPK Dalami Pilgub Jatim Dan menyelidiki dugaan mark up logistik Pilgub Jatim 2008 senilai miliaran rupiah yang diduga mengalir ke salah satu calon gubernur saat itu ==>
http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2012/08/medianusantara-melawan-lupa-kpk-dalami.html

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar