Ekonomi Indonesia akan baik baik saja.
by Erizeli Jely BandaroAda teman dengan skeptis mengatakan " Engga ada harapan Indonesia bisa bangkit. Apalagi dunia semua terpuruk, termasuk ASEAN. " Saya hanya tersenyum. Karena teman ini bukan pengusaha. Jadi dia tidak pernah tahu sebenarnya karakter pengusaha Indonesia. Di dunia ini negara yang pernah terpuruk paling parah dimana krisis ekonomi dan bencana alam datang tiada henti, adalah Indonesia. Itu rentang tahun 1998 sampai tahun 2004. Namun tidak pernah membuat pengusahanya kehilangan akal untuk bergerak. Mungkin saja pemerintah lemah, sehingga tidak bisa membantu pengusaha. Tetapi pengusaha tetap jalan terus. UKM tumbuh. Bahkan setelah krismon, new comer enterpreneur bermunculan. Yang lama tenggelam, tetapi tergantikan munculnya yang baru.
Kwartal kedua Ekonomi kita memang nyungsep. Karena berlakunya PSBB secara ketat. Tetapi yang paling parah penyebabnya adalah memaksa shutdown semua bisnis kecuali beberapa bisnis yang berhubungan dengan sembako dan retail. Yang shutdown bukan hanya mesin ekonomi, tetapi manusia juga di shutdown produktifitas dengan anjuran tinggal di rumah. Kalau karena itu ekonomi kita slowdown, itu sangat wajar. Kalau ada yang bilang pemerintah engga becus, itu jelas begonya keterlaluan.
Bulan Juni pemeritah keluarkan kebijakan Pelonggaran pembatasan aktivitas. Apa yang terjadi ? Kita bisa lihat index PMI. Apa itu index PMI ? Prompt Manufacturing Index–Bank Indonesia (PMI-BI) adalah sebuah indikator yang menyediakan gambaran umum mengenai kondisi Sektor Industri Pengolahan saat ini dan perkiraan triwulan mendatang. PMI-BI merupakan indeks komposit yang diperoleh dari lima indeks yaitu volume pesanan barang input, volume produksi (output), ketenagakerjaan, waktu pengiriman dari pemasok, dan inventori.
Sesuai data, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit pada juni yang berada di level 39,1 atau naik 10,5 poin dari Mei 2020 yang sebesar 28,6. Tanggal 13 Juli sudah berada di level 41,7. Memang masih kontraksi. Tetapi tren nya dari minggu ke minggu sejak pelonggaran PSBB, terjadi peningkatan. Mengapa? karena ada tiga penyebabnya.
Pertama, Kekuatan ekonomi Indonesia didukung oleh pasar domestik. Jadi walau pasar ekspor menyusut namun tidak menghalangi manufaktur terus berproduksi. Di samping itu, China sebagai supply chain manufaktur Global memberikan subsidi kepada dunia usahanya agar mereka bisa menjual lebih murah dan dengan pembayaran berjangka. Ini sangat menolong Manufaktur kita mendapatkan dukungan supply chain. Sementara Industri pengolahan SDA seperti nikel terus tumbuh cepat selama PSBB, dengan meningkatnya ekspor.
Kedua, mulai Juni dana stimulus untuk dunia usaha, siap dikucurkan. Bulan Juli Jokowi sudah keluarkan PP dengan menunjuk Meneg BUMN sebagai ketua satgas PEN dan penanggulangan COVID-19. Itu tanda bahwa dana stimulus akan segera dikucurkan kepada dunia usaha. Ini akan jadi darah bagi dunia usaha untuk bangkit mencapai produksi normal.
Ketiga, rasio utang kita masih di bawah standar normal bila dibandingkan negara lain dan standar IMF. Artinya selama tiga tahun kedepan, Indonesia masih punya ruang untuk melakukan stimulus. Apalagi hasil revaluasi asset negara meningkat sebesar lebih dari Rp. 4 ribu triliun. Artnya benarlah menurut prediksi World bank dan IMF bahwa hanya China, India dan Indonesia yang bisa bangkit cepat dan mencatat angka pertumbuhan positip tahun ini. Itu karena SDA besar, populasi besar dan pengelolaan utang yang prudent.
Nah saran saya kepada kepala daerah cepat salurkan dana APBD. Jangan lelet. Karena itu sumber kekuatan pasar domestik. Susah amat sih? Tinggal belanja doang.