Rini: Penawaran saham Freeport terlalu tinggi
"Kami tertarik untuk membeli saham Freeport, namun kami menilai yang ditawarkan terlalu tinggi," katanya di sela-sela Paparan Kinerja BUMN 2015 dan Target 2016 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.
PT FI secara resmi pada pekan lalu mengumumkan harga yang ditawarkan atas 10,6 persen saham perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut senilai 1,7 miliar dolar AS atau sekira Rp20 triliun.
Menurut Rini, pihaknya sedang meminta dua BUMN sekuritas, yaitu PT Danareksa (Persero) dan PT Mandiri Sekuritas (Persero) untuk melakukan evaluasi terhadap penawaran yang disampaikan PT FI.
"Kami juga mengevaluasi sendiri dengan meminta masukan, berapa sebetulnya nilai dari Freeport tersebut," ujarnya.
Evaluasi tersebut untuk mengetahui dasar penilaian dari Freeport tersebut, apakah menggunakan nilai kekinian (present value), nilai aset pembukuan (book value asset), atau dihitung berdasarkan harga cadangan tembaga (cooper) dan emasnya
"Kami belum tahu. Kalau menghitung cadangan copper, tentu harganya saat ini sedang turun jauh atau sangat rendah. Jadi, harga yang ditawarkan terlalu mahal," ujarnya.
Menurut Rini, BUMN sesungguhnya tertarik untuk membeli karena sebagai entitas perusahaan milik negara BUMN harus menekankan bagaimana memiliki tambang-tambang besar.
"Karena tambang itu milik bangsa Indonesia, maka kami sebagai BUMN bisa berpartisipasi di tambang besar seperti itu. Jadi, itu dasar pemikirannya," ujar Rini.
Meski begitu, ia pun menekankan, ke masa depan masih ada dasar pembicaraan antara Pemerintah RI dengan BUMN bagaimana kelanjutan dari rencana pembelian saham PT FI.
Rini sebekumnya sudah mengisyaratkan bahwa BUMN siap masuk PT FI dengan sinergi kekuatan yang dimiliki empat BUMN Pertambangan, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero.
"Kalau memang ada divestasi Freeport Indonesia, dan kami diberikan kesempatan untuk membeli saham yang akan didivestasikan, kami siap," katanya.
Dalam sinergi empat BUMN Pertambangan tersebut, Rini menekankan pula pentingnya konsolidasi dan sinergi untuk menjadi kelompok usaha pertambangan yang besar tidak hanya di Indonesia, tapi juga di tingkat global.
Menurut Rini, persoalannya untuk masuk ke Freeport merupakan perjanjian antara Pemerintah dengan perusahaan asal AS itu.
"Kami dari BUMN melihat potensi tambang Freeport sangat besar, namun tidak terlepas dari nilai perusahaan itu," demikian Rini Soemarno.
PT FI adalah afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. di AS yang menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap biji tembaga, emas dan perak.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menilai penawaran 10,6 persen saham divestasi PT Freeport Indonesia (FI) terlalu tinggi, dan tidak menggambarkan kondisi harga riil komoditas yang dihasilkan perusahaan.
"Kami tertarik untuk membeli saham Freeport, namun kami menilai yang ditawarkan terlalu tinggi," katanya di sela-sela Paparan Kinerja BUMN 2015 dan Target 2016 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.
PT FI secara resmi pada pekan lalu mengumumkan harga yang ditawarkan atas 10,6 persen saham perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut senilai 1,7 miliar dolar AS atau sekira Rp20 triliun.
Menurut Rini, pihaknya sedang meminta dua BUMN sekuritas, yaitu PT Danareksa (Persero) dan PT Mandiri Sekuritas (Persero) untuk melakukan evaluasi terhadap penawaran yang disampaikan PT FI.
"Kami juga mengevaluasi sendiri dengan meminta masukan, berapa sebetulnya nilai dari Freeport tersebut," ujarnya.
Evaluasi tersebut untuk mengetahui dasar penilaian dari Freeport tersebut, apakah menggunakan nilai kekinian (present value), nilai aset pembukuan (book value asset), atau dihitung berdasarkan harga cadangan tembaga (cooper) dan emasnya
"Kami belum tahu. Kalau menghitung cadangan copper, tentu harganya saat ini sedang turun jauh atau sangat rendah. Jadi, harga yang ditawarkan terlalu mahal," ujarnya.
Menurut Rini, BUMN sesungguhnya tertarik untuk membeli karena sebagai entitas perusahaan milik negara BUMN harus menekankan bagaimana memiliki tambang-tambang besar.
"Karena tambang itu milik bangsa Indonesia, maka kami sebagai BUMN bisa berpartisipasi di tambang besar seperti itu. Jadi, itu dasar pemikirannya," ujar Rini.
Meski begitu, ia pun menekankan, ke masa depan masih ada dasar pembicaraan antara Pemerintah RI dengan BUMN bagaimana kelanjutan dari rencana pembelian saham PT FI.
Rini sebekumnya sudah mengisyaratkan bahwa BUMN siap masuk PT FI dengan sinergi kekuatan yang dimiliki empat BUMN Pertambangan, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero.
"Kalau memang ada divestasi Freeport Indonesia, dan kami diberikan kesempatan untuk membeli saham yang akan didivestasikan, kami siap," katanya.
Dalam sinergi empat BUMN Pertambangan tersebut, Rini menekankan pula pentingnya konsolidasi dan sinergi untuk menjadi kelompok usaha pertambangan yang besar tidak hanya di Indonesia, tapi juga di tingkat global.
Menurut Rini, persoalannya untuk masuk ke Freeport merupakan perjanjian antara Pemerintah dengan perusahaan asal AS itu.
"Kami dari BUMN melihat potensi tambang Freeport sangat besar, namun tidak terlepas dari nilai perusahaan itu," demikian Rini Soemarno.
PT FI adalah afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. di AS yang menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap biji tembaga, emas dan perak.
Perusahaan yang beroperasi di daerah dataran tinggi di kabupaten Mimika, Provinsi Papua itu mulai beroperasi pada 7 April 1967.
__._,_.___
Posted by: putra wardana <pwardana2000@yahoo.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar