Pilpres 2024 dan Ancaman Terhambatnya Kemajuan Bangsa
Oleh: Roedy S Widodo
Hari ini seorang sahabatku bertanya, siapa yang pantas menggantikan Pak Jokowi sebagai Presiden RI dilihat dari sisi kwalitasnya.
Saya jawab:" Jujur, nggak ada, tapi ini adalah sebuah konsekwensi dari demokrasi dan aturan yang menetapkan bahwa Presiden hanya bisa dipilih untuk dua kali masa jabatan ".
Dengan segala kekurangannya, menurut saya Pak Jokowi adalah anugerah Tuhan bagi bangsa ini.
Dengan segala tantangan yang ada, Pak Jokowi fokus membangun bangsa ini dengan serius dan banyak langkahnya adalah antitesa dari Presiden sebelumnya.
Pak Jokowi telah menanamkan dasar dasar kemajuan bangsa. Pembubaran Petral, Penerapan UU penanaman modal asing yang konsisten sehingga akhirnya Indonesia bisa menguasai mayoritas saham Freeport , mengambil alih Blok Mahakam dan Roksn hulu, mamaksimalkan potensi lokal seperti Nikel sehingga Indonesia akan menjadi pusat pabrikan battery untuk mobil listrik, pembangunan infrastruktur sampai ke Papua dan daerah pinggiran lainnya.
Tidak dapat dibayangkan bagaimana 10 tahun jabatan kepresidenan Pak Jokowi ternyata bisa menghasilkan melampaui semua karya Presiden sebelumnya.
Tentunya 10 tahun masa pemerintahan Pak Jokowi belumlah cukup untuk memperbaiki semua kerusakan yang terjadi karena pemerintahan sebelumnya. Penegakan hukum dan mental birokrasi dalam kaitannya dengan korupsi masih menjadi kekurangan nyata yang dilihat secara jelas oleh jelata seperti saya
Intoleransi yang bersemai riuh pada masa Presiden SBY juga menjadi ancaman nyata saat ini.
Belum lagi para elit yang ketakutan perbuatan busuknya terbongkar sehingga dengan secara sengaja mensponsori demo dan gerakan yang bertujuan untuk mengganggu jalannya pemerintahan Presiden Jokowi.
Kita semua tahu di era Presiden SBY, masih banyak kasus yang belum terungkap seperti Bank Century, Hambalang , Petral dan lain lain.
Kasus-kasus tersebut ditengarai melibatkan elit dan keluarga Presiden SBY, sehingga SBY dan Demokrat beserta kroninya selalu berusaha menutup kasus-kasus tersebut.
Jadi kita semua tahu ada klan mantan penguasa yang berusaha mengganggu pemerintah agar kasus-kasusnya tidak pernah terungkap.
3C begitu sebutan masyarakat untuk menggambarkan klan mantan penguasa yang khawatir dan terganggu dengan sepak terjang Presiden Jokowi.
Ditambah lagi dengan banyak elit politik lain dan pengusaha hitam yang kehilangan lumbung rejekinya karena kebijakan Presiden Jokowi.
Oleh karena itulah maka Pilpres 2024 akan tidak mudah bagi tokoh nasionalis yang ingin melanjutkan perjuangan Presiden Joko Widodo.
Bisa saja para Barisan Sakit Hati dan Barisan yang prihatin karena terancam kasusnya dibuka bersatu dan dengan kekuatan logistiknya akan berusaha mempengaruhi rakyat. Strategi awalnya dengan berusaha membenturkan kaum nasionalis karena kelompok tersebut hanya bisa menang tatkala kaum nasionalis tidak solid bersatu.
Sebagai rakyat yang mencintai negara ini, tentunya kita tidak ingin kemajuan luar biasa yang sudah dikerjakan oleh Presiden Joko Widodo, akhirnya hanya menjadi puing-puing monumen kemajuan, karena penerus Pak Jokowi tidak mempunyai semangat dan kemampuan untuk terus memajukan bangsa.
Belum lagi faktor negara Asing yang juga tidak ingin Indonesia menjadi negara yang maju dan menjadi pesaing berat mereka.
Menurut saya, kubu sebelah yang tidak ingin kemajuan yang sudah dicapai oleh Pak Jokowi diteruskan secara baik, sangatlah kompak. . Satu contoh adalah Anies Baswedan, sang Gubernur rasa Pleciden. Abas adalah salah satu tokoh yang bisa dikendarai oleh kubu tersebut.
Walaupun nirprestasi sebagai Gubernur DKI, tetapi ketika ada masalah, terlihat ada kekuatan yang membela.
Kita lihat kasus Pak Pemut Aryo Wibowo, kepala BPK DKI yang menyoroti laporan keuangan Pemda DKI tahun 2019 serta kasus Formula E. Apa yang terjadi dengan beliau?
Dipindah Coy.
Pak Pemut dipindahkan sebagai Kepala BPK di Aceh. Alasan pimpinan BPK adalah pemindah-tugasan biasa karena baik DKI maupun Aceh sama sama kantor klas A.
Teman- teman percaya?
Pasti tidak!!
Satu lagi ketika Anies Baswedan akhirnya dipanggil ke KPK sebagai saksi. Apakah ada media yang memberitakan ? Kalaupun ada maka pemberitaannya malah positif bagi Anies.
Ada info bahwa ada wartawan Metro TV yang nge pos di KPK diliburkan karena dia membuat liputan tentang Anies yang tidak berkenan bagi petinggi Metro TV.
Dari dua kasus ini saja kita bisa melihat siapa gerangan yang mendukung Anies.
Kita semua tahu Agung Firman Sampurno, sang kepala BPK adalah anak dari Kahar Muzakir, Politisi Golkar yg sudah menjadi anggota DPR RI selama 4 periode. Didalam struktur Kepemimpinan BPK ada Pius Lustrilanang yang merupakan politisi Gerindra , Harry Azhar Aziz , politisi Golkar serta Achsanul Kosasih, pemilik klub sepakbola Madura United yang juga Politisi Demokrat.
Makanya kita semua tidak heran kalau saat pengusutan kasus Jiwasraya, BPK membatasi tahun pembukuan yang diperiksa karena pada tahun sebelumnya tercatat ada yang masih punya kewajiban trilliunan ke Jiwasraya dan sampai sekarang belum dibereskan.
Kalau soal Metro TV, pastinya kita semua tahu siapa petingginya.
Kesolidan kaum nasionalis akan menjadi kunci keberlangsungan kemajuan negara ini.
Ini negara kita, kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?
Begitulah kura-kura.
Oleh: Roedy S Widodo
Saya jawab:" Jujur, nggak ada, tapi ini adalah sebuah konsekwensi dari demokrasi dan aturan yang menetapkan bahwa Presiden hanya bisa dipilih untuk dua kali masa jabatan ".
Dengan segala kekurangannya, menurut saya Pak Jokowi adalah anugerah Tuhan bagi bangsa ini.
Dengan segala tantangan yang ada, Pak Jokowi fokus membangun bangsa ini dengan serius dan banyak langkahnya adalah antitesa dari Presiden sebelumnya.
Pak Jokowi telah menanamkan dasar dasar kemajuan bangsa. Pembubaran Petral, Penerapan UU penanaman modal asing yang konsisten sehingga akhirnya Indonesia bisa menguasai mayoritas saham Freeport , mengambil alih Blok Mahakam dan Roksn hulu, mamaksimalkan potensi lokal seperti Nikel sehingga Indonesia akan menjadi pusat pabrikan battery untuk mobil listrik, pembangunan infrastruktur sampai ke Papua dan daerah pinggiran lainnya.
Tidak dapat dibayangkan bagaimana 10 tahun jabatan kepresidenan Pak Jokowi ternyata bisa menghasilkan melampaui semua karya Presiden sebelumnya.
Tentunya 10 tahun masa pemerintahan Pak Jokowi belumlah cukup untuk memperbaiki semua kerusakan yang terjadi karena pemerintahan sebelumnya. Penegakan hukum dan mental birokrasi dalam kaitannya dengan korupsi masih menjadi kekurangan nyata yang dilihat secara jelas oleh jelata seperti saya
Intoleransi yang bersemai riuh pada masa Presiden SBY juga menjadi ancaman nyata saat ini.
Belum lagi para elit yang ketakutan perbuatan busuknya terbongkar sehingga dengan secara sengaja mensponsori demo dan gerakan yang bertujuan untuk mengganggu jalannya pemerintahan Presiden Jokowi.
Kita semua tahu di era Presiden SBY, masih banyak kasus yang belum terungkap seperti Bank Century, Hambalang , Petral dan lain lain.
Kasus-kasus tersebut ditengarai melibatkan elit dan keluarga Presiden SBY, sehingga SBY dan Demokrat beserta kroninya selalu berusaha menutup kasus-kasus tersebut.
Jadi kita semua tahu ada klan mantan penguasa yang berusaha mengganggu pemerintah agar kasus-kasusnya tidak pernah terungkap.
3C begitu sebutan masyarakat untuk menggambarkan klan mantan penguasa yang khawatir dan terganggu dengan sepak terjang Presiden Jokowi.
Ditambah lagi dengan banyak elit politik lain dan pengusaha hitam yang kehilangan lumbung rejekinya karena kebijakan Presiden Jokowi.
Oleh karena itulah maka Pilpres 2024 akan tidak mudah bagi tokoh nasionalis yang ingin melanjutkan perjuangan Presiden Joko Widodo.
Bisa saja para Barisan Sakit Hati dan Barisan yang prihatin karena terancam kasusnya dibuka bersatu dan dengan kekuatan logistiknya akan berusaha mempengaruhi rakyat. Strategi awalnya dengan berusaha membenturkan kaum nasionalis karena kelompok tersebut hanya bisa menang tatkala kaum nasionalis tidak solid bersatu.
Sebagai rakyat yang mencintai negara ini, tentunya kita tidak ingin kemajuan luar biasa yang sudah dikerjakan oleh Presiden Joko Widodo, akhirnya hanya menjadi puing-puing monumen kemajuan, karena penerus Pak Jokowi tidak mempunyai semangat dan kemampuan untuk terus memajukan bangsa.
Belum lagi faktor negara Asing yang juga tidak ingin Indonesia menjadi negara yang maju dan menjadi pesaing berat mereka.
Menurut saya, kubu sebelah yang tidak ingin kemajuan yang sudah dicapai oleh Pak Jokowi diteruskan secara baik, sangatlah kompak. . Satu contoh adalah Anies Baswedan, sang Gubernur rasa Pleciden. Abas adalah salah satu tokoh yang bisa dikendarai oleh kubu tersebut.
Walaupun nirprestasi sebagai Gubernur DKI, tetapi ketika ada masalah, terlihat ada kekuatan yang membela.
Kita lihat kasus Pak Pemut Aryo Wibowo, kepala BPK DKI yang menyoroti laporan keuangan Pemda DKI tahun 2019 serta kasus Formula E. Apa yang terjadi dengan beliau?
Dipindah Coy.
Pak Pemut dipindahkan sebagai Kepala BPK di Aceh. Alasan pimpinan BPK adalah pemindah-tugasan biasa karena baik DKI maupun Aceh sama sama kantor klas A.
Teman- teman percaya?
Pasti tidak!!
Satu lagi ketika Anies Baswedan akhirnya dipanggil ke KPK sebagai saksi. Apakah ada media yang memberitakan ? Kalaupun ada maka pemberitaannya malah positif bagi Anies.
Ada info bahwa ada wartawan Metro TV yang nge pos di KPK diliburkan karena dia membuat liputan tentang Anies yang tidak berkenan bagi petinggi Metro TV.
Dari dua kasus ini saja kita bisa melihat siapa gerangan yang mendukung Anies.
Kita semua tahu Agung Firman Sampurno, sang kepala BPK adalah anak dari Kahar Muzakir, Politisi Golkar yg sudah menjadi anggota DPR RI selama 4 periode. Didalam struktur Kepemimpinan BPK ada Pius Lustrilanang yang merupakan politisi Gerindra , Harry Azhar Aziz , politisi Golkar serta Achsanul Kosasih, pemilik klub sepakbola Madura United yang juga Politisi Demokrat.
Makanya kita semua tidak heran kalau saat pengusutan kasus Jiwasraya, BPK membatasi tahun pembukuan yang diperiksa karena pada tahun sebelumnya tercatat ada yang masih punya kewajiban trilliunan ke Jiwasraya dan sampai sekarang belum dibereskan.
Kalau soal Metro TV, pastinya kita semua tahu siapa petingginya.
Kesolidan kaum nasionalis akan menjadi kunci keberlangsungan kemajuan negara ini.
Ini negara kita, kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?
Begitulah kura-kura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar