Khofifah Sudah Lebih Dari 20 Tahun Pimpin Muslimat NU dan Ingin Lagi, Ini Kata Gus Hasan
Tapi juga menjadi evaluasi kerja-kerja organisasi hingga penertiban periodisasi ketua badan otonom (Banom). Terlebih hal itu sudah terjadi dan tidak bisa dibiarkan lepas begitu saja, karena bisa menjadi hal yang sangat tidak baik bagi organisasi sebesar NU.
Hal ini diutarakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Falah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, KH Maulana Ahmad Hasan atau yang biasa disapa Gus Hasan
Kiai yang juga wakil katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyumas itu mencontohkan Muslimat NU, yang sudah lebih dari 20 tahun atau empat periode (2000-2021) diketuai Khofifah Indar Parawansa.
Bahkan, gubernur Jawa Timur itu naga-naganya ingin terpilih lagi untuk periode kelima pada Kongres ke-18 yang dijadwalkan November 2021.
"Sebenarnya di dalam AD/ART NU itu tertulis bahwa tentang masa jabatan ketua Banom itu maksimal dua kali periode, kecuali Banom yang berbasis usia itu malah bisa hanya satu periode, seperti IPNU, IPPNU itu," katanya, Rabu (27/10/2021).
"Jadi Muslimat ini pun perlu ditata yang baik. Marwah PBNU harus bisa mengendalikan dalam artian menertibkan organisasi, baik kinerja-kinerja maupun ketertiban terhadap disiplin mematuhi amanah AD/ART NU," tegasnya.
Mantan Ketua PCNU Banyumas itu meminta kader lain juga diberi kesempatan untuk mengabdi dan berhikmah, sekaligus agar ada regenerasi di tubuh Banom.
"Yakinlah bahwa di Muslimat, di Ansor, di Banom-Banom itu, banyak kader yang siap melanjutkan tonggak estafet untuk mengabdi dan berhikmah kepada bangsa dan umat," kata Gus Hasan.
"Jadi nanti tidak stagnan. Banyangkan saja, kalau organisasi sudah dikendalikan sampai empat periode itu sudah kayak bukan milik orang banyak, tapi seperti milik sendiri," tandasnya.
Dan asumsi yang muncul, tentu akan banyak varian dalamnya, termasuk asumsi bahwa organisasi tersebut dipakai untuk untuk kepentingan tertentu.
"Kalau saya harus ngomong untuk kepentingan ini itu kan enggak etis. Apapun, jejak digital kan tetap tidak akan bisa dihilangkan begitu saja," ucap pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jawa Tengah itu.
Lagi pula semangat Indonesia adalah semangat reformasi yang membatasi jabatan selama dua periode. Bukan untuk menang dan kalah, tapi untuk kemaslahatan kinerja dan regenerasi.
"Karena pada setiap masanya, generasi itu butuh pimpinan, dan memberikan kesempatan generasinya untuk memimpin pada setiap masanya," ujar jajaran ketua Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) PBNU tersebut.
Tak hanya dari Jawa Tengah, sebelumnya desakan agar terjadi regenerasi di pucuk pimpinan Muslimat NU juga terlontar dari Jawa Timur.
Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung, 23-25 Desember 2021 diharapkan tak sekadar menjadi perhelatan akbar dalam prosesi pemilihan ketua umum PBNU.
Tapi juga menjadi evaluasi kerja-kerja organisasi hingga penertiban periodisasi ketua badan otonom (Banom). Terlebih hal itu sudah terjadi dan tidak bisa dibiarkan lepas begitu saja, karena bisa menjadi hal yang sangat tidak baik bagi organisasi sebesar NU.
Kiai yang juga wakil katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyumas itu mencontohkan Muslimat NU, yang sudah lebih dari 20 tahun atau empat periode (2000-2021) diketuai Khofifah Indar Parawansa.
Bahkan, gubernur Jawa Timur itu naga-naganya ingin terpilih lagi untuk periode kelima pada Kongres ke-18 yang dijadwalkan November 2021.
"Sebenarnya di dalam AD/ART NU itu tertulis bahwa tentang masa jabatan ketua Banom itu maksimal dua kali periode, kecuali Banom yang berbasis usia itu malah bisa hanya satu periode, seperti IPNU, IPPNU itu," katanya, Rabu (27/10/2021).
"Jadi Muslimat ini pun perlu ditata yang baik. Marwah PBNU harus bisa mengendalikan dalam artian menertibkan organisasi, baik kinerja-kinerja maupun ketertiban terhadap disiplin mematuhi amanah AD/ART NU," tegasnya.
Mantan Ketua PCNU Banyumas itu meminta kader lain juga diberi kesempatan untuk mengabdi dan berhikmah, sekaligus agar ada regenerasi di tubuh Banom.
"Yakinlah bahwa di Muslimat, di Ansor, di Banom-Banom itu, banyak kader yang siap melanjutkan tonggak estafet untuk mengabdi dan berhikmah kepada bangsa dan umat," kata Gus Hasan.
"Jadi nanti tidak stagnan. Banyangkan saja, kalau organisasi sudah dikendalikan sampai empat periode itu sudah kayak bukan milik orang banyak, tapi seperti milik sendiri," tandasnya.
Dan asumsi yang muncul, tentu akan banyak varian dalamnya, termasuk asumsi bahwa organisasi tersebut dipakai untuk untuk kepentingan tertentu.
"Kalau saya harus ngomong untuk kepentingan ini itu kan enggak etis. Apapun, jejak digital kan tetap tidak akan bisa dihilangkan begitu saja," ucap pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jawa Tengah itu.
Lagi pula semangat Indonesia adalah semangat reformasi yang membatasi jabatan selama dua periode. Bukan untuk menang dan kalah, tapi untuk kemaslahatan kinerja dan regenerasi.
"Karena pada setiap masanya, generasi itu butuh pimpinan, dan memberikan kesempatan generasinya untuk memimpin pada setiap masanya," ujar jajaran ketua Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) PBNU tersebut.
Tak hanya dari Jawa Tengah, sebelumnya desakan agar terjadi regenerasi di pucuk pimpinan Muslimat NU juga terlontar dari Jawa Timur.
"Muslimat butuh regenerasi. Regenerasi itu sangat penting di segala lini. Di Fatayat, Muslimat, terutama juga di NU-nya. Dari deretan ketua umum Banom NU, Khofifah memang paling lama menjadi ketua umum Muslimat NU, hingga lebih dari 20 tahun ," kata Pengasuh Ponpes Metal Muslim Al Hidayah Pasuruan, KH Nur Kholis Al Maulani alias Gus Nur Kholis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar