---------- Forwarded message ---------
From: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Date: Sun, 25 Aug 2019 at 20:30
Subject: Re: #sastra-pembebasan# Fw: [GELORA45] EJEKAN RASIALIS 'MONYET' MENJADI ALAT PERLAWANAN MINKE-MINKE ABAD 21
To: Chalik Hamid <sastra-pembebasan@yahoogroups.com>
Cc: Jaringan Kerja Indonesia <jaringan-kerja-indonesia@googlegroups.com>, Gelora 45 <gelora45@yahoogroups..com>, Yahoo! Inc. <perhimpunanpersaudaraan@yahoogroups.com>, Yahoo! Inc. <wahana-news@yahoogroups.com>, Yahoo! Inc. <nasional-list@yahoogroups.com>, DISKUSI FORUM HLD <diskusiforum@googlegroups.com>Benar2 perlu dan Sangat Urgent agar dibumi Indonesia ini dilaksanakan dan diterapkan MENTAL REVOLUSI dalam Arti cenderung dalam BENAK dan HATI MANUSIA2 INDONESIA sebenar2nya > jadi Tidak hanya sekadar Symbolis semata (seperti kebiasaan bangsa ini )!! - seperti juga semboyan2 yang dibanggakan Kita tentang ''KEBHINEKAAN'' - BHINEKA TUNGGAL IKA dan entah JARGON 2 POLITIK apa lagi dalam segala Penampilannya .... )> MENTAL REVOLUSI Tidak sama sekali dan sudah Tidak cukup sama sekali untuk ditampilkan secara POLITIS atau cenedrung secara SIMBOLIS SEMATA ... contoh" > Hanya dengan Cara Berpakaian Adat atau Berpakain Daerah Di setiap Upacara2 Resmi dan atau Dalam Kampanye anggot2-an melalui berbagai di Media dan Rekaman Video ...yang menampilkan bagaimana setiap acara resmi maka para Official Kita atau Kita masing2 sbg Warga secara demonstrative memakai pakaian Daerah2 tertentu hanza untuk menunjukkan '' KEBHINEKAAN '' ( yang nota bene terasa SEMU bagaikan Air Tawar ) ... .......SEDANGKAN '' RASA KEBHINEKAAN YANG SEBENARNYA '' harus melembaga DI HATI DAN BENAK setiap WARGA NEGARA INDONESIA - artinya Benar2 dalam MENTAL BANGSA (jadi bukan soal Simbolis melulu).... dan oleh karenanya Kita bicara tentang REVOLUSI MENTAL dalam Pengertian yang sebenarnya ( bukan dalam Arti Simbolis....> cukup berpakian adat masing2 / tetapi MULUT Tidak dijaga dan dengan Mudah melontarkan Kata2 Ironis dan beracun seeta bahkan Rasialis terhadap sesama Warga Bangsa ( dalam hal ini terhadap Saudara kita dari Papua Barat ) .Manusia2 yang bersikap Rasialis dan memulai memancing Kekeruhan [diantaranya dengan Melemparkan Pisang dan atau dengan menyerukan Ejekan2 yang betul2 sangat Menyinggung ( bukan lagi soal ayat Al Qoran ) tetapi sudah soal yang LEBIH DALAM ...lebih dari hanya soal sbuah ayat Kitab Suci........] > HARUS BERTANGGUNG JAWAB dan dijerat HUKUM serta HARUS MEMINTA MAAF Kepada MASYARAKAT SUKU PAPUA BARAT SECARA UMUM dan TERBUKA DAN MENYATAKAN PENYESALANNYA atas PERBUATAN DAN SIKAPNYA yang TIDAK PADA TEMPATNYA ITU dan SANGAT GTIDAK TERPUJI ITU.MOTTO :** PARANOIA ( Paranoia attacks) dan KECURIGAAN yang TAK BERALASAN DAN TANPA DASAR serta RASA KOMPLEX yang dalam ( Inferiority Complex Syndrom yang dalam ) adalah justru HANTU DAN SETAN YANG SEBENARNYA yang bersarang didalam Jiwa, Tubuh dan benak Manusia2 itu sendiri , yang nota bene sering MERUPAKAN SUMBER PERTIKAIAN, DISKUSI about NONE SENSE sangat sering MEMANCING dan MENIMBULKAN BERBAGAI MASALAH yang seharusnya TIDAK TIMBUL dan TIDAK USAH TERJADI,On Sun, 25 Aug 2019 at 17:24, Sunny ambon ilmesengero@gmail.com [nasional-list] <nasional-list@yahoogroups.com> wrote:Astagafirullah, hasil revolusi mental membuat sebahagian manusia menjadi monyet!
https://suaramerdeka.id/9787/orang-papua-monyet-topeng-mony
Asyari Usman, Wartawan Senior
Orang Papua Balas Rasisme Monyet dengan Topeng Monyet. Oleh: Asyari Usman, Wartawan Senior.
Para petinggi negara bingung menghadapi Papua. Mau diambil tindakan keras, takut salah. Khawatir eskalasi situasi. Takut semakin runyam. Dengan pendekatan lemah-lembut, ketahuan pemerintah pusat lemah. Padahal memang lemah menghadapi Papua. Jakarta menjadi serba salah.
Hebat dan salut kepada orang Papua. Dalam waktu 48 jam saja setelah rasisme "monyet" diteriakkan kepada mereka di Surabaya, label "monyet" itu mereka kembalikan ke Jakarta. Bahkan makna kemonyetan yang dikembalikan itu lebih tajam. Sangat menohok.
Rasisme monyet yang dibalikkan ke Jakarta itu mengandung arti yang sangat rendah. Cukup hina. Orang Papua mengembalikan ucapan kasar itu bukan dengan kata-kata kasar. Mereka cukup menunjukkan isyarat menuntut penentuan nasib sendiri.
Baca Juga : Mengenang Kembali Wasiat dan Wakaf Nyawa Prabowo
Mereka kibarkan bendera Bintang Kejora di jalan-jalan Papua. Mereka buat rapat umum dengan teriakan "Papua Merdeka" atau "Kami Mau Referendum", dan yel-yel lain yang intinya meminta agar Papua lepas dari Indonesia. Tak ada yang berani mencegah.
Bintang Kejora dan semua yel-yel itu membuat para penguasa di Jakarta menjadi kecut. Mereka gamang. Para menteri Polhukam takut Timor Timur akan terulang.
Yang mengidap diabetes, kadar gulanya langsung turun-naik. Khawatir tuntutan "Papua Merdeka" semakin membolasalju.
Dalam situasi seperti ini, orang Papua jelas berada pada posisi di atas angin. Mereka yang memegang kendali. Secara politis, Papualah yang saat ini mendikte penguasa pusat.
Saya teringat pertunjukan Topeng Monyet yang banyak dijumpai di Jakarta. Terbayang saya orang Papua yang menjadi Tuan atau pengendali si Topeng Monyet itu. Sebaliknya, si monyet melakukan semua perintah tuannya. Orang di luar Jakarta tidak begitu tahu Topeng Monyet. Yaitu, atraksi di jalan-jalan kampung yang menyalahgunakan monyet terlatih untuk cari duit alias 'ngamen'.
Leher monyet diikat dengan tali panjang. Diarak keliling kampung. Di suruh naik sepeda mini bolak-balik sepanjang talinya. Untuk menghibur warga. Si monyet tidak punya pilihan lain. Harus mengikuti perintah tuannya.
Baca Juga : Korban Nyawa dalam Melawan Kezaliman, Sebuah Opini Asyari Usman
Begitulah gambaran hubungan Jakarta-Papua saat ini. Orang Papua tak perlu membalas teriakan "monyet" dengan kata "monyet" juga. Cukup mereka balas dengan makna atraksi Topeng Monyet.*
Posted by: Marco 45665 <comoprima45@gmail.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (2) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar