Inilah Skenario Cikeas Amankan Andi Cs Versi Si TrioMacan2000
Kisah penangkapan Sesmenpora Wafid Muharam, Mindo Rosalina Manullang alias Rosa, dan Mohammad El Idris oleh petugas KPK di kantor Kemenpora pada 21 April 2011 itu membuktikan keterlibatan sejumlah petinggi negara dalam perkara korupsi. Penangkapan ketiganya merupakan pengembangan dari kasus korupsi Wisma Atlet, Palembang.
NAMUN, dalam perkembangannya, Wisma Atlet punya keterkaitan dengan kasus korupsi Wisma Hambalang, Bogor. Menpora Andi Malarangeng dan adiknya Choel Malarangeng pun ikut terseret menyusul kaburnya M. Nazaruddin ke luar negeri.
Berdasarkan kicauan @TrioMacan2000, ternyata ketika sore hari saat terjadi penangkapan terhadap Wafid Muharam, Rosa, dan El Idris, Menpora Andi Malarangeng langsung menggelar rapat dadakan malam harinya. Rapat diadakan di lantai 8 Gedung Kemenpora, dihadiri para pejabat eselon I dan kordinator media massa yang direkrut dari luar Kemenpora. Choel Malarangeng juga kabarnya hadir dalam rapat itu.
Agenda utama rapat itu adalah penggiringan opini dengan bantuan media massa dalam rangka pengamanan Andi dan Choel. Adapun hasil rapat itu adalah, pertama, jika ada isu korupsi yang mengarah ke Andi dan Choel, media diminta tidak memberitakan. Kedua, semua informasi terkait pelaku korupsi, media dipesan untuk mengarahkan tuduhan kepada Nazaruddin dan Anas Urbaningrum. Ketiga, media massa berskala nasional mendapat imbalan sebesar Rp 20 miliar. Keempat, media massa bertaraf regional dijanjikan kue iklan dari Kemenpora.
Masih menurut Si Macan yang fenomenal itu, informasi mengenai strategi pengamanan Menpora Andi dan rencana fokus fitnah Anas Urbaningrum tersebut, ternyata sampai ke telinga Anas. "Namun sayangnya Anas tidak mempercayai info yang disampaikan ke dia dan anggap remeh fitnah yang dilancarkan Andi dan Choel Malaranggeng itu."
Anas baru mempercayai informasi itu ketika kasus tertangkapnya Wafid Muharram Cs menjadi isu nasional yang sangat besar. Saat itu, koordinator media yang disewa Andi dan Choel sukses melobi media-media besar agar tidak menyebut keterlibatan Andi. Sebaliknya, semua media kompak memojokkan Nazaruddin dan Anas.
"Kita tahu bahwa Nazar buron ke Singapore satu hari sebelum dia diumumkan dicekal oleh KPK/Kemenhukham. Nazar pergi ke Singapore dengan alasan berobat. Sebelumnya dia sempat bertemu 4 mata dengan Marzuki Ali, Ketua DPR."
Si Macan mengemukakan, sehari sebelumnya Nazarudin juga sempat bertemu SBY di Cikeas dan melakukan rapat bersama elit Partai Demokrat. Rapat tersebut adalah atas permintaan Nazaruddin yang ngotot meminta bertemu SBY. Nazaruddin ngotot bertemu SBY secara langsung karena menolak menandatangani pengunduran dirinya sebagai Bendahara Umum Demokrat.
Sebenarnya, saat itu Nazaruddin sedang bersembunyi di Bali. Pasalnya, sejak kasus korupsi wisma atlet terbongkar, serangan bertubi-tubi terus diarahkan ke Demokrat. Salah satunya memecat Nazaruddin sebagai kasir partai. SBY lalu meminta Anas menemui Nazaruddin di Bali agar bersedia menandatangani surat pengunduran dirinya.
"Lalu terjadilah pertemuan SBY, Nazar, dan elit PD di Cikeas yang kemudian kita ketahui sebagai rapat yang sangat memalukan SBY. Saat rapat dengan SBY di Cikeas itu, SBY minta Nazar mengundurkan diri sebagai Bendum PD dan DPR RI. Nazar menolak. Dia tidak mau mundur."
"Nazar hanya mau mundur sementara sebagai anggota DPR saja. Tapi tidak mau mundur sebagai Bendum PD. SBY marah besar, nazar balik marahi SBY. Nazar balik marahi SBY dan beberkan keterlibatan Andi Malaranggeng cs, Ani SBY, dan Ibas dalam korupsi-korupsi yangg dilakukannya."
"SBY sebagai presiden tentu saja meradang dengar ocehan Nazar. Apalagi Nazar mengancam akan membongkar semua korupsi elit PD dan Cikeas. Sambil menunjuk-nunjukkan tangannya ke SBY, Nazar mengancam akan seret semua elit PD dan keluarga Cikeas ke penjara/KPK. Lalu tiba2 ...Dyarrrr !! SBY menggebrak meja, berdiri, mukanya merah padam menahan amarah. Lalu...SBY berbalik badan dan masuk kamar."
Besoknya, Nazaruddin kabur ke Singapura, sambil menunggu 'pertolongan' SBY menyelesaikan masalahnya di KPK. Ternyata, SBY gagal mengintervensi KPK, hingga Nazaruddin akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. "Sejak itu, mulailah Nazar mengoceh..nama Angie, Anas, Andi, Ibas dan Ani SBY dia sebut-sebut."
"Penyebutan nama-nama tadi sebagai koruptor wisma atlet (saat itu Bambalang belum disentuh Nazar/KPK) disampaikan via wawancara dengan stasiun TV. Karena Nazar sebutkan nama-nama tersebut via wawancara langsung, tim kordinator yang dihired Menpora tidak bisa kontrol pemuatan berita-berita di media. Lalu, atas usul Andi Malaranggeng dan direstui Cikeas, berangkatlah Choel Malaranggeng ke Singapore untuk temui Nazar."
Sebelum ditemui Choel, sudah banyak elit Demokrat yang mengunjungi Nazaruddin ke Singapura. Alasannya, membesuk Nazaruddin yang saat itu beralasan sedang memeriksakan kesehatannya.
"Padahal, sebagian besar elit PD yang temui Nazar di Singapore adalah untuk mengemis kepada Nazar agar nama mereka jangan diseret-seret oleh Nazar. Sebagian lagi ke Singapore temui Nazar untuk membantu pelarian uang dan asset Nazar yang triliunan jumlahnya di Indonesia. Sekurang-kurangnya Rp800 milyar uang nazar berhasil dilarikan ke Singapore sebelum diblokir atau disita KPK. Sebagian lagi temui Nazar di Singapore untuk membujuk Nazar dan bawa pesan-pesan SBY. Nazar menolak. Dia tidak mau berunding dengan utusan-utusan itu."
Namun, apa motif kepergian Choel ke Singapura tidak mendapat porsi besar dalam pemberitaan media massa. Di negeri Singa itu, Choel membujuk Nazaruddin agar tidak lagi menyebut keterlibatan Andi, Ani SBY, dan Ibas dalam perkara korupsi. Imbalannya, Choel atas perintah Cikeas, menjanjikan perlindungan kepada Nazaruddin termasuk vonis hukum ringan dan pengamanan aset miliknya.
"Nazar juga diminta memfokuskan serangan ke sosok Anas, Angie dan Mirwan cs. Nazar setuju tapi dia minta "jaminan" dari SBY. Choel kontak Cikeas. Jaminan SBY terhadap Nazar sesuai dengan kesepakatan Choel-Nazar disetujui. Tapi Nazar harus wawancara sekali lagi. Nazar harus wawancara sekali lagi dengan stasiun TV secara live. Wawancara terakhir ini tidak boleh menyebutkan nama Andi, Ibas, dan Nni SBY. Setelah persiapan Nazar untuk keluar dari Singapore selesai dilakukan, barulah Nazar muncul di TV utk wawancara langsung."
Menurut Si Macan, usai melaksanakan tugasnya, Nazaruddin akhirnya keluar dari Singapura ditemani pengawal dan konsultan keuangannya. Selanjutnya, SBY pura-pura menggelar konferensi pers yang meminta Kapolri segera menangkap Nazaruddin.
"Semua perintah SBY itu adalah sandiwara belaka. SBY sudah tahu Nazar tidak berada di Singapore lagi. Hanya untuk menipu rakyat supaya puas. Selama pelarian Nazar ke Malaysia, Vietnam, Kolombia, dan seterusnya itu, Chole dan tim SBY mengatur bagaimana Nazar dapat "diamankan" sesuai kesepakatan. Sementara itu Nazar diminta untuk sesekali tetap wawancara langsung dengan stasiun TV untuk terus melakukan fitnah dengan menyebut-nyebut keterlibatan Anas."
Babak baru pun dimulai. Usai mengamankan KPK dan para hakim di Pengadilan Tipikor, Nazaruddin akhirnya berhasil 'ditangkap' di Kolombia. Meski demikian, penangkapan itu belum bisa menjamin Nazaruddin bisa disetir seratus persen. Untuk itu, sebagai jaminan agar Nazaruddin patuh, Cikeas mengatur agar penangkapan istri Nazaruddin, Sri Neneng Wahyuni dan anaknya, 'gagal' ditangkap bersama Nazaruddin.
"Istri dan anak-anak Nazar dibiarkan lolos di Kolumbia dan kemudian dipindahkan ke Malaysia dengan "pengawalan" aparat. Sebagai "sandera". Nazar tidak berkutik. Dia terpaksa jalankan kesepakatan bersama Choel di Singapore itu. Dia mulai koar-koar lemparkan tuduhan terus menerus ke Anas. Selain Anas, nama Angie dan Mirwan terus menerus juga diseret-seret Nazar. Kita tahu kemudian Angie dinyatakan KPK sebagai tersangka wisma atlet."
Si Macan melanjutkan kicauannya dengan menyebut KPK di bawah pimpinan ketua baru Abraham Samad, tunduk pada perintah Istana. Salah satunya, menyeret Angelina Sondakh sebagai tersangka. Padahal, saat itu belum cukup alat bukti untuk menjerat anggota Komisi X DPR itu.
"Itulah blunder atau kesalahan Samad yang pertama. Tetapkan Angie sebagai tersangka korupsi wisma atlet padahal tak ada alat bukti. Penyidik2 KPK meradang. Merasa diintervensi oleh istana dan Samad. Kemarahan ini memuncak ketika Miranda Gultom juga dinyatakan sebagai TSK. Akhirnya terjadilah peristiwa yang memalukan itu. Ruang kerja Samad diseruduk oleh penyidik-penyidik KPK yang berontak terhadap politisasi Samad. Publik geger. Komite etik KPK turun tangan. Tapi Samad selamat. Status tersangka Angie di wisma atlet yang langgar prosedur dikoreksi. Perlahan-lahan dan secara sembunyi-sembunyi, KPK kemudian mengubah status Angie dari tersangka wisma atlet menjadi tersangka korupsi Diknas."
Di saat yang sama, Nazaruddin terus diarahkan untuk menyerang Anas Urbaningrum Cs. Ia tak berkutik karena anak dan istrinya djadikan sandera setelah disandera Cikeas.
"Nazar sering curhat masalah ini kepada seorang mantan menteri yang juga jadi tahanan di LP Cipinang. Dia juga ceritakan skenario Cikeas. Kemudian, sebagaimana yang kita ketahui bersama, Nazar sang Raja Koruptor Indonesia hanya di vonis 4 tahun oleh hakim Tipikor. Kita juga tahu, 30 kasus korupsi Nazar yang lain dan 1 kasus pencucian uangnya sebesar Rp300 M bersama Sandiuno di Garuda "diamankan" KPK. Nazar patuhi kesepakatam dengan Choel yang jadi utusan SBY di Singapore. SBY juga penuhi janjinya lindungi dan atur vonis nazar."
Sukses memojokkan Anas, petualangan Nazaruddin pun masuk ke babak selanjutnya. Istrinya, Neneng Sri Wahyuni, 'dipulangkan' ke Indonesia, dan pura-pura ditangkap di rumahnya di kawasan Jakarta Selatan.
"Kini Neneng sudah disidang. Pura-pura diancam 20 tahun. Nanti Jaksa KPK paling-paling hanya tuntut Neneng selama 5-6 tahun dan vonisnya hanya sekitar 3-4 tahun. Nanti bebas barengan dengan suaminya, Nazar. Paling lama 2 tahun lagi Nazar bebas, setelah dikurangi remisi-remisi yang memang dijanjikan untuknya. Ada Amir Syamsudin, kacung Cikeas sebagai Menkumham."
Meski begitu, lanjut Si Macan, skenario pengamanan Menpora Andi ternyata tidak bisa mulus. Itu karena audit BPK terhadap Hambalang yang sejak awal sudah dikondisikan agar tidak memasukkan nama Menpora, berantakan di ujung jalan.
"Upaya Ruki (anggota BPK) untuk amankan Andi Malaranggeng sesuai arahan Cikeas bocor. Nama Menpora Andi akhirnya dimasukkan lagi dalam LHP BPK Hambalang. Nama Menpora Andi M akhirnya tetap dimasukkan meski BPK tetap mau lindungi Andi dengan tingkat keterlibatan yang hanya dalam hal "pembiaran". Tak kurang Menkeu Agus Marto meradang dengan rekayasa LHP BPK yang lindungi Andi M. Agus ngomel ke mana-mana. Agus merasa dikorbankan. Agus pantas sakit hati pada SBY. Dia yang hanya lalai karena ditipu nota dinas dirjen anggaran dan Sesmenpora, kok dinyatakan kriminal. Sedangkan Menpora Andi M yang nyata-nyata korup puluhan milyar dan Choel yang terima suap Rp77 milyar di Hambalang, hanya dinyatakan pembiaran."
Sementara itu, Presiden SBY menegaskan dirinya tidak akan melakukan intervensi terhadap sejumlah kasus korupsi yang menyeret kader Demokrat. SBY mengaku menghormati proses hukum yang berlaku.
Kisah penangkapan Sesmenpora Wafid Muharam, Mindo Rosalina Manullang alias Rosa, dan Mohammad El Idris oleh petugas KPK di kantor Kemenpora pada 21 April 2011 itu membuktikan keterlibatan sejumlah petinggi negara dalam perkara korupsi. Penangkapan ketiganya merupakan pengembangan dari kasus korupsi Wisma Atlet, Palembang.
NAMUN, dalam perkembangannya, Wisma Atlet punya keterkaitan dengan kasus korupsi Wisma Hambalang, Bogor. Menpora Andi Malarangeng dan adiknya Choel Malarangeng pun ikut terseret menyusul kaburnya M. Nazaruddin ke luar negeri.
Berdasarkan kicauan @TrioMacan2000, ternyata ketika sore hari saat terjadi penangkapan terhadap Wafid Muharam, Rosa, dan El Idris, Menpora Andi Malarangeng langsung menggelar rapat dadakan malam harinya. Rapat diadakan di lantai 8 Gedung Kemenpora, dihadiri para pejabat eselon I dan kordinator media massa yang direkrut dari luar Kemenpora. Choel Malarangeng juga kabarnya hadir dalam rapat itu.
Agenda utama rapat itu adalah penggiringan opini dengan bantuan media massa dalam rangka pengamanan Andi dan Choel. Adapun hasil rapat itu adalah, pertama, jika ada isu korupsi yang mengarah ke Andi dan Choel, media diminta tidak memberitakan. Kedua, semua informasi terkait pelaku korupsi, media dipesan untuk mengarahkan tuduhan kepada Nazaruddin dan Anas Urbaningrum. Ketiga, media massa berskala nasional mendapat imbalan sebesar Rp 20 miliar. Keempat, media massa bertaraf regional dijanjikan kue iklan dari Kemenpora.
Masih menurut Si Macan yang fenomenal itu, informasi mengenai strategi pengamanan Menpora Andi dan rencana fokus fitnah Anas Urbaningrum tersebut, ternyata sampai ke telinga Anas. "Namun sayangnya Anas tidak mempercayai info yang disampaikan ke dia dan anggap remeh fitnah yang dilancarkan Andi dan Choel Malaranggeng itu."
Anas baru mempercayai informasi itu ketika kasus tertangkapnya Wafid Muharram Cs menjadi isu nasional yang sangat besar. Saat itu, koordinator media yang disewa Andi dan Choel sukses melobi media-media besar agar tidak menyebut keterlibatan Andi. Sebaliknya, semua media kompak memojokkan Nazaruddin dan Anas.
"Kita tahu bahwa Nazar buron ke Singapore satu hari sebelum dia diumumkan dicekal oleh KPK/Kemenhukham. Nazar pergi ke Singapore dengan alasan berobat. Sebelumnya dia sempat bertemu 4 mata dengan Marzuki Ali, Ketua DPR."
Si Macan mengemukakan, sehari sebelumnya Nazarudin juga sempat bertemu SBY di Cikeas dan melakukan rapat bersama elit Partai Demokrat. Rapat tersebut adalah atas permintaan Nazaruddin yang ngotot meminta bertemu SBY. Nazaruddin ngotot bertemu SBY secara langsung karena menolak menandatangani pengunduran dirinya sebagai Bendahara Umum Demokrat.
Sebenarnya, saat itu Nazaruddin sedang bersembunyi di Bali. Pasalnya, sejak kasus korupsi wisma atlet terbongkar, serangan bertubi-tubi terus diarahkan ke Demokrat. Salah satunya memecat Nazaruddin sebagai kasir partai. SBY lalu meminta Anas menemui Nazaruddin di Bali agar bersedia menandatangani surat pengunduran dirinya.
"Lalu terjadilah pertemuan SBY, Nazar, dan elit PD di Cikeas yang kemudian kita ketahui sebagai rapat yang sangat memalukan SBY. Saat rapat dengan SBY di Cikeas itu, SBY minta Nazar mengundurkan diri sebagai Bendum PD dan DPR RI. Nazar menolak. Dia tidak mau mundur."
"Nazar hanya mau mundur sementara sebagai anggota DPR saja. Tapi tidak mau mundur sebagai Bendum PD. SBY marah besar, nazar balik marahi SBY. Nazar balik marahi SBY dan beberkan keterlibatan Andi Malaranggeng cs, Ani SBY, dan Ibas dalam korupsi-korupsi yangg dilakukannya."
"SBY sebagai presiden tentu saja meradang dengar ocehan Nazar. Apalagi Nazar mengancam akan membongkar semua korupsi elit PD dan Cikeas. Sambil menunjuk-nunjukkan tangannya ke SBY, Nazar mengancam akan seret semua elit PD dan keluarga Cikeas ke penjara/KPK. Lalu tiba2 ...Dyarrrr !! SBY menggebrak meja, berdiri, mukanya merah padam menahan amarah. Lalu...SBY berbalik badan dan masuk kamar."
Besoknya, Nazaruddin kabur ke Singapura, sambil menunggu 'pertolongan' SBY menyelesaikan masalahnya di KPK. Ternyata, SBY gagal mengintervensi KPK, hingga Nazaruddin akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. "Sejak itu, mulailah Nazar mengoceh..nama Angie, Anas, Andi, Ibas dan Ani SBY dia sebut-sebut."
"Penyebutan nama-nama tadi sebagai koruptor wisma atlet (saat itu Bambalang belum disentuh Nazar/KPK) disampaikan via wawancara dengan stasiun TV. Karena Nazar sebutkan nama-nama tersebut via wawancara langsung, tim kordinator yang dihired Menpora tidak bisa kontrol pemuatan berita-berita di media. Lalu, atas usul Andi Malaranggeng dan direstui Cikeas, berangkatlah Choel Malaranggeng ke Singapore untuk temui Nazar."
Sebelum ditemui Choel, sudah banyak elit Demokrat yang mengunjungi Nazaruddin ke Singapura. Alasannya, membesuk Nazaruddin yang saat itu beralasan sedang memeriksakan kesehatannya.
"Padahal, sebagian besar elit PD yang temui Nazar di Singapore adalah untuk mengemis kepada Nazar agar nama mereka jangan diseret-seret oleh Nazar. Sebagian lagi ke Singapore temui Nazar untuk membantu pelarian uang dan asset Nazar yang triliunan jumlahnya di Indonesia. Sekurang-kurangnya Rp800 milyar uang nazar berhasil dilarikan ke Singapore sebelum diblokir atau disita KPK. Sebagian lagi temui Nazar di Singapore untuk membujuk Nazar dan bawa pesan-pesan SBY. Nazar menolak. Dia tidak mau berunding dengan utusan-utusan itu."
Namun, apa motif kepergian Choel ke Singapura tidak mendapat porsi besar dalam pemberitaan media massa. Di negeri Singa itu, Choel membujuk Nazaruddin agar tidak lagi menyebut keterlibatan Andi, Ani SBY, dan Ibas dalam perkara korupsi. Imbalannya, Choel atas perintah Cikeas, menjanjikan perlindungan kepada Nazaruddin termasuk vonis hukum ringan dan pengamanan aset miliknya.
"Nazar juga diminta memfokuskan serangan ke sosok Anas, Angie dan Mirwan cs. Nazar setuju tapi dia minta "jaminan" dari SBY. Choel kontak Cikeas. Jaminan SBY terhadap Nazar sesuai dengan kesepakatan Choel-Nazar disetujui. Tapi Nazar harus wawancara sekali lagi. Nazar harus wawancara sekali lagi dengan stasiun TV secara live. Wawancara terakhir ini tidak boleh menyebutkan nama Andi, Ibas, dan Nni SBY. Setelah persiapan Nazar untuk keluar dari Singapore selesai dilakukan, barulah Nazar muncul di TV utk wawancara langsung."
Menurut Si Macan, usai melaksanakan tugasnya, Nazaruddin akhirnya keluar dari Singapura ditemani pengawal dan konsultan keuangannya. Selanjutnya, SBY pura-pura menggelar konferensi pers yang meminta Kapolri segera menangkap Nazaruddin.
"Semua perintah SBY itu adalah sandiwara belaka. SBY sudah tahu Nazar tidak berada di Singapore lagi. Hanya untuk menipu rakyat supaya puas. Selama pelarian Nazar ke Malaysia, Vietnam, Kolombia, dan seterusnya itu, Chole dan tim SBY mengatur bagaimana Nazar dapat "diamankan" sesuai kesepakatan. Sementara itu Nazar diminta untuk sesekali tetap wawancara langsung dengan stasiun TV untuk terus melakukan fitnah dengan menyebut-nyebut keterlibatan Anas."
Babak baru pun dimulai. Usai mengamankan KPK dan para hakim di Pengadilan Tipikor, Nazaruddin akhirnya berhasil 'ditangkap' di Kolombia. Meski demikian, penangkapan itu belum bisa menjamin Nazaruddin bisa disetir seratus persen. Untuk itu, sebagai jaminan agar Nazaruddin patuh, Cikeas mengatur agar penangkapan istri Nazaruddin, Sri Neneng Wahyuni dan anaknya, 'gagal' ditangkap bersama Nazaruddin.
"Istri dan anak-anak Nazar dibiarkan lolos di Kolumbia dan kemudian dipindahkan ke Malaysia dengan "pengawalan" aparat. Sebagai "sandera". Nazar tidak berkutik. Dia terpaksa jalankan kesepakatan bersama Choel di Singapore itu. Dia mulai koar-koar lemparkan tuduhan terus menerus ke Anas. Selain Anas, nama Angie dan Mirwan terus menerus juga diseret-seret Nazar. Kita tahu kemudian Angie dinyatakan KPK sebagai tersangka wisma atlet."
Si Macan melanjutkan kicauannya dengan menyebut KPK di bawah pimpinan ketua baru Abraham Samad, tunduk pada perintah Istana. Salah satunya, menyeret Angelina Sondakh sebagai tersangka. Padahal, saat itu belum cukup alat bukti untuk menjerat anggota Komisi X DPR itu.
"Itulah blunder atau kesalahan Samad yang pertama. Tetapkan Angie sebagai tersangka korupsi wisma atlet padahal tak ada alat bukti. Penyidik2 KPK meradang. Merasa diintervensi oleh istana dan Samad. Kemarahan ini memuncak ketika Miranda Gultom juga dinyatakan sebagai TSK. Akhirnya terjadilah peristiwa yang memalukan itu. Ruang kerja Samad diseruduk oleh penyidik-penyidik KPK yang berontak terhadap politisasi Samad. Publik geger. Komite etik KPK turun tangan. Tapi Samad selamat. Status tersangka Angie di wisma atlet yang langgar prosedur dikoreksi. Perlahan-lahan dan secara sembunyi-sembunyi, KPK kemudian mengubah status Angie dari tersangka wisma atlet menjadi tersangka korupsi Diknas."
Di saat yang sama, Nazaruddin terus diarahkan untuk menyerang Anas Urbaningrum Cs. Ia tak berkutik karena anak dan istrinya djadikan sandera setelah disandera Cikeas.
"Nazar sering curhat masalah ini kepada seorang mantan menteri yang juga jadi tahanan di LP Cipinang. Dia juga ceritakan skenario Cikeas. Kemudian, sebagaimana yang kita ketahui bersama, Nazar sang Raja Koruptor Indonesia hanya di vonis 4 tahun oleh hakim Tipikor. Kita juga tahu, 30 kasus korupsi Nazar yang lain dan 1 kasus pencucian uangnya sebesar Rp300 M bersama Sandiuno di Garuda "diamankan" KPK. Nazar patuhi kesepakatam dengan Choel yang jadi utusan SBY di Singapore. SBY juga penuhi janjinya lindungi dan atur vonis nazar."
Sukses memojokkan Anas, petualangan Nazaruddin pun masuk ke babak selanjutnya. Istrinya, Neneng Sri Wahyuni, 'dipulangkan' ke Indonesia, dan pura-pura ditangkap di rumahnya di kawasan Jakarta Selatan.
"Kini Neneng sudah disidang. Pura-pura diancam 20 tahun. Nanti Jaksa KPK paling-paling hanya tuntut Neneng selama 5-6 tahun dan vonisnya hanya sekitar 3-4 tahun. Nanti bebas barengan dengan suaminya, Nazar. Paling lama 2 tahun lagi Nazar bebas, setelah dikurangi remisi-remisi yang memang dijanjikan untuknya. Ada Amir Syamsudin, kacung Cikeas sebagai Menkumham."
Meski begitu, lanjut Si Macan, skenario pengamanan Menpora Andi ternyata tidak bisa mulus. Itu karena audit BPK terhadap Hambalang yang sejak awal sudah dikondisikan agar tidak memasukkan nama Menpora, berantakan di ujung jalan.
"Upaya Ruki (anggota BPK) untuk amankan Andi Malaranggeng sesuai arahan Cikeas bocor. Nama Menpora Andi akhirnya dimasukkan lagi dalam LHP BPK Hambalang. Nama Menpora Andi M akhirnya tetap dimasukkan meski BPK tetap mau lindungi Andi dengan tingkat keterlibatan yang hanya dalam hal "pembiaran". Tak kurang Menkeu Agus Marto meradang dengan rekayasa LHP BPK yang lindungi Andi M. Agus ngomel ke mana-mana. Agus merasa dikorbankan. Agus pantas sakit hati pada SBY. Dia yang hanya lalai karena ditipu nota dinas dirjen anggaran dan Sesmenpora, kok dinyatakan kriminal. Sedangkan Menpora Andi M yang nyata-nyata korup puluhan milyar dan Choel yang terima suap Rp77 milyar di Hambalang, hanya dinyatakan pembiaran."
Sementara itu, Presiden SBY menegaskan dirinya tidak akan melakukan intervensi terhadap sejumlah kasus korupsi yang menyeret kader Demokrat. SBY mengaku menghormati proses hukum yang berlaku.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar