MASYARAKAT dan Bahkan Lembaga2 Resmi di INDONESIA mungkin terlalu royal ( jikapun tidak harus dikatakan terlalu Gegabah) atau mungkin terlalu memberikan Toleran (jikapun kita tak ingin mengatakan terlalu Liberal ) MEMPERMAINKAN KATA /ISTILAH
> Demokrasi bukan sekedar Kata atau Istilah yang bisa se-enaknya dipahami sendiri oleh Siapa saja dengan cara dan Pemahaman yang dangkal dan semaunya sendiri ......> Sedangkan AMERIKA yang ''dikatakan'' sebagai ''NEGARA DEMOKRATIS sangat liberal YANG PALING KAWAKAN DI DUNIAdimana System Demokrasi terbuka bebas/Liberal tetla beruur lebih dari 25O tahun ....), NAMUN TOH apabila KEHIDUPAN DEMOKRATIS dan tertutama APABILA KEPENTINGAN NEGARA dan sudah mulai Goncang dan Terganggu atau diganggu dan lebih2 lagi apabila KESTABILAN POLITIK PEMERINTAH NYA DAN KEHIDUPAN DAN KEAMANAN NASIONAL sudah mulai terganggu dan terancam ( baik dari Dalam maupun dari Luar ) ..... MAKA PEMERINTAH YANG BERKUASA (dari Negara manapun,dalam hal ini terutama Pem.Amerika sendiri.) BERSAMA APARATURNYA AKAN MULAI BERTINDAK DAN BERUSAHA MENYELAMATKAN PRINSIP2 DAN KEHIDUPAN DEMOKRASI TSB.. dan Tidak jarang, Tidak mustahil dan jika perlupun > DENGAN KEKERASAN demi untuk MENYELAMATKAN KEPENTINGAN UMUM > KEPENTINGAN DAN EXISTENSI NEGARA DAN BANGSANYA..>> CONTOH PRAKTIS :** Di banyak Peristiwa DAN kASUS PEM.USA dengan APARATUR2 KEKUASAANNYA melakukan KEKERASAN MELAWAN DEMO2 dan KEKERASAN RASIALISME, TERRORISME DAN EXTREMISME ...tanpa Peduli Opini dan Reaksi Amnesti International ,HAM dan Kritikan Media (juga Media International) .DAN TAK PEDULI BAHKAN OPINI DUNIA .... MEREKA melakukannya demi KESTABILAN DAN KEPENTINGAN DAN KESTABILAN SERTA EXISTENSI dan KEUTUHAN NEGARA DAN KETERTIBAN serat KEAMANAN BANGSA dan NEGARANYA.** INGGRIS vs IRLANDIA UTARA DAN FALKLAND ( MALVIN ) WAR, PERANG dikawasan TIMUR TENGAHMereka (Pem.Inggris dan Aparatur Kekuasaanya ) pun TIDAK PERLU dan TIDAK PEDULI dan TIDAK MENGHIRAUKAN OPINI DUNIA dan KRITIK PEDAS MEDIA INTERNATIONAL . MEREKA TIDAK PERLU REPOT MENDISKUSIKAN APAKAH SEKELOMPOK MASAYARAKAT SEPIHAK AKAN MENILAINYA sbg PELANGGARAN HAK DEMOKRASI DAN HAM , DLL...DAN MEREKA HANYA MELIHAT '' TUJUAN STRATEGIS GLOBAL DAN KEPENTINGAN GLOBAL NEGARANYA ''.......>> LALU mengapa kita Pemerintah dan Bangsa Indonesia yang repot dan selalu direpotkan dan membiarkan dirinya direpotkan dengan PENILAIAN dan KRITIKAN bahkan membiarkan diri Termakan ''POMPA-AN POLITIK PEMECAH BELAH dari LUAR dan dari OPINI serta KRITIKAN MEDIA LUAR ( CNN, BBC dan entah apalagi...?) dan tidak jarang malah justru berusaha membantu dan seolah membenarkan PIHAK2 LUAR sebagai pihak yang Paling Objektiv Benar dengan sangat sering MENAMPILKAN ''BERITA2 INTERNATIONAL DARI SUMBER INGTERNATIONAL yang tidak jarang berselimut di belakang kata dan isytilah2 ''DEMOKRASI dan HAM '' dll... (tanpa melihat dan menilai Segi2 Kepentingan yang terselimut dari pihak Asing tsb ..? ) dan atau lebih membesar-besarkan suatu Konflik dan atau Kerusuhan berdasarkan OPINI DAN KRITIKAN LUAR [ SUMBER OPINI ASING dan ataupun sementar Media lokal ] sebagai '' SESUATU HAL YANG PALING PRINSIPIEL BENAR '' ....dan atau dianggap secara LIGITIMI yang paling BENAR ....?... ketimbang Kita berusaha menunjukkan SIKAP TEGAS KITA sebagai Bangsa dan Negara berdaulat menunjukkan pada Dunia Luar , bahwa MASALAH dan atau KONFLIKT2 LOKAL SETEMPAT adalah dan Hanyalah MASALAH dan HAK DALAM NEGERI DAN URUSAN NEGARA DAN BANGSA KITA SEMATA ...DAN bukan sama sekali URUSAN LUAR ( seperti juga Sikap Politik yang selalu dilakukan dan ditampilkan Negara2 Barat terhadap OPINI DUNIA umumnya !>> LALU menagpa Kita sbgai Bngasa Indonesia yang berdaulat dan Merdeka HARUS selalu diumbang ambing OPINI dari Luar/Asing...? TIDAKKAH SEYIAP dari kita sebagai WARGA BANGAS ini jug aseharusnya dan pada tempatnya MEMPUNYAI SIKAP DAN PRINSIP dan WATAK POLITIK SENDIRI ...( Tanpa harus mengambil dan menyandarkan Opini dan Pendapat Kantor berita Lain..dan cendrung berusaha MENGANALISA SENDIRI DENGAN CERMAT DAN MEMBUMI segala PERISTIWA dan KEHIDUPAN POLTK DALAMNEGRI DAN BANGSANYA SENDIRI...?)atau SUDAH BEGITU TIDAK SANGGUPNYA KITA meneyelesaikan MASALAH DALAM NEGRI SENDIRI...?Motto: PAKAIAN KOTOR itu sebaiknya DICUCI dan DIBERSIHKAN DIRUMAH SENDIRIOn Wed, 28 Aug 2019 at 11:15, Sunny ambon ilmesengero@gmail.com [nasional-list] <nasional-list@yahoogroups.com> wrote:
'We reject whoever comes': Papuans in Surabaya turn down visit by East Java, Papua governors
News Desk
The Jakarta Post
Jakarta / Wed, August 28, 2019 / 12:38 pm
A banner that reads "We Reject Whoever Comes" on the gate of Papuan students' dormitory on Jl. Kalasan in Surabaya, East Java. (kompas.com/A. Faizal)
Papuan students living in a dormitory on Jl. Kalasan in Surabaya, East Java refused to welcome East Java Governor Khofifah Indar Parawansa and Papua Governor Lukas Enembe when the two visited their dorm on Tuesday evening.
A group of students in the dormitory went down to the front gate when they saw several vehicles — the governors' motorcade — pulling up outside the gate at 6 p.m. on Tuesday.
The Papuan students, however, stayed behind the fence and banged on the gate from the inside, telling Khofifah, Lukas and their entourages to leave the premises.
They also told the officials to read the words on a banner they had put up on the front of the gate that read "We Reject Whoever Comes".
A number of students even chanted "Papua Merdeka" (Free Papua) as they threw rocks at the motorcade, kompas.com reported.
Due to security risks, the governors decided to leave as local police attempted to diffuse the tension.
East Java Police chief Insp. Gen. Luki Hermwan and Maj Gen. Wisnoe Prasetja Boedi of the Indonesian Military (TNI) were among the officials traveling in the motorcade.
"We discussed our visit in advance. There seems to have been a miscommunication," Luki said as quoted by tribunnews.com.
The students put up the banner last week after a number of security personnel and local mass organizations hurled racist slurs at them as they accused them of refusing to celebrate Indonesia's 74th Independence Day.
The racist abuse, which involved the students being called "monkeys" and "pigs" before being arrested and questioned for allegedly desecrating a national flag, triggered widespread anti-racism protests in the country, primarily in cities and regencies across Papua and West Papua.
The Brawijaya Military Command in East Java subsequently suspended and launched an investigation into five military personnel who were suspected of involvement in the physical and verbal abuse of the Papuan students.
Last week, Khofifah apologized on behalf of the people of her province for the racist abuse. (rfa/afr)
Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (2) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar