Misteri BBM (Bahan Bakar Minyak/Benar-Benar Mabok)
Subsidi untuk premium (bensin dengan oktan 88) kata pemerintah Rp. 5.500/liter. Saat ini premium dijual dengan harga Rp. 6.500/liter, artinya harga premium tanpa subsidi adalah Rp. 12.000/liter.
Sedangkan harga bensin tanpa subsidi yang dijual oleh swasta di Indonesia (harga ekonomis & sudah dapat untung), yakni pertamax (bensin dengan oktan 92) Rp. 9.500/liter, dan pertamax-plus (bensin dengan oktan 94) Rp. 10.500/liter.
Logikanya, premium karena oktannya lebih rendah (kualitas lebih rendah) tentunya harganya (jika tanpa subsidi) adalah dibawah petramax & petramax-plus. Tapi di Indonesia, kok harganya (jika tanpa subsidi) malah lebih mahal daripada bensin dengan oktan yang lebih tinggi (kualitas yang lebih bagus)?
Pertanyaannya:
1. Berarti siapakah yang menikmati subsidi Rp. 5.500/liter, dimana dengan konsumsi bensin yang sekian juta kilo liter per-tahun, jika dikalkulasi dengan uang negara/ APBN adalah menghabiskan uang rakyat/APBN sekitar Rp. 200 - 300 trilyun?
Artinya, yang menikmati uang subsidi itu, apakah konsumen (masyarakat) ataukah mereka yang memperkaya diri dengan cara me-mahal-kan (mark-up) harga premium yg seharusnya cuma Rp.6.000 - 7.000 tapi dimahalkan jadi Rp. 12.000/liter?
2. Apa ada hubungannya dengan mundurnya secara tiba2 ibu Kharen sebagai direktur utama pertamina, begitu Jokowi memenangkan pemilihan presiden 2014? Apalagi setelah mundur, ibu Kharen langsung pergi dan tinggal secara tetap (permanen) di Amerika Serikat.
3. Kenapa, Begitu ibu Kharen yang disebut2 merupakan bagian penting dari tim sukses calon Presiden Prabowo ini tiba2 mundur & langsung pergi dan menetap di AS, maka mulai terjadilah kelangkaan BBM & masyarakat mulai gelisah dengan isu kenaikan BBM karena besarnya subsidi BBM per tahun yang ternyata akan mencapai Rp. 300 trilyun bahkan bisa lebih
Sedangkan harga bensin tanpa subsidi yang dijual oleh swasta di Indonesia (harga ekonomis & sudah dapat untung), yakni pertamax (bensin dengan oktan 92) Rp. 9.500/liter, dan pertamax-plus (bensin dengan oktan 94) Rp. 10.500/liter.
Logikanya, premium karena oktannya lebih rendah (kualitas lebih rendah) tentunya harganya (jika tanpa subsidi) adalah dibawah petramax & petramax-plus. Tapi di Indonesia, kok harganya (jika tanpa subsidi) malah lebih mahal daripada bensin dengan oktan yang lebih tinggi (kualitas yang lebih bagus)?
Pertanyaannya:
1. Berarti siapakah yang menikmati subsidi Rp. 5.500/liter, dimana dengan konsumsi bensin yang sekian juta kilo liter per-tahun, jika dikalkulasi dengan uang negara/ APBN adalah menghabiskan uang rakyat/APBN sekitar Rp. 200 - 300 trilyun?
Artinya, yang menikmati uang subsidi itu, apakah konsumen (masyarakat) ataukah mereka yang memperkaya diri dengan cara me-mahal-kan (mark-up) harga premium yg seharusnya cuma Rp.6.000 - 7.000 tapi dimahalkan jadi Rp. 12.000/liter?
2. Apa ada hubungannya dengan mundurnya secara tiba2 ibu Kharen sebagai direktur utama pertamina, begitu Jokowi memenangkan pemilihan presiden 2014? Apalagi setelah mundur, ibu Kharen langsung pergi dan tinggal secara tetap (permanen) di Amerika Serikat.
3. Kenapa, Begitu ibu Kharen yang disebut2 merupakan bagian penting dari tim sukses calon Presiden Prabowo ini tiba2 mundur & langsung pergi dan menetap di AS, maka mulai terjadilah kelangkaan BBM & masyarakat mulai gelisah dengan isu kenaikan BBM karena besarnya subsidi BBM per tahun yang ternyata akan mencapai Rp. 300 trilyun bahkan bisa lebih
Salam,
Koalisi Awam
Rakyat Yang Sama Sekali Tak Tahu Misteri Sekitar BBM & Mafia Migas (Minyak & Gas)
Koalisi Awam
Rakyat Yang Sama Sekali Tak Tahu Misteri Sekitar BBM & Mafia Migas (Minyak & Gas)
__._,_.___
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar