Senin, 17 Juni 2013

[Media_Nusantara] Rendahnya tax ratio penerimaan pajak menjadi indikator lemahnya kinerja pemerintah

 

Rendahnya tax ratio penerimaan pajak menjadi indikator lemahnya kinerja pemerintah dalam menyejahterakan rakyatnya

Sebenarnya demo di depan gedung DPR RI itu salah sasaran .. kenapa tidak demo ke Lapangan Banteng saja .. disana pusat permainannya ... Yang disorot selama ini hanya sisi belanja saja .. tidak ada yang benar-benar menyorot sisi penerimaan, Selalu ribut masalah subsidi dikurangi maupun dialihkan.. tapi tak pernah ribut tentang potensi penerimaan yang tak juga disentuh ... Negara kehilangan potensi penerimaan lebih dari 500Triliun per tahunnya akibat kemalasan pemerintah dan aparaturnya ... KRITISI!!!

Saya sertakan link berita yang membuktikan bahwa selama ini negara kehilangan potensi penerimaan http://t.co/fOROdbPil9

Apabila kita paksa Kemenkeu untuk menjelaskan kenapa bisa terjadi, jawabannya selalu sama ... "kurangnya SDM", Sudah tau SDMnya kurang banyak tapi beratahun-tahun tak juga mampu menyelesaikan akar permasalahannya ...

Reformasi Birokrasi di Kemenkeu sudah dijalankan sejak 2006 dan hasilnya kini malah terjadi demoralisasi dan demotivasi .. Akibatnya target penerimaan baik pajak maupun bukan pajak selalu jauh dari target yang telah ditetapkan .. Padahal target itu sendiri ditetapkan pada angka yang sangat rendah dibanding dengan potensi penerimaannya ... Bahkan khusus pajak, tax ratio kita hanya dikisaran angka 12% ... walaupun pajak sendiri merilis angka 15% jika memakai formula OECD. Bandingkan dengan negara-negara lainnya yang jauh diatas negara kita .. artinya potensi pajak yang hilang masih sangat besar ... Jangan anggap remeh hal ini karena hilangnya potensi penerimaan berarti merugikan negara dan menyengsarakan rakyat ...

Potensi penerimaan adalah hak negara dan hak warga negara...jika sampai hilang begitu saja tentu harus dianggap permasalahan yang serius. Apalagi hilangnya diakibatkan kemalasan dan ketidakmampuan pemerintah dan aparaturnya dalam mengelola negara ... Alih-alih mau fokus dan bekerja keras mengamankan penerimaan negara, malah kini pemerintah hendak mengalihkan bebannya kepada warga negara!

Ya! Pemerintah tidak mau capek-capek bekerja mengamankan dan menghimpun penerimaan negara .. Sama seperti seorang ayah yang tidak mau bekerja mencari uang dan memaksa anak istri untuk mengurangi belanja harian!! Sudah tau harga-harga sembako naik tapi tak mau lebih giat bekerja dan malah memaksa anak istri untuk mengurangi belanja harian! hematkah??

Dengan alasan penghematan!! .. menurut saya itu bukan penghematan tapi membudayakan kemalasan ...

Pemerintah begitu ngotot menaikkan harga BBM sedangkan disisi lain yakni di Kemenku sedang terjadi demotivasi terutama di Ditjen Pajak! Tak tanggung-tanggung, Dirjen Pajak sendiri mengakui sedang terjadi demoralisasi dan demotivasi di lingkungan Ditjen Pajak!! Akibatnya penerimaan negara hingga sekarang masih jauh dari target bahkan bisa dianggap jeblok ...

Dirjen Pajak Fuad R : "Benar-benar terjadi demotivasi. Saya sudah diberitahu, banyak yang males-malesan, seperti tidak semangat lagi"

Dirjen Pajak Fuad R : "Bayangkan kalau AR saya sebanyak 6.000 orang sudah males-malesan buat mengingatkan wajib pajak untuk bayar pajak"

Dirjen Pajak Fuad R : "Penerimaan pajak kita, short-nya bisa Rp300 triliun. Pajak itu diterima antara lain karena budi baik para pengusaha"

Fakta-fakta tersebut tentu saja sangat tidak sesuai dengan semangat pemerintah yang begitu ngotot ingin menaikkan harga BBM!! Disisi lain ada pemerintahan SBY yang ngotot harga BBM harus naik dan disisi lainnya ada ribuan aparatur negara yang sedang malas-malasan!!

Saya menolak harga BBM naik bukan dengan alasan politis maupun lainnya tetapi hanya karena potensi penerimaan negara yang dibiarkan hilang!!

Apakah demoralisasi dan demotivasi di Kemenkeu (Ditjen Pajak) pantas dianggap biasa saja?? TIDAK! ini berbahaya bagi negara...", Saya akhirnya percaya bahwa harga BBM naik bukan karena kita yang boros tetapi karena Pemerintahlah yang malas bekerja mencari nafkah!!!

Saran saya untuk para aktivis dan ekonom.. jangan hanya cermati sisi belanja negara saja tetapi konsentrasilah pada sisi penerimaan negara!



"Bangsa Kasihan"

by Khalil Gibran

Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya, memakan roti dari gandum yang tidak dituainya dan meminum anggur yang tidak diperasnya

Kasihan bangsa yang menjadikan orang bodoh menjadi pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah.

Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun.

Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak sesumbar kecuali di runtuhan, dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan.

Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, falsafahnya karung nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.

Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan trompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian, hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan trompet lagi.

Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu dan orang kuatnya masih dalam gendongan.

Kasihan bangsa yang berpecah-belah, dan masing-masing mengangap dirinya sebagai satu bangsa.


__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar