Selasa, 19 Juni 2012

[Media_Nusantara] Finance Sewa Jasa Debt Collector: "Motor Dirampas Preman, Ibu Hamil Muda Terkapar Perdarahan"

 

Finance Sewa Jasa Debt Collector: "Motor Dirampas Preman, Ibu Hamil Muda Terkapar Perdarahan"

Sriwijaya dirawat di RSI Yarsi

Pontianak – Perempuan hamil muda itu, Sriwijaya, 27, masih terbaring di RSI Yarsi akibat terjungkal hingga perdarahan disentakkan empat debt collector PT Adira di lampu merah depan Hotel Garuda, Rabu (13/6).

Hingga Jumat (15/6), Sri masih diinfus dan belum jelas apakah kandungannya masih bisa diselamatkan. "Buang air kecil sakit, kadang masih suka keluar darah. Sudah tiga hari seperti itu makanya langsung dirawat inap," tutur Sri, didampingi suaminya Usman Fany, 30.

Warga Jalan Gusti Situt Mahmud, Gang Selat Malaka, Pontianak Utara itu sudah melapor ke Polsekta Selatan. Dalam laporannya, sepeda motornya diambil paksa alias dirampas saat berhenti di traffic light perempatan Jalan Pahlawan-Imam Bonjol-Tanjungpura.

Kejadiannya sore ketika Sri pulang kerja. Persis berhenti di lampu merah depan Hotel Garuda, tiba-tiba empat lelaki kekar bergaya preman mendekatinya. Salah seorang naik ke boncengan sambil mendorong Sri yang terdesak ke depan.

Celakanya sepeda motor ditarik oleh kawanan lelaki tadi hingga akhirnya Sriwijaya terjungkal. Diduga keempat debt collector tersebut sudah membuntutinya. Keempat lelaki kekar yang diduganya preman tanpa banyak bicara langsung merampas sepeda motor yang dikendarainya.

"Saya pulang dari kerja. Begitu berhenti di perempatan lampu merah, saya langsung didatangi empat pria. Mereka langsung mengambil kunci motor, tentu saja saya melawan," tutur Sriwijaya.

Sri kemudian menyeret sepeda motor ke Bank Panin, namun empat pria tadi mengejarnya. Belum sempat bertanya, Sri didorong dari belakang hingga tubuh kecilnya terjerembap ke tanah. Perutnya yang sedang mengandung membentur stang sepeda motor dengan keras.

Tak ayal, Sri hanya bisa menangis sambil memegangi perutnya. Sementara keempat debt collector langsung pergi begitu saja membawa sepeda motornya meninggalkan Sri yang merintih kesakitan akibat perdarahan.

"Sampai pulang ke rumah, saya tak tahu mereka debt collector. Saya baru tahu setelah suami saya mencari informasi. Karena cicilan pembayaran motor itu tinggal lima bulan sudah selesai," ungkapnya.

Merasa diperlakukan tidak manusiawi dan melanggar hukum, Sri didampingi suaminya Usman, melaporkan ke Mapolsek Pontianak Selatan, Rabu (13/6).

Sri yang masih lemas di pembaringan RSI Yarsi bingung dengan perlakuan pihak PT Adira yang secara kasar merampas sepeda motornya di tempat umum. Sementara pikirannya galau akibat kandungan yang mengalami perdarahan hebat saat terjungkal didorong penagih utang itu dari atas motor.

Masih bersyukur nyawanya bisa diselamatkan, Sri masih mengeluhkan kandungan dan rasa sakitnya. "Tujuh tahun saya baru berisi lagi. Mereka harus bertanggung jawab, saya hanya berdoa semoga janin saya selamat," doanya.
Biaya debt collector

Usman Fany mengungkapkan, beberapa bulan lalu dirinya mendatangi Adira Finance untuk melakukan pelunasan sepeda motor yang diambilnya. Namun oleh pihak Adira Finance membebankan biaya penagihan debt collector senilai Rp 150 ribu sampai Rp 500 ribu.

"Begitu lima bulan lagi angsuran mau selesai, saya ke Adira Finance mau melunasi. Tapi mereka memasukkan biaya debt collector, saya tolak. Saya tidak jadi melunasinya, hingga terjadi tunggakan sampai lima bulan," terang Usman.

Keberatan biaya itu, Usman pun tidak bersedia melakukan pelunasan yang tidak masuk akal dan di luar perjanjian kredit motor. Dia merasa biaya debt collector terlalu memberatkan.

Diakuinya, selama itu pula Adira Finance tidak pernah mengonfirmasi mengenai pelunasan sepeda motor pada dirinya setelah dia menolak bayar biaya debt collector. Ini yang mengherankan dirinya,

"Tidak ada orang Adira yang datang ke rumah saya. Biasanya kalau ada tunggakan seperti itu ada surat tertulis yang dilayangkan pada konsumen, saya tahu prosedurnya dari keluarga yang bekerja di perusahaan finance juga," terangnya, merasa ada semacam jebakan.

Dirinya berharap kepolisian bisa memproses kasus tersebut, bila perlu memberikan sanksi tegas pada lembaga finance yang menggunakan jasa preman ketika mengambil barang konsumen.

"Cara seperti itu tidak benar, kalau bisa ngomong baik-baik kenapa pakai kekerasan. Sampai akhirnya istri saya seperti ini, kami sangat mendambakan anak kedua sudah tujuh tahun kami menunggu," ungkap Usman sedih.

Sampai petang kemarin, Equator yang mendatangi kantor PT Adira di Jalan KHA Dahlan untuk konfirmasi, tidak ada orang di tempat tersebut. Begitu juga coba dicari teleponnya, belum berhasil. Panggil Adira

Perlakuan kasar debt collector suruhan perusahaan finance serta cara-cara tidak terpuji itu ternyata sudah banyak pengaduannya diterima wakil rakyat DPRD Kota Pontianak.

"Kita sudah sering mendengarnya, makanya dalam waktu dekat kita akan mengundang perusahaan finance untuk rapat dengar pendapat," terang H. Mad Nawir, anggota Komisi D DPRD Kota Pontianak.

Pemanggilan sejumlah perusahaan finance yang menggunakan jasa preman malah akan membuat jumlah kekerasan bertambah. "Kalau memang konsumen nakal ada prosedur, lapor polisi juga bisa. Kalau kredit macet ada prosedurnya, bukan harus menggunakan jasa preman merampas motor," ujarnya.

Apalagi kendaraan yang ditarik, kreditnya akan selesai tinggal beberapa bulan lagi. Sehingga Mad Nawir mencium ada permainan yang terjadi di dalam tubuh lembaga finance itu sendiri.

"Namanya kredit macet, kalau dari pertama sampai satu tahun berjalan tidak pernah membayar angsuran. Tapi kalau tinggal 5 bulan lagi, harusnya bisa dibicarakan baik-baik," ingatnya.

Kendati masih belum dapat menetapkan kapan jadwal pemanggilan, Nawir memastikan persoalan itu akan menjadi pokok pembahasan DPRD Kota Pontianak.

Dia menduga praktik-praktik premanisme di lembaga resmi seperti PT Adira sudah menghidupkan kembali kekerasan dalam dunia bisnis. Cara-cara ini melanggar hukum dan harus segera dihentikan. (sul)


__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar