THE MANDALIKA RESORT & INTERNATIONAL CIRCUIT MotoGP-2022
MALU DAN LUKA DIBALIK GEMPITA
(saya menolak lupa!)
Pagi ini saya dikagetkan oleh berita kunjungan Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang oleh Anwar Abbas, wakil Ketua MUI, disebut sebagai Kapolri Kristen alias kapir! Kemarin, Tgl 7 November 2021, Kapolri dan Panglima TNI memang berkunjung ke Lombok, tepatnya ke Mega Proyek Pembanguanan Sirkuit Mandalika yang segera dalam beberapa hari kedepan akan jadi ajang kompetisi adu cepat World Super Bike (WSBK) untuk selanjutnya tahun depan (2022) akan menjadi ajang balap motor paling bergengsi di dunia, MotoGP !!! tadinya saya pikir pak Kapolri mau inspeksi mendadak akibat viralnya foto bus Polri milik Polres Bima yang lebih mirip bis HTI....
Belakangan ini, sa lihat banyak sekali teman-teman pendukung Jokowi yang dengan bangganya mengupload cepatnya akselerasi progres mega proyek kawasan super prioritas Mandalika Resort itu. Wajar, karena bagaimanapun, Mega Project Mandalika Resort menjawab banyak hal tentang integritas sebenar-benarnya pria kurus kerempeng yang "tak punya tampang" jadi presiden itu! Pertama tentang keberpihakan Jokowi pada seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan apakah daerah itu adalah tempat dimana ia menang pada pilpres 2014 dan 2019 lalu ataupun daerah tempat dimana ia kalah dan dicaci maki dengan fitnah keji dari mulai presiden kafir, Islam abal-abal, raja hutang, sampai anak PKI dan antek China aseng komunis laknatullah seperti yang jamak kita dengar muncul dari para pembencinya di Lombok!
Kedua, mega proyek super prioritas Mandalika Resort dan pembangunan sirkuit serta pelaksanaan ajang MotoGP2022 juga adalah komitment Jokowi untuk melaksanakan apa yang pernah dikatakan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001 ketika berkunjung ke Lombok, saat itu, dengan lantang Bu Mega menegaskan dalam pidatonya; "Pariwisata Lombok tidak boleh terus-terusan jadi "NTB", apa itu NTB??? Nasib Tergantung Bali!!!", memang pada dekade 70-an hingga akhir 2000-an, Lombok memang seakan-akan berada dibawah bayang-bayang Bali, bahkan hingga kini, di buku-buku panduan pariwisata kelas dunia, nama Lombok tak pernah muncul, ia dimasukkan dalam rangkaian kata "Bali and Beyond" atau "East of Bali, Lesser Sunda Islands", keduanya ditulis oleh Tonny Wheeler dan diterbitkan oleh Lonely Planet.
Ketiga, dengan Mega Proyek Mandalika Resort ini, Jokowi ingin menegaskan bahwa ia adalah "tukang beresin pekerjaan mangkrak" (kalau tak mau dibilang tukang cuci piring kotor atau bahkan tukang cebokin kotoran) dari para pendahulunya, terutama Suharto dan Subeye! Mandalika Resort sendiri sebenarnya berawal dari era 1980an saat anak-anak Suharto kepincut untuk menguasai kawasan pariwisata pantai super cantik di daerah Lombok bagian selatan, tepatnya di sepanjang pantai Kuta Lombok, bukan Kuta Bali. Ketika itu, bertopeng perusahaan bernama LTDC (Lombok Tourism Development Corporation) yang kemudian berubah jadi BTDC, dan akhirnya jadi ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation), anak-anak Cendana berebut penguasaan atas kawasan pantai bak surga seluas 1.250 hektare!
Note; LTDC adalah BUMN yang didirikan pemerintah untuk mengelola kawasan wisata unggulan, ada 2 BUMN sejenis yang dibuat pemerintah Orba (Orde Bangsat) saat itu; LTDC di Lombok dan BTDC di Bali. Karena merupakan BUMN, maka pendanaan mega proyeknya dilakukan lewat sindikasi Bank-bank plat merah yang kemudian konyolnya berujung pada kepailitan di LTDC, meski BTDC sukses dengan Nusa Dua-nya di Bali.
Kawasan LTDC yang tadinya berpenghuni tak kurang dari 800 lebih kepala keluarga itu, dalam waktu kurang dari 2 tahun sejak 1989, berubah jadi kawasan kosong yang hanya menyisakan sebuah bangunan megah berupa villa mewah milik putri sulung sang Jenderal diktator 32 tahun, Tjoet Njak Toet (baca; Cut si tukang catut!)!!!
Lahan pantai pasir putih dengan air sebening kristal yang tadinya milik rakyat itu tiba-tiba berpindah kepemilikan menjadi HGB atas nama LTDC atau BTDC yang lebih suka saya sebut sebagai singkatan dari Bandit of Tourism dan Development Cheater!!! Karena apa yang mereka lakukan saat itu adalah memaksa rakyat menerima pembayaran lahan seharga Rp. 25.000 per Are (100 m2), harga yang lebih murah dari sepaket sarapan pagi di Sheraton Senggigi Beach Resort!!! Dan menolak melepaskan hak atas tanah berarti sakaratul maut bagi penduduk desa Kuta dan sekitarnya yang merupakan pemilik sah kepingan sorga itu! Menghabiskan dana Rp. 2,1 trilililiun yang tak jelas juntrungannya, serta menyisakan aset yang tak kunjung laku setelah ditawarkan kemana-mana!
Presiden Habiebie, Presiden Gusdur dan Presiden Megawati tentu tak punya cukup celah fiskal untuk menyelesaikan proyek yang sedianya tak lebih dari "perampokan tanah rakyat" itu di jaman mereka memerintah. Tapi di jaman SBY, 10 tahun ia mengumbar janji akan menyelesaikan konflik lahan rakyat vs LTDC serta mendatangkan konsorsium investor Arab bernama EMAAR, ternyata hasilnya cuma isapan jempol!!!
Jokowi, pria kurus kerempeng dengan wajah tukang bakso itu datang dengan segala planga-plongo yang jadi ejekan 70% orang Lombok NTB, ia dibully ribuan akun sosial media yang mengata-ngatainya "antek aseng PKI laknat!", "raja hutang!", "Islam palsu!", "menang pilpres lewat cara curang!" dan segala entitas brengsek seolah ia adalah binatang nakjis yang paling menjijikkan!
Dan ia tak sekali datang kesini, lebih dari 10 kali! Itu yang resmi, belum terhitung yang diam-diam mampir tanpa protokoler resmi! Untuk apa? Selain untuk ketiga alasan diatas, kedatangan si kerempeng mbahnya Jan Etes itu tak lain hanya untuk mewujudkan sila terakhir dasar negara kita....; KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA...
Jadi kalau ada yang bertanya kenapa saya tak ikut bereforia di gempita menjelang pelaksanaan WORL SUPERBIKE dan MOTOGP2022 di sirkuit Mandalika Resort? Jawabnya adalah karena saya masih menunggu apakah Tuhan masih memberikan rasa MALU dalam nurani setiap orang Lombok NTB yang teramat fasihnya mencacimaki Jokowi tapi kini justru dengan bangganya memamerkan kemegahan the MANDALIKA....
Karena jika tidak, saya takut Tuhan akan menimpakan bencana yang lebih besar dari gempa 2018 yang meluluhlantakkan Lombok & Sumbawa. Nauzubillahimindzalik....
Mataram, 8 November 2021 tahun kapir!
Lalu Agus F Wirawan
(masih) Anjing Yang Jernih
MALU DAN LUKA DIBALIK GEMPITA
(saya menolak lupa!)
Belakangan ini, sa lihat banyak sekali teman-teman pendukung Jokowi yang dengan bangganya mengupload cepatnya akselerasi progres mega proyek kawasan super prioritas Mandalika Resort itu. Wajar, karena bagaimanapun, Mega Project Mandalika Resort menjawab banyak hal tentang integritas sebenar-benarnya pria kurus kerempeng yang "tak punya tampang" jadi presiden itu! Pertama tentang keberpihakan Jokowi pada seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan apakah daerah itu adalah tempat dimana ia menang pada pilpres 2014 dan 2019 lalu ataupun daerah tempat dimana ia kalah dan dicaci maki dengan fitnah keji dari mulai presiden kafir, Islam abal-abal, raja hutang, sampai anak PKI dan antek China aseng komunis laknatullah seperti yang jamak kita dengar muncul dari para pembencinya di Lombok!
Kedua, mega proyek super prioritas Mandalika Resort dan pembangunan sirkuit serta pelaksanaan ajang MotoGP2022 juga adalah komitment Jokowi untuk melaksanakan apa yang pernah dikatakan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001 ketika berkunjung ke Lombok, saat itu, dengan lantang Bu Mega menegaskan dalam pidatonya; "Pariwisata Lombok tidak boleh terus-terusan jadi "NTB", apa itu NTB??? Nasib Tergantung Bali!!!", memang pada dekade 70-an hingga akhir 2000-an, Lombok memang seakan-akan berada dibawah bayang-bayang Bali, bahkan hingga kini, di buku-buku panduan pariwisata kelas dunia, nama Lombok tak pernah muncul, ia dimasukkan dalam rangkaian kata "Bali and Beyond" atau "East of Bali, Lesser Sunda Islands", keduanya ditulis oleh Tonny Wheeler dan diterbitkan oleh Lonely Planet.
Ketiga, dengan Mega Proyek Mandalika Resort ini, Jokowi ingin menegaskan bahwa ia adalah "tukang beresin pekerjaan mangkrak" (kalau tak mau dibilang tukang cuci piring kotor atau bahkan tukang cebokin kotoran) dari para pendahulunya, terutama Suharto dan Subeye! Mandalika Resort sendiri sebenarnya berawal dari era 1980an saat anak-anak Suharto kepincut untuk menguasai kawasan pariwisata pantai super cantik di daerah Lombok bagian selatan, tepatnya di sepanjang pantai Kuta Lombok, bukan Kuta Bali. Ketika itu, bertopeng perusahaan bernama LTDC (Lombok Tourism Development Corporation) yang kemudian berubah jadi BTDC, dan akhirnya jadi ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation), anak-anak Cendana berebut penguasaan atas kawasan pantai bak surga seluas 1.250 hektare!
Note; LTDC adalah BUMN yang didirikan pemerintah untuk mengelola kawasan wisata unggulan, ada 2 BUMN sejenis yang dibuat pemerintah Orba (Orde Bangsat) saat itu; LTDC di Lombok dan BTDC di Bali. Karena merupakan BUMN, maka pendanaan mega proyeknya dilakukan lewat sindikasi Bank-bank plat merah yang kemudian konyolnya berujung pada kepailitan di LTDC, meski BTDC sukses dengan Nusa Dua-nya di Bali.
Kawasan LTDC yang tadinya berpenghuni tak kurang dari 800 lebih kepala keluarga itu, dalam waktu kurang dari 2 tahun sejak 1989, berubah jadi kawasan kosong yang hanya menyisakan sebuah bangunan megah berupa villa mewah milik putri sulung sang Jenderal diktator 32 tahun, Tjoet Njak Toet (baca; Cut si tukang catut!)!!!
Lahan pantai pasir putih dengan air sebening kristal yang tadinya milik rakyat itu tiba-tiba berpindah kepemilikan menjadi HGB atas nama LTDC atau BTDC yang lebih suka saya sebut sebagai singkatan dari Bandit of Tourism dan Development Cheater!!! Karena apa yang mereka lakukan saat itu adalah memaksa rakyat menerima pembayaran lahan seharga Rp. 25.000 per Are (100 m2), harga yang lebih murah dari sepaket sarapan pagi di Sheraton Senggigi Beach Resort!!! Dan menolak melepaskan hak atas tanah berarti sakaratul maut bagi penduduk desa Kuta dan sekitarnya yang merupakan pemilik sah kepingan sorga itu! Menghabiskan dana Rp. 2,1 trilililiun yang tak jelas juntrungannya, serta menyisakan aset yang tak kunjung laku setelah ditawarkan kemana-mana!
Presiden Habiebie, Presiden Gusdur dan Presiden Megawati tentu tak punya cukup celah fiskal untuk menyelesaikan proyek yang sedianya tak lebih dari "perampokan tanah rakyat" itu di jaman mereka memerintah. Tapi di jaman SBY, 10 tahun ia mengumbar janji akan menyelesaikan konflik lahan rakyat vs LTDC serta mendatangkan konsorsium investor Arab bernama EMAAR, ternyata hasilnya cuma isapan jempol!!!
Jokowi, pria kurus kerempeng dengan wajah tukang bakso itu datang dengan segala planga-plongo yang jadi ejekan 70% orang Lombok NTB, ia dibully ribuan akun sosial media yang mengata-ngatainya "antek aseng PKI laknat!", "raja hutang!", "Islam palsu!", "menang pilpres lewat cara curang!" dan segala entitas brengsek seolah ia adalah binatang nakjis yang paling menjijikkan!
Dan ia tak sekali datang kesini, lebih dari 10 kali! Itu yang resmi, belum terhitung yang diam-diam mampir tanpa protokoler resmi! Untuk apa? Selain untuk ketiga alasan diatas, kedatangan si kerempeng mbahnya Jan Etes itu tak lain hanya untuk mewujudkan sila terakhir dasar negara kita....; KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA...
Jadi kalau ada yang bertanya kenapa saya tak ikut bereforia di gempita menjelang pelaksanaan WORL SUPERBIKE dan MOTOGP2022 di sirkuit Mandalika Resort? Jawabnya adalah karena saya masih menunggu apakah Tuhan masih memberikan rasa MALU dalam nurani setiap orang Lombok NTB yang teramat fasihnya mencacimaki Jokowi tapi kini justru dengan bangganya memamerkan kemegahan the MANDALIKA....
Karena jika tidak, saya takut Tuhan akan menimpakan bencana yang lebih besar dari gempa 2018 yang meluluhlantakkan Lombok & Sumbawa. Nauzubillahimindzalik....
Mataram, 8 November 2021 tahun kapir!
Lalu Agus F Wirawan
(masih) Anjing Yang Jernih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar