Minggu, 14 Desember 2014

[Media_Nusantara] #MelawanLupa : Beginilah Cara SPBU Menipu Anda

 

#MelawanLupa : Beginilah Cara SPBU Menipu Anda 

Berdasarkan temuan Tim Terpadu (Timdu) Penyalah – gunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), terdapat 228 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia melakukan kecurangan.

Umumnya kecurangan dilakukan dengan cara mengurangi volume pengisian BBM dengan menggunakan kawat logam pada meteran. Bahkan ada SPBU yang mencurangi takaran hingga satu liter lebih untuk setiap 10 liternya.

Praktek licik ini tidak hanya dilakukan pengelola SPBU. Hasil investigasi Tim Sigi menyebutkan, mata rantai bisnis kotor ini dimulai dari depo milik Pertamina sendiri.

Menurut Ketua Tim Terpadu BBM, Slamet Singgih, sejak Maret 2005 hingga Juli 2014, tim telah memeriksa secara acak ratusan pom bensin. Hasilnya sungguh mencengangkan. Lebih dari separuh pom bensin pernah melakukan kecurangan. Mulai dari mengurangi takaran, melayani pembelian dengan jerigen dan drum, mencampur dengan air, hingga mencuri takaran dengan merekayasa mesin dispenser.

"Terakhir sekitar Juli silam kita menemukan kecurangan yang dilakukan dengan menggunakan remote control," kata Singgih.

Akibat praktik curang yang dilakukan para pengelola pom bensin nakal, tim mencatat setidaknya nilai kerugian mencapai 1,35 juta liter BBM dari berbagai jenis atau jika diuangkan mencapai Rp 47 miliar.

Kecurangan dengan memakai alat canggih yang dikontrol dari jarak jauh itu memang baru kali ini terbongkar. Alat itu diduga telah banyak beredar dan dipakai di sejumlah pom bensin di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek).

Menurut pengakuan salah satu manajer SPBU, alat canggih seharga Rp 2,5 juta ini terbuat dari sebuah rangkaian elektronik yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu mengecoh mesin dispenser digital sekalipun.

Benda elektronik ini terdiri dari relay, serangkaian pembangkit pulsa, dan bagian IC memory. Tujuannya untuk mengecoh proses digitalisasi dispenser dan memutus kerja mesin dispenser secara periodik. Dengan begitu jumlah BBM yang dikeluarkan tidak sama atau terkurangi dari takaran semestinya.

Sebelum ada alat canggih ini, sejumlah SPBU mencurangi takaran dengan memasang kawat pengait pada roda atau gigi yang ada pada mesin dispenser. Dengan cara ini gigi atau roda pada pompa bensin berjalan lebih lambat. Berarti jumlah BBM yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding angka yang berputar pada panel dispenser.

Aksi Curang Pengusaha Nakal BBM

Aktivitas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tak pernah sepi dari kendaraan bermotor. Mobil, motor maupun angkutan umum silih berganti masuk mengisi kendaraan dengan berbagai jenis bahan bakar. Bahan bakar menjadi kunci mesin kendaraan dapat terus bekerja mengantarkan si pemilik kendaraan.

Tak heran, SPBU selalu ramai pembeli alias diburu pemilik kendaraan. Begitu berarti BBM bagi masyarakat, membuat setiap kali ada rencana kenaikan harga khususnya BBM bersubsidi selalu menuai protes, bahkan digelar unjuk rasa besar-besaran. Padahal BBM termasuk sumber energi yang tak terbarukan alias lama-kelamaan bukan tak mungkin keberadaannya semakin minim, bahkan habis. Itu sebabnya pemerintah juga mencanangkan gerakan hemat BBM.

Itu dari sisi positifnya. Tapi ada juga pengiritan BBM yang merugikan. Dari hasil investigasi ke beberapa sumber, sejumlah SPBU ternyata juga mengirit BBM. Namun, untuk tujuan mencari keuntungan yang berlipat-lipat. Modusnya, mengakali meteran mesin BBM. Jumlah BBM yang meluncur dari selang mesin ini menjadi lebih sedikit dari yang tertera di mesin. Pengakuan dari masyarakat makin memperkuat dugaan kecurangan ini.

Dari fakta inilah, usaha mencari tahu lebih jauh modus kecurangan sejumlah SPBU nakal dilakukan. Penelusuran diawali dengan mendatangi salah satu SPBU di Pulau Sumatra yang kami tempuh puluhan kilometer dari sebuah kota. Ini adalah hari keberuntungan Tim Sigi karena pemilik SPBU bersedia membeberkan modus para pengusaha SPBU lain untuk mengeruk keuntungan.

Pengusaha ini pun menunjukkan cara beberapa SPBU nakal yang biasanya mengubah takaran BBM yang keluar dari selang pompa. Informasi mengkhawatirkan kami dapat karena menyangkut masalah keakuratan meteran BBM. Parahnya lagi, modus mengurangi takaran BBM ini tak dilakukan sendirian oleh pengusaha SPBU yang nakal, namun juga hasil kongkalikong dengan oknum petugas sebuah instansi.

Rasa penasaran semakin menggelegak dengan informasi yang didapat dari sang pemilik SPBU. Kami coba konfirmasi dengan mendatangi SPBU lain. Pengelola SPBU ini diajak bicara untuk menyerap informasi lebih jauh. Ternyata, yang mengagetkan tawaran mengurangi takaran BBM justru datang dari oknum sebuah departemen.

Menurut sang pengusaha kongkalikong terjadi saat dilakukan uji tera atau uji keakuratan meteran sebuah mesin pompa BBM yang rutin dilakukan setahun sekali. Kesepakatan antara pemilik SPBU dengan oknum dinas pemerintahan ini untuk memainkan takaran mesin pompa. Tentu saja kongkalikong ini tidak gratis. Sang pemilik SPBU harus membayar sejumlah oknum yang diajak kerjasama. 

Buat mengukur keakuratan sebuah mesin pompa BBM, dinas Metrologi dan SPBU menggunakan Bejana Tera. Bejana diisi dengan 20 liter BBM untuk kemudian dapat diketahui akurat tidaknya sebuah pompa bbm dengan membaca skala yang tertera di bejana. Tapi, tak sembarang orang memiliki ketrampilan membaca bejana tera ini.

Sang pemilik SPBU pun mengajak pergi Tim Sigi untuk mempelajari Bejana Tera di Dinas Metrologi, tentunya menggunakan kamera tersembunyi. Kesempatan ini tak disia-siakan. Beberapa hal krusial seputar penggunaan Bejana Tera kami pelajari untuk bisa mengukur keakuratan sebuah mesin pompa di SPBU.

Selain keakuratan ternyata pengurangan volume BBM yang keluar dari mesin pompa masih diperbolehkan. Asalkan tak melebihi batas yang ditentukan. Bermodal pengetahuan mengukur keakuratan sebuah mesin pompa BBM, kami mulai menyelidiki volume BBM yang dikeluarkan suatu SPBU, masuk dalam kategori batas normal atau tidak.

Sebuah SPBU lalu disambangi tentunya sambil menenteng Bejana Tera. Kami minta petugas mengisi Bejana ini dengan 20 liter BBM.  Volume di bejana ini kami ukur. Sesuai aturan, dasar bejana dipastikan berada di permukaan yang rata. Hasilnya, takaran yang sangat kurang dari batas yang ditentukan mulai membuat tim curiga.

Hasil yang terlihat berkurang 100 mililiter lebih. Padahal batas maksimal terendah yang diperbolehkan hanya sebesar 60 mililiter per 20 liter. Indikasi kecurangan pengusaha SPBU nakal mulai ditemukan.

Pengujian tak kami lakukan hanya di satu SPBU. Lebih memastikan, Tim Sigi mendatangi lagi SPBU lain. Kali ini, kami mencoba datangi salah satu SPBU yang mengklaim takaran volume BBM-nya pas alias akurat. Seperti halnya tadi, kami juga meminta petugas mengisikan Bejana Tera sebanyak 20 liter.

Kami kemudian membawanya untuk diukur tentu dengan ketentuan-ketentuan standar pengukuran. Hasilnya, sangat mengagetkan. Volume BBM yang ada di bejana ini sangat jauh berkurang dari standar batas yang ditetapkan. Saking rendahnya permukaan BBM di bejana ini, bahkan membuat kami kesulitan untuk mengukur.

Tapi secara kasat mata dan skala ini ada pengurangan berkali-kali lipat dari batas yang seharusnya. Meski mengklaim takarannya akurat, ternyata SPBU ini justru lebih banyak mengurangi takaran. Terkait hal ini, pihak Pertamina mengancam akan mencabut slogan pasti pas yang ditempel di SPBU nakal.

Sayangnya, konsumen awam tak bisa tahu persis indikasi kecurangan yang dilakukan beberapa SPBU. Yang lebih sulit diendus adalah transaksi kecurangan antara pengusaha dan oknum Dinas Metrologi. Tapi adanya transaksi ini dibantah keras instansi bersangkutan.

Namun adanya aksi mengurangi takaran ini bukan tanpa sebab. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menduga hal ini dilakuakn terkait tipisnya margin keuntungan.

Namun, tak perlu khawatir berlebihan karena tak semua SPBU menjalankan modus mengurangi takaran BBM. Seperti halnya SPBU yang kami datangi bertepatan sedang disidak Dinas Metrologi untuk melakukan uji tera mesin pompa BBM. Hasilnya, memuaskan. Di mesin pompa BBM yang lainnya justru takarannya berlebih.

Catatan:

Beberapa bulan kemarin, Kejati Jatim telah memeriksa dugaan PUNGLI atas TERA SPBU, menurut saya penyidikan Kejati Jatim semakin lama semakin melambat, hingga sampai dengan sekarang belum tampak ujungnya, pada hal ada saat yang sama DAMPAK dari dugaan KECURANGAN ATAS TERA NOZZLE SPBU yang diduga mendasari dugaan timbulnya PUNGLI atas TERA sama sekali tidak pernah ada perintah untuk dihentikan, artinya Produk Tera Nozzle SPBU hasil Pungli tetaplah berjalan, artinya juga KERUGIAN KONSUMEN atas Pembelian BBM dari Nozzle SPBU yang ditera secara abal-abal pun pun masih berjalan dengan Aman, ada apa ini ?  

Kejati Jatim Usut Pungli Tera & Proses Peneraan SPBU di Seluruh Jatim ==> http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2014/11/medianusantara-kejati-jatim-usut-pungli.html

__._,_.___

Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar