Jumat, 20 Juli 2012

[Media_Nusantara] Soekarwo (Gubernur Jatim -red) Anak PKI ?

 

Soekarwo (Gubernur Jatim -red) Anak PKI ?

Harian Duta Masyarakat (ttp://dutamasyarakat.com)
Ahad, 18 Januari 2009

Laporan Khusus (Copy data dari Instansi terkait, ada di harian Duta Masyarakat edisi cetak, Ahad Tanggal 18 Januari 2009)
 
Pemungutan suara ulang Pilgub Jatim di Kab. Sampang dan Bangkalan, Madura, Rabu (21/1) mendatang, diwarnai beredarnya fotokopi dokumen yang menyebut calon gubernur (cagub) Soekarwo (Pakde Karwo) merupakan anak anggota PKI (Partai Komunis Indonesia). Fotokopi dokumen itu beredar luas dari warga ke warga dan sebagian ditempel di sejumlah tempat umum, baik di Sampang maupun Bangkalan.

MUNCULNYA dugaan bahwa cagub Soekarwo anak PKI sebenarnya sudah beredar sejak Pemilihan Gubernur Jawa Timur putaran pertama yang digelar 23 Juli 2008 lalu. Saat itu Soekarwo berhadapan dengan empat cagub lain, yakni Achmady (PKB), Sutjipto (PDIP), Soenarjo (Golkar), dan Khofifah Indar Parawansa (Koalisi Jatim Bangkit). Stiker yang menyebut Soekarwo anak PKI itu, misalnya, ditemukan di Lumajang. Stiker ini juga beredar dari warga ke warga. Sebagian lagi ditempel di sejumlah tempat keramaian. Hal serupa terjadi lagi di Sampang dan Bangkalan dalam pilgub ulang kali ini. Hanya bedanya bila saat itu berupa stiker,yang antara lain berbunyi SIAPKAH RAKYAT JAWA TIMUR DIPIMPIN GUBERNUR ANAK PKI?, kali ini berupa dokumen yang mencantumkan urut-urutan garis keturunan bahwa Soekarwo anak PKI (lihat juga dokumen selengkapnya di halaman 10 dan 15, Red.).

Dokumen ini kayaknya resmi. Jadi warga di sini manggut-manggut saja saat melihatnya, kata seorang warga Galis yang menolak menyebut namanya. Panwas Pilgub Bangkalan tampaknya juga sudah mendapatkan foto kopi dokumen berisi silsilah keluarga Soekarwo tersebut. Dalam silsilah keluarga Soekarwo yang ditunjukkan pada wartawan itu tertulis, bahwa orang tua Soekarwo yaitu Kartodihadjo kelahiran Desa Palur Kecamatan Kobonsari Kabupaten Madiun tahun 1905. Dokumen ini memuat pula semasa hidupnya Kartodihardjo aktif di organisasi Barisan Tani Indonesia (BTI). BTI merupakan organisasi di bawah kendali PKI. Sama dengan PR (Pemuda Rakyat), Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), dan banyak organisasi lain yang bentukannya tanpa bentuk (OTB) hasil bentukan orang-orang PKI. Dalam dokumen itu Kartodihardjo disebutkan kawin dengan Dasiem mempunyai tiga anak yaitu Sukarno bekerja sebagai pegawai Agraria Ngawi, Sukarwo bekerja di Pemda Surabaya, dan Sukarti sebagai petani.

Menanggapi adanya dokumen silsilah keturunan salah satu pasangan cagub itu, Panwaskab Bangkalan menyatakan, pihaknya tidak akan gegabah menyikapi masalah tersebut. Kita menyikapi masalah selebaran ini secara hati-hati karena selebaran ini bisa disebut black campaign, kata anggota Panwaskab Bangkalan, Maskur S.Ag. Dijelaskannya, fotokopi dokumen tersebut merupakan temuan Panwascam Galis. Laporan adanya selebaran ini kami terima pada tanggal 9 Januari kemarin dari Panwascam Galis. Dan sampai saat ini kami masih terus mempelajari adanya temuan dari Panwascam Galis itu, jelas Maskur.

Lebih lanjut Maskur menjelaskan, penyebaran silsilah keturunan cagub Soekawo tersebut dilakukan dengan cara disebarkan dari rumah ke rumah. Jika melihat dari adanya bukti selebaran yang kami terima, jelas selebaran itu disebar dari rumah ke rumah, terangnya. Meski demikian, lanjut Maskur, kasus penyebaran silsilah keturunan Soekarwo tersebut tetap akan ditindaklanjuti. Kalau nanti mengarah ke pidana, ya kasus ini kita arahkan ke penyidik, pungkas Maskur.

Harus Diwaspadai

Lain lagi reaksi sejumlah kiai atas fenomena di Madura ini. KH Mas Mansyur dari Ponpes Sidosermo Surabaya, misalnya, memandang ada gelagat PKI ingin bangkit lagi. Salah satunya lewat jalur birokrasi. Itu harus diwaspadai. Soekarwo itu punya beberapa kepentingan. Pertama kepentingan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) untuk (pilpres) 2009. Kedua, kepentingan Imam Utomo (gubernur terdahulu) untuk menutupi aibnya. Jadi Soekarwo harus menang dengan cara apa pun. Bahkan dengan cara dzolim sekalipun. Ketiga, bisa jadi mempermulus PKI. Untuk kepentingan PKI, katanya. Maksudnya? Begini, sikap dzolim, provokasi, dan adu domba, itu merupakan sikap PKI.

Adanya kecurangan dalam pilgub kemarin siapa lagi pelakunya kalau bukan orang-orang yang suka menerapkan cara-cara PKI, katanya. Dia juga mengingatkan adanya segelintir kiai yang saat ini mulai kehilangan idealismenya. Kehilangan ruhnya. Ada kiai yang sudah masuk dalam aliran sesaat. Lebih berbahaya dari aliran sesat. Mereka lebih mementingkan egonya demi mengejar kepentingan sesaat, katanya sambil menyebut nama Fuad Amin. Kalau sudah begini, bisa buyar semuanya, katanya. Karena itu Kiai Mansyur mengingatkan warga NU, khususnya di Madura, agar berpikir untuk kebesaran NU. Jangan hanya berpikir untuk kepentingan sesaat. Kalau bisa berpikir jauh ke depan kan bagus. Bayangkan kalau gubernurnya dari NU, wakil di DPRD-nya dari NU, kemudian ada kerjasama yang bagus, maka kemaslahatan bagi NU akan terjamin, katanya.

Ketua PW Fatayat NU Jawa Timur, Faridatul Hanum, bersikap senada. Komunisme, kata dia, bisa jadi hidup kembali dengan memanfaatkan momen-momen penting semacam pemilihan Gubernur Jatim. Kami khawatir dalam kondisi seperti sekarang ini Komunisme justru akan merajalela meskipun tidak menggunakan lambang Komunis. Bisa jadi, dengan gerakan mengadu domba warga NU yang cukup solid saat ini. Terlebih lagi pada basis perempuan NU (Fatayat) yang selama ini merupakan basis perempuan yang sangat solid, katanya.
Dengan fenomena ini, kata dia, pihaknya mengimbau pada warga Fatayat NU untuk terus mewaspadai gerakan-gerakan siluman, yang tidak kelihatan, oleh antek-antek PKI tersebut. Dan persoalan ini akan terus kami sosialisasikan pada warga Fatayat NU, katanya.

Sementara itu, Sekretaris Tim Pemenangan Ka-Ji Muhammad Mirdasy menyesalkan munculnya dokumen tersebut. Menurutnya, Tim K-Ji tidak mungkin melakukan cara-cara kotor seperti itu. Selama ini sejak putaran pertama hingga coblosan ulang, Ka-Ji dicurangi dan dikeroyok ramai-ramai. Tetapi kami tetap memilih cara-cara sopan, elegan dan Islami. Dokumen seperti itu jelas bukan perbuatan kami, katanya.

Ia justru khawatir dokumen itu sengaja disebarkan oknum tertentu agar publik menuduh Ka-Ji berbuat kotor. Di putaran pertama pernah muncul tetapi katanya tidak ada dampaknya. Nah tetapi sekarang muncul lagi. Mungkin karena yakin tidak berdampak, maka ada oknum menyebarkan lagi agar masyarakat menuduh Ka-Ji yang melakukan, katanya. (Tim Duta)
 

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar