Opini Ahli ekonomi bias
By Erizeli Jely Bandaro
"Rp akhirnya jebol juga Rp16.000/$. Tim ekonomi @jokowi memang payah. Sudah diingetkan potensi krisis sejak 1,5 tahun yll & alternatif2 solusi, keminter & jumawa padahal tidak punya tranck record 'turn around' makro ataupun korporasi. Yg ada pembisik2 angin sorga," tulis Rizal melalui akun Twitternya @RamliRizal, Kamis (19/3/2020). Rizal melanjutkan walaupun BI sudah intervensi, rupiah tetap jebol Rp16.000. Dia mengatakan intervensi akan sangat mahal dan nyaris sia-sia bagaikan buang garam kelaut, kecuali ada dukungan kebijakan fiskal dan terobosan sektor riil. Dia menambahkan, rupiah jebol Rp16.000 per dolar AS akan spiral. Karena komponen impor besar untuk kebutuhan dalam negeri, harga-harga kebutuhan rakyat akan naik ditambah panic buying.
Saya akan focus menjawab kepada solusi yang ditawarkan oleh RR, apa itu? kebijakan fiskal dan terobosan sektor riil.
Pertama, perang dagang dimulai bulan maret 2018. Praktis semua komoditas utama indonesia jatuh di pasar international.. Bukan hanya Indonesia yang terkena dampak tapi seluruh dunia. Sejak saat itu dilakukan terobosan dengan mengurangi impor BBM dengan produksi biodisel dari sawit, sehingga bisnis sawit yang harganya jatuh bisa diselamatkan dan impor BBM turun. Melarang ekspor bahan mentah tambang dalam bentuk apapun, kecuali dalam bentuk barang jadi. Bisnis downstream tambang jadi bangkit di Sulawesi dan Kalimantan. Langkah ini merupakan terobosan yang luar biasa. Sangking luar biasanya mendapat kecaman dari Eropa dan Jepang. Gugatan ke WTO terhadap indonesia dilakukan mereka. Saya engga dengar anda bela RI.
Kedua, sejak awal Jokowi berkuasa, memperbaiki sistem distribusi barang dan jasa, termasuk logistik. Itu dengan cara membangun infrastruktur dan memperbaiki regulasi. Apa yang terjadi? Walau rupiah jatuh, namun inflasi tetap terjaga. Tidak ada panic buying secara meluas. Saat sekarang rupiah tembus 16.000. Apakah karena itu jokowi engga becus? Semua mata uang utama dunia juga jatuh. Apakah mereka juga engga becus? kan engga. Itu dampak dari pemangkasan suku bunga the Fed yang irasional, dan tidak berdampak jangka panjang. Hanya situasional saja.
Ketiga, anda selalu bilang harus ada kebijakan fiskal dan terobosan sektor riil. Tetapi mengapa anda tidak percaya dengan adanya RUU Omnibus law. Padahal itu adalah langkah seperti yang ada mau yaitu terobosan. Dalam komentar lain, anda bilang pesimis dengan omnibus law akan meningkatkan ekonomi. Alasannya masih ada korupsi di birokrasi. Lah Omnibus law itu justru bertujuan memangkas birokrasi dan mencegah korupsi dalam sistem birokrasi. Anda dkk, bilang Jokowi lemah. Lah mengapa anda dkk, menolak Omnibus law yang justru akan membuat Jokowi kuat?
Dengan tiga hal tersebut diatas, saya menduga anda sebetulnya sedang berpolitik, bukan beropini sebagai pakar ekonomi. Anda paham apa yang sudah dilakukan Jokowi di tengah keterbatasan, di tengah badai krisis perang dagang, di tengah wabah covid19, itu sangat luar biasa, namun anda tidak punya alasan rasional untuk menyalahkan kecuali menggiring opini ke politik. Bertambah bias lagi sikap anda adalah ketika anda memuji Gubernur DKI, tindakan Anies lebih baik dari pemerintah pusat. Padahal tindakan Anies dalam hal corona, justru menghancurkan sektor real di Jakarta. Semua geliat ekonomi di Jakarta langsung melemah tanpa ada solusi apapun dari Abas. Dia bilang ekonomi engga penting, yang penting kemanusiaan. Itu yang anda puji, kan bias uda...
Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone
__._,_.___
Posted by: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar