Selasa, 03 April 2012

[Media_Nusantara] [SatuDunia] Belajar Dari Kasus Lapindo

 

Belajar Dari Kasus Lapindo

 

April 2011, adalah bulan yang mungkin tidak bisa dilupakan oleh keluarga Khoirul Adib. Bulan itu bayi perempuannya, Aulia Nadira Putri, meninggal dunia. Bayi mungil usia 3,5 bulan itu harus meninggal dunia karena diduga terlalu banyak menghirup gas metan dari lumpur Lapindo.

 

Kematian Aulia Nadira Putri jelas merupakan takdir. Namun, menghirup udara beracun dari semburan lumpur Lapindo jelas karena kerusakan lingkungan hidup. Dan kerusakan lingkungan hidup bukanlah takdir.

 

Lumpur Lapindo terus saja menyisakan duka. Sebelumnya 4 September 2008 silam. Tangisan Pak Hari Suwandi memecah kesunyian kantor LSM Komite untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Jakarta. Pak Suwandi, begitu ia akrab dipanggil, tak mampu menahan perihnya perasaan saat menceritakan penderitaannya selama dua tahun menjadi korban Lapindo.

Sebelum lumpur Lapindo menenggelamkan kampungnya, Pak Suwandi adalah seorang pengrajin kulit. Hidupnya cukup makmur dengan industri rumah tangganya itu. Namun, tiba-tiba lumpur Lapindo menenggelamkan rumahnya. Alat-alat produksinya pun ikut terendam lumpur.

 

Setidaknya ada empat hal yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita atas kejadian-kejadian pilu yang menimpa korban lumpur Lapindo.

 

Pertama, hilangnya hak atas informasi warga sejak dalam proses eksplorasi migas di Sidoarjo.

Kedua, ketika terjadi sebuah kecelakaan industri seperti pada kasus lumpur Lapindo, persoalan ganti rugi terhadap korban tidak bisa direduksi menjadi sekedar persoalan jual beli asset. Terlebih bila asset korban itu dibatasi hanya sekedar rumah dan tanah.

Ketiga, perlunya semua pihak untuk mematuhi ketentuan mengenai tata ruang wilayah yang telah menjadi sebuah keputusan bersama antara pemerintah dan wakil

rakyat. Semua kisah pilu korban Lapindo di atas tidak akan pernah ada jika dari awal tidak ada pelanggaran terhadap tata ruang.

Keempat, perlunya pengawasan yang ketat terhadap industri-industri yang beresiko tinggi seperti industri pertambangan. Awal dari semua cerita semburan lumpur Lapindo adalah lemahnya pengawasan pemerintah terhadap industri tambang.

 

Baca informasi lengkapnya di http://www.satudunia.net/content/indepth-report-belajar-dari-kasus-lapindo

----------------------------

Luluk Uliyah

Knowledge Officer SatuDunia

Jl. Tebet Utara II No. 6 Jakarta Selatan

Telp : +62-21-83705520

HP: 0815 9480 246

Email: lulukuliyah@gmail.com, luluk@satudunia.net

 

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar