Senin, 15 Desember 2014

[Media_Nusantara] Rupiah terjun , Jokowi jatuh .... ?

 

Rupiah terjun , Jokowi jatuh .... ?

Walau semua mata uang regional melemah terhadap Dollar sebagai akibat rencana kenaikan suku bunga the Fed. Tapi rupiah bukan hanya melemah tapi undervalued. Berdasarkan Real Effective Exchange Rate (REER) , nilai tukar rupiah termurah diantara sembilan mata uang utama Asia.  Bahkan di Hong Kong  dan Singapore , obligasi valas Indonesia menjadi obligasi termurah, dan tidak disentuh oleh Investor. Sementara nilai ekuitas yang diperdagangkan di bursa ( IHSG) Jakarta , berdasarkan PER merupakan termahal ketiga di Asia. Nilai rupiah adalah cermin dari kesalahan dalam management ekonomi dan politik. Proses undervalued rupiah ini bukan datang mendadak karena adanya sentimen positip terhadap dollar tapi terjadi by process. Akibat kesalahan mengabil kebijakan atau ketidak-mampuan mengambil keputusan pada moment yang tepat dengan cara yang tepat. Sebetulnya apa penyebab rentanya ekonomi Indonesia itu? Tanya teman saya yang masih bingung karena begitu kerasnya pasar menghajar rupiah. Teman ini percaya dengan data pemerintah tentang GNP indonesia yang masuk 10 besar dunia. Menurut saya, karena keterbatasan komoditas eksport yang dari sejak era Soeharto sampai kini hanya berkutat kepada 10 komoditas yang semuanya berhubungan dengan SDA. Kedua, belanja rutin berupa subsidi BBM impor dan bunga yang bermata uang asing dari tahun ketahun terus meningkat.

Tapi selama 10 tahun sejak SBY berkuasa ada keadaan yang terjadi  by process menggiring Indonesia kedalam krisis dan itu dibiarkan begitu saja tanpa tindakan keras dan cepat. Apa itu?  total jumlah utang terhadap penerimaan pemerintah (pajak dan pendapatan bukan pajak) selalu lebih tinggi. Misalnya, pada 2007 total penerimaan pemerintah Rp 706 triliun, namun utangnya mencapai Rp 1.389 triliun. Pada 2011 total penerimaan pemerintah Rp 1.205 triliun, tapi jumlah utang Rp 1.803 triliun. Dan ini terus berlanjut sampai dengan 2014 dimana utang Indonesia sudah mencapai lebih dari Rp.2.500 Triliun sementara penerimaan masih diatas 1000 triliun. Data ini satu fakta bahwa design pembangunan memang tidak berorietansi kepada kemandirian.  Pemerintah menikmati kenyamanan dengan sektor real yang mengolah SDA, yang tidak direpotkan dengan biaya riset, tiadk perlu pusing  menyediakan insfrastruktur ekonomi karena pengusaha SDA mampu menyediakan sendiri.Tidak perlu repot melakukan negosiasi international agar pasar indonesia dibuka. Semua pejabat bisa duduk santai dikantornya dengan setiap tahun mendapatkan pajak dan bagi hasil dari SDA itu. Dari penerimaan pajak dan bagi hasil itu, prioritas anggaran adalah untuk memenuhi belanja pemeritnah  dan bayar bunga serta ciilan hutang,sisanya hanya kurang lebih 10% untuk dirasakan oleh rakyat terbangunnya sarana umum. Kalau tidak cukup uang lagi untuk memacu pertumbuhan ekomomi menampung angkatan kerja , maka pemerintah akan hutang lagi. Cara culas dan malas!

Warisan yagn diterima Jokowi dari rezim sebelumnya bukan hanya kondisi makro ekonomi yang buruk akibat salah urus tapi oleh mindset elite politik dan birokrat yang masih percaya dengan keberadaan SDA sebagai satu satunya sumber penerimaan dan hutang sebagai solusi. Jokowi harus memperbaiki makro ekonomi dengan kebijakan keras dan  berspektrum jangka panjang,dan tidak lagi bersifat pragmatis yang berjangka pendek. Untuk itu diperlukan akal sehat dan niat baik. Caranya harus mulai melakukan diversifikasi komoditas eksport melalui industrialisasi yang berbasis SDA maupun terchnology. Indonesia tidak bisa lagi bergantung dengan 10 komoditas utama seperti batubara,nikel, emas, Migas, coklat, kopi,lada, CPO, karet, hasi laut tapi harus dalam jangka panjang bergantung kepada ribuan jenis komoditas. Karenanya pemerintah harus punya ruang fiskal yang lebar agar bisa melakukan ekpansi yang significant terhadap pertumbuhan sektor real khususnya pembangunan infrastruktur ekonomi dan skema pembiayaan yang fleksibel dan murah bagi tumbuhnya UKM. Itu sebabnya sudah saatnya tidak ada lagi subsidi konsumsi tapi subsidi produksi. Kedepan harus by design ekonomi untuk produksi.

Itu sebabnya Jokowi harus merombak total RAPBN yang dibuat oleh Pemerintah SBY. Karena RAPBN 2015 itu tidak mencerminkan visi dan misi JOKOWI-JK.Tidak memenuhi syarat untuk Jokowi mampu memenui janjinya. Dengan adanya  APBN-Perubahan tahun depan rupiah akan menguat. Apa sebab ? akan tersedia ruang fiskal yang lebar untuk sektor produksi dan dana ini akan memasok likuiditas perbankan sehingga bisa menekan suku bunga. Dengan demikian maka investor akan tertarik masuk kedalam PPP ( Public Private Partnership ) , apalagi diiringi dengan insentip dan kemudahan perizinan , ini akan memicu terjadinya capital in flow berupa FDI ( foreign direct investment). Dengan adanya kebijakan reformasi tata niaga migas maka dapat menekan belanja impor BBM dan mendorong tumbuhnya industry dowstream Migas yang berorientasi ekspor. Kebijakan ketahanan pangan melaui revitalisasi sarana produksi pertanian dan perikanan akan menekan belanja impor dan meningkatkan nilai eksport. Jika Pemerintah dan DPR se VISI, ekonomi bisa tumbuh 7%. Tahun berikutnya naik lagi jadi 9%. Pada tahun ketiga kita bisa tumbuh dua dijit. Saat itulah Indonesia akan terbang, rakyatnya hidup sejahtera dan disegani. Tidak butuh lama untuk membuat Indonesia makmur karena kelebihan Indonesia bukan hanya SDA tapi letak yang strategis serta adanya momentum reoritenasi kebijakan Amerika yang focus kepada Asia Pasific dimana Indonesia dan China sebagai main player.

Yang jadi masalah adalah apakah kebijakan keras yang diambil oleh Jokowi yang tercermin dari APBN-P  2015 bisa diterima DPR? Karena kalau tetap mengikuti APBN 2015 yang sudah ada maka dapat dipastikan dalam kurang lebih 2 tahun Jokowi pasti jatuh. Apa sebab ? rupiah akan terjun bebas. Mengapa? Karena tidak tersediannya ruang fiskal yang significant untuk memacu pertumbuhan, tidak adanya alokasi anggaran untuk stimulus ekonomi,dan semua di design as usual , yang menjurus kepada krisis dan akhirnya chaos ekonomi. Saya berharap elite politik Indonesia bisa bersikap seperti eite politik Amerika ketika Obama sikulit hitam terpilih sebagai Presiden. Mereka tidak bertanya mengapa sikulit hitam yang harus jadi Presiden? Mengapa bukan Jhon McCain Tentara pemegang the Silver Star, the Bronze Star, the Legion of Merit, a Purple Heart and the Distinguished Flying Cross? Ketika Obama terpilih sebagai Presiden,semua elite politik bergandengan tangan berbuat untuk membantu presiden keluar dari krisis. Walau hubungan antara pemerintah dan DPR acap memanas namun semua satu suara bila berhubungan dengan cara bagaimana menciptakan sinyal positip kepada publik bahwa ekonomi Amerika akan  bangkit dan besok ada HOPE. Semoga elite politik di DPR dapat dewasa berpolitik karena usia republik ini tidak lagi muda tapi uzur.Kapan lagi mau dewasa kalau bukan sekarang.

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar